Belum Temukan Solusi Soal Ongkos Kapal Nelayan Bawean

Bantuan kapal nelayan Bawean yang bermasalah. [kerin ikanto/bhirawa]

Gresik, Bhirawa
Terus putar otak  mencari solusi biaya ongkos kapal. Itulah  dilakukan Langu Pindingara,  Kepala Dinas Perikanan Pemkab Gresik. Bagaimana tidak,  karena anggaran  dana PAPBD tidak muncul,  akhirnya harus pontang-panting cari dana Rp574 juta untuk bayar hutang ongkos kapal ke rekanan.
Sejauh ini masih belum juga temukan solusi,  bagaimana cari dana sebesar itu. Sebab,  semua alternatif yang diharapkan sebelumnya,  kata Langu sudah buntu.  Membebankan biaya ongkos kapal ke masing-masing nelayan juga tidak mungkin.
“Bupati suruh cari solusi. Tapi solusi apa,  ya kita belum tahu. Sampai sekarang belum temukan solusinya” kata Langu,  Rabu (13/9).
Menurut Langu,  Bupati Gresik, Sambari Halim Radinto juga harus ikut tanggung jawab terkait biaya ongkos kapal itu.  Jangan hanya menyuruh cari solusi saja.
Sebagai Bupati,  tentu punya kewenangan melakukan diskresi. Jika biaya ongkos kapal itu dianggarkan pada PAPBD, tentu kejadiannya tidak akan seperti ini.”Makanya belum tahu ini untuk membayar ke ekspedisi uang dari mana, ” katanya.
Langu bahkan siap berhadapan dengan hukum jika itu memang sudah tidak ada jalan lain. Langu siap menghadapi semua resiko atas kebijakan yang diambilnya itu,  meski harus berhadapan dengan hukum.  Kalalu Pemkab sudah tidak siap mengalokasikan anggaran dan nelayan tidak mau terbebani untuk biaya ongkos kapal,  apa boleh buat.
Sebab,  rekanan tidak akan tinggal diam.  Mereka tetap akan menuntut biaya ongkos kapal Rp574 juta yang sudah disepakati itu.  Padahal,  biaya itu tergolong paling murah jika dibandingkan dengan empat rekanan lainnya karena ada yang minta sampai Rp2 miliar.
Dituturkan Langu, sebenarnya bantuan 92 kapal itu  awalnya untuk Kab.  Tasik,  Garut, Pandangaran dan Sukabumi,  Jawa Barat.  Karena tidak sesuai iklim di sana,  92 kapal yang terbuat dari fiber dengan kekuatan 3PK itu akhirnya oleh Kementerian Kelautan diberikan ke Dinas Kelautan Pemkab Gresik. Dengan catatan   biaya ongkos kapal ditanggung sendiri. Hasil ini sudah dilaporkan, baik ke Bupati dan Wabup. Kedua pejabat teras Pemkab Gresik itu sangat setuju,  termasuk soal biaya ongkas untuk membawa kapal itu dari Jawa Barat sampai ke Gresik.
Karena desakan nelayan,  kemudian Dinas Perikanan mengandeng pihak ketiga dengan menunjuk PT.  Bunga Berkembang sebagai rekanan.  Dari Cilacap ke Gresik 92 diangkut lewat darat menggunakan truk,  kemudian dibawa ke Bawean menggunakan kapal.  Alasan semua kapal itu diserahkan nelayan Bawean,  karean Bawean diniliai cukup produktif karena alamnya masih perawan. [eri]

Tags: