Belajar Seni Berbagi Kebaikan dari Sosok Perempuan Inspiratif

Judul : The Art of Giving Back
Penulis : Nila Tanzil
Penerbit : B First
Tahun Terbit : Pertama, November 2018
Tebal : 120 Halaman
ISBN : 978-602-426-103-0
Peresensi : Marzuki Wardi
Alumnus Pendidikan Bahasa Inggris (FPBS) IKIP Mataram. Menulis Cerpen, Esai dan Resensi. Bermukim di Lombok Tengah, NTB. 

Nila Tanzil dikenal sebagai sosok perempuan inspiratif pendiri Taman Bacaan Pelangi, yayasan non-profit yang telah mendirikan ratusan perpustakaan anak di 17 pulau di wilayah Indonesia Timur. Sejak didirikan, yayasan ini telah berhasil menyalurkan lebih dari 200 ribu buku cerita anak kepada 30-an ribu anak, dan pelatihan kepada ratusan ribu guru di daerah pelosok. Atas kiprahnya tersebut, tidak heran ia telah dianugerahi beragam penghargaan. Diantaranya adalah Kartini Next Generation 2013, Forbes Indonesia 10 Inspiring Women 2015, 10 Iconic Women 2016, 10 EY Enterpreneur of The Year 2016, dan berbagai penghargaan lainnya.
Buku ini mengulas perjalanan Nila dalam mengarungi kiprah di dunia literasi. Satu hal yang diyakini perempuan penggila solo travelling ini adalah “kebaikan merupakan satu hal yang dapat ditularkan”. Artinya, ketika kita berbuat baik pada seorang, maka orang tersebut pasti tertanam dalam benaknya untuk berbuat baik pada orang lain. Begitu seterusnya hingga kebaikan-kebaikan lainnya menular dan berkembang. Inilah yang jadi bekal Nila dalam mendirikan Taman Bacaan Pelangi.
Berawal dari pertemuannya dengan Timothy Forderer, seorang kapten private yatch di Labuan Bajo, ketika Nila bekerja sebagai public relation consultan di sebuah perusahaan di Jakarta. Saat itu, ia diajak untuk mengikuti seminar di sebuah sekolah terpencil, SMA Loyola di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Seminar bertema “Do What You Love” yang dibawa Timothy secara sukarela, lantas membuat hatinya tersentuh. Terlebih ketika belakangan ia mengunjungi Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Papagaran.
Dalam kunjungannya ke sekolah-sekolah di tiga pulau itu, satu hal yang amat memprihatinkan adalah tidak tersedianya perpustakaan sekolah yang dapat dinikmati anak-anak. Sejak itulah perempuan lulusan Universiteit van Amsterdam ini bertekad untuk membangun perpustakaan yang berlokasi di sebuah sekolah, SDK Roe. Akhirnya, pada 5 Desember 2009, ia resmi mendirikan Taman Bacaan Pelangi dengan koleksi pertama sebanyak 200 buku cerita. Perpustakaan tersebut mendapat sambutan antusias, baik dari pihak anak-anak, guru, pemerintah desa, maupun masyarakat setempat.
Sebagai seorang pekerja, Nila tentu tidak bisa full time dalam mengurus Taman Bacaan Pelangi. Ia harus membagi waktunya untuk dua hal yang cukup jauh berbeda, yakni pekerjaan dan dedikasi. Karena itu, pada tahun 2013, perempuan penyandang berbagai award ini hengkang dari kariernya sebagai konsultan. Ia lebih memilih untuk fokus mengelola yayasan yang didirikannya. Agar lebih sustainable dari segi finansial, ia membangun bisnis berdasar hobinya yakni Travel Spark dengan konsep Travel with a Cause: jalan-jalan sambil berbagi. Adapun destinasinya fokus ke kawasan Flores, Labuan Bajo, Taman Nasional Komodo, Danau Kelimutu, dan wilayah sekitarnya. Bisnis ini juga didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan roda perekonomian warga sekitar dan promosi pariwisata.
Nila mengakui bahwa inspirasi dalam mengembangkan Taman Bacaan Pelangi ia peroleh dari orang-orang yang ditemukan selama pergi travelling ke berbagai negara seperti Myanmar, Thailand, Kamboja, Sri Lanka, bahkan di lingkungannya sendiri. Selama berinteraksi dengan warga negara setempat, begitu banyak nilai-nilai kebaikan yang ia temukan. Terutama pelajaran berbagi, meski dalam wujud hal-hal sederhana. Melalui buku ini, Nila mengajak kita untuk berbuat baik dan menularkan kebaikan pada orang lain. Itulah yang disebutnya “Seni berbagi kebaikan”.

———————  ***  ——————

Tags: