Beli Alutsista Bukan Seperti Beli TV

Membeli alat utama sistem persenjataan bukanlah seperti membeli televisi (TV). Beli senjata itu tidak seperti beli TV atau beli mobil di dealer. Tetapi, butuh ‘clearence’, butuh kesepakatan G to G (government to government). Apalagi menyangkut bisnis senjata, kata dia, walaupun pembeliannya adalah B to B (business to business), tetapi pada akhirnya berkaitan dengan kebijakan dan perizinan sehingga melibatkan juga G to G.
Beli senjata dan alutsista itu, walaupun membelinya bisnis to bisnis, tapi akhirnya nanti ‘clearence’-nya ada G to G. Sebab itulah, dibutuhkan diplomasi. Itulah alasannya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto banyak melakukan kunjungan ke luar negeri, yakni dalam rangka diplomasi pertahanan.
Bukan sekedar melakukan diplomasi pertahanan, dalam hal menjaga hubungan baik dengan negara yang strategis, lanjut dia, tetapi juga terkait dengan persenjataan, alutsista, misalnya “clearence”. Bahwa kebijakan dalam alutsista yang terpenting adalah penguatan dan modernisasi sehingga Prabowo ingin alutsista harus tepat guna, efisien, dan ekonomis. Kemudian, yang kedua juga tentu memperhatikan aspek geopolitik dan geostrategis.
Oleh karena itu, jika ada yang mengkritik Menhan sering jalan-jalan ke luar negeri, artinya mereka tidak punya pemahaman baik tentang tugas-tugas pertahanan. Ada diplomasi pertahanan yang sangat penting harus dilakukan. Jadi, kalau ada kritik seolah-olah menyebut pak Prabowo jalan jalan ke luar negeri ini membuktikan bahwa ada masalah dengan literasi pertahanan para politisi kita.
Dahnil Anzar Simanjuntak
Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antar-Lembaga

Rate this article!
Tags: