Belum Dapat Bantuan, Kasan dan Keluarga Tinggal di Rumah Kumuh

Kasan beserta anaknya tinggal dirumah kumuh, di Dusun Pokaan, Desa Pokaan, Kecamatan Kapongan Situbondo. [sawawi/bhirawa].

Situbondo, Bhirawa
Pencanangan program pemugaran Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) oleh Pemkab Situbondo belum dirasakan secara merata bagi warga miskin yang ada di Kota Santri ini.
Terbukti, salah satu warga bernama Kasan, asal RT 02/RW 03, asal Dusun/Desa Pokaan, Kecamatan Kapongan, Situbondo, masih harus hidup di rumah kumuh bersama keluarganya.
Meski hidup serba kekurangan, Kasan hidupnya selama ini dijalani dengan penuh kesabaran dan harus tabah menunggu giliran adanya bantuan dari Pemkab Situbondo.
Ia harus rela bersama isteri dan anaknya tinggal di rumah yang kondisinya sangat memprihatinkan. “Dia sangat sabar mas. Meski sudah lama hidup di dalam rumah yang kumuh, keluarganya tetap sabar menerima apa adanya,” ujar Suroto, tetangganya Selasa (22/8).
Kata Kasan, ia kini sudah berusia 53 tahun dan tinggal di rumah kumuh bersama istrinya, Enik. Kasan tinggal di rumah berukuran sempit tertutup terpal bekas. Padahal Kasan memiliki anak yang masih berusia 8 tahun bernama Siti Nur Maulida.
Sebenarnya rumah Kasan lumayan layak untuk  didiami. Namun bencana dua tahun lalu mengubahnya.  Kala itu separo rumah Kasan tertimpa pohon yang dibawa angin besar.
Namun yang ironis hingga kini kami masih belum mendapatkan bantuan dari Pemkab,” aku Kasan dengan tatapan mata kosong.
Menurut Kasan, dirinya kini sudah tidak memiliki biaya untuk merenovasi rumahnya. Setiap harinya, aku Kasan, ia dan istrinya hanya mencari pelepah kelapa kering yang jatuh di kebun orang.
Nantinya, ujar Kasan, pelepah kepala itu dibuat menjadi sapu lidi kemudian di jualnya ke pasar. Setiap hari, sambung Kasan, ia bisa membuat tiga hingga 5 sapu lidi.
“Setiap sapu lidi saya jual seharga 2500 rupiah. Jika bisa membuat tiga sapu lidi penghasilannya sebesar 7500 rupiah,” beber Kasan yang tak terasa air matanya menetes.
Tapi Kasan mengaku masih beruntung, karena anaknya yang bernama Siti Nur Maulida yang kini duduk dibangku kelas IV Sekolah Dasar, berhasil mendapatkan Kartu Indonesia Pinter (KIP) dari pemerintah.
Meski demikian, papar Kasan, ia mengaku masih kesulitan untuk memberi uang jajan anak anaknya. “Ini karena keluarga kami masih belum terdata sebagai penerima PKH atau Program Keluarga Harapan,” jlentreh Kasan.
Selama ini,  Kasan termasuk warga miskin kurang beruntung, karena keluarganya tidak pernah menerima bantuan usaha, seperti bantuan ternak dari intansi terkait. Meski tergolong warga yang sangat miskin, Kasan belum menerima Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Bantuan rutin yang diterimanya, urai Kasan, hanya berupa beras sejahtera (rastra) dari Bulog. “Untuk bantuan program BLT sebagai kompensasi kenaikan BBM dahulu juga pernah saya terima,” pungkas Kasan polos. [awi]

Tags: