Belajar Menghindari ‘Kalimat Lewah dan Rancu’

Judul : Celetuk Bahasa, Bukan Sekadar Salah kaprah 2
Penulis : UU Suhardi
Ilustrasi : Imam Yuni
Produksi : Siti Rhanty Widiastuti
Penerbit : PT Tempo Inti Media, Tbk.
Cet I : 2018
Halaman : xii+206 hlm
ISBN : 978-672-6773-24-1
Harga : Rp 50.000,-
Peresensi : Ahmad Muhli Junaidi
Guru di SMA 3 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura 

Kita yang terlancur mewakafkan diri menjadi penulis, hati-hatilah pada ‘kalimat lewah dan rancu’. Ibarat jebakan setan, kalimat ini terlalu halus dan kadang sulit dihindari, lebih-lebih untuk penulis pemula, syahdan penulis profesional pun. Kalimat lewah dan rancu membuat pembaca kesulitan menebak arah kalimat yang kita tulis.
Kalimat rancu menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, yaitu: suatu kalimat yang mempunyai struktur kacau. Sedang kalimat lewah adalah suatu kalimat yang tersusun secara mubazir atau berlebih-lebihan. Dalam kalimat “tidak menutup kemungkinan bahwa mereka berbohng” adalah kalimat rancu sebab siapa atau apa yang tidak menutup? Tidak jelas karena tidak ada subyek dalam kalimat itu. Kalimat di atas tidak rancu apabila kata “menutup” diganti dengan kata “tertutup” sehingga menjadi “”tidak tertutup kemungkinan bahwa mereka berbohng” (hlm. 72).
Ada yang lewah dalam kalimat “Ratusan armada bus siap mengangkut pemudik dari Bogor”, yaitu kata “armada”. Armada = rombongan/barisan. Cukuplah ditulis “Ratusan bus siap mengangkut…”, atau “Armada bus siap mengangkut…” (hlm. 70).
Kalimat “Hampir sebagian besar” adalah susunan rancu sebab kata “hampir” tidak terkoneksi dengan “sebagian besar”. Agar tidak rancu buatlah kalimat menjadi “sebagian besar” atau “hampir semua”. Kalimat “semakin hari” adalah rancu, sebab kata “semakin/makin” hanya dapat diikuti kata sifat/adjektif. Contoh “semakin tebal, semakin mantap, semakin merah dan semakin pintar”. Tidak pernah diikuti kata benda/nomina, contoh “semakin minggu, semakin bulan, semakin hari”.
Kalimat “Sekarang musim penghujan” adalah lewah, karena awalan “peng” dalam kata “hujan” sama sekali tidak berfungsi. Yang tepat “sekarang musim hujan” (hlm. 95). Demikian pula dalam kalimat “Kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan berbasis digital”, adalah lewah sebab makna “banyak” telah mewakili makna kata “bermunculan dan perusahaan-perusahaan”. Cukup ditulis “Kini bermunculan perusahaan berbasis digital”, sudah sangkil (hlm. 104). Demikian pula, ada yang lewah dalam kalimat “Dia senang membicarakan tentang keberhasilannya dalam dunia pendidikan”, yaitu kata “tentang”.
Kalimat “Sudah bukan rahasia umum”, adalah lewah. Semestinya “sudah bukan rahasia”. Kalimat “Namun demikian, dia tak peduli” itu lewah dan rancu. Agar tepat, menjadi “Namun, dia tak peduli atau meski demikian, dia tak peduli” (hlm. 138). Kalimat “Rombongannya tiba di Yogyakarta setelah sebelumnya berlibur di Bali”, itu lewah, yaitu kata “sebelumnya”. Sedangkan kalimat “Mungkin ada yang berminat” itu rancu karena “minat” sama dengan keinginan (nomina). Tidak keliru “Mungkin ada yang berminat”.
Kalimat “Salah satu di antaranya…” itu lewah. Yang tepat “salah satunya atau satu di antaranya…” (hlm. 169). Kalimat “Para pendemo berdatangan” itu lewah atau rancu. Cukup tulis “Pedemo berdatangan”, bukan “pendemo” seperti kata “pedagang”, bukan “pendagang”. Kalimat “Rumah-rumah di sana bear-besar” adalah lewah. Silakan pilih “rumah-rumah di sana besar” atau “rumah di sana besar-besar” (hlm. 180). Demikian pula “Dia senyum melihatku” adalah rancu, sebab senyum itu kata benda/nomina. Menjadi tepat bila “dia tersenyum melihatku”.
Kalimat “Saya hampir saja jatuh kalau tidak ditolong dia” adalah rancu. Perbaiki saja dengan membuang kata “hampir saja” menjadi “saya jatuh kalau tidak ditolong dia”. Demikian pula dengan kalimat “Saya akan muncul dalam tenggat waktu terakhir”, sebab kata “tenggat dan waktu” adalah searti. Perbaiki dengan mengambil salah satunya, sehingga menjadi “saya akan muncul dalam tenggat terakhir” atau “saya akan muncul dalam waktu terakhir” (hlm. 193).Kalimat “Kita harus kerja bersama” juga kurang tepat, sebab kerja artinya kegiatan melakukan sesuatu. Jadi kelas katanya bukan verba tetapi nomina. Yang tepat adalah “Kita harus bekerja bersama-sama”.
Kalimat “Saya mengajukan izin” adalah salah. Perbaiki dengan kalimat “Saya mengajukan permohonan izin” (hlm. 198). Demikian pula kalimat “Hanya dia saja yang berani” menjadi lewah. Perbaiki dengan menggunakan kalimat “Hanya dia yang berani”. Adapun kalimat “Sudah berkali-kali orang itu dipanggil. Hanya saja, orang yang memanggilnya tidak serius” adalah rancu. Menjadi tidak rancu apabila diubah “Sudah berkali-kali orang itu dipanggil. Hanya, orang yang memanggilnya memang tidak serius”.
Demikian di atas, contoh kalimat-kalimat lewah dan rancu yang didedahkan di dalam buku “Celetuk Bahasa, Bukan Sekadar Salah Kaprah 2” karya UU Suhardi ini peresensi ambil. Sungguh suatu tutunan berbahasa yang sangkil dan mangkus apabila kita turuti apa-apa yang penulis sajikan ke pembaca.
Sebenarnya, karya ini adalah jilid 2 dari buku pertama yang telah beredar terlebih dahulu di hadapan pembaca dan pecinta bahasa Indonesia dengan judul ‘Celetuk Bahasa: Mengungkap 100+ Salah kaprah’. Akan tetapi, karya kedua Suhardi ini tak kalah bermanfaatnya dibandingan buku jilid 1, sebab di buku ini sangat banyak ungkapan-ungkapan salah tetapi di-kaprah-kan oleh para penulis pemula dan/atau profesional. Sehingga apabila kita belajar lebih serius pada buku ini, kita terbantu untuk tidak menulis kalimat-kalimat rancu dan lewah. Dengan demikian, tulisan kita pun menjadi lebih tepat, sangkil dan mangkus. Selamat membaca.

—————-*** —————-

Tags: