Bendungan Sengguruh Dipenuhi Sampah Tiga Daerah

Kapal Pembersih Sedimen milik PJTI sedang melakukan pengerukan sedimen di bendungan Sengguruh.

Kapal Pembersih Sedimen milik PJTI sedang melakukan pengerukan sedimen di bendungan Sengguruh.

Kota Malang, Bhirawa
Jumlah sampah di Bendungan Sengguruh setiap tahunnya yang berhasil diangkat ke daratan sebanyak 50 ribu meter kubik hingga 100 ribu kubik. Sampah itu dihasilkan dari aliran Sungai Brantas yang melitas di Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang.
Sekretaris Perum Jasa Tirta (PJT)  I, Uli Muspar Dewanto kepada wartawan mengatakan, sampah dan limbah yang berada di Bendungan Sengguruh jumlahnya sangat besar, hingga mencapai 100 ribu kubik.
PJT I, berupaya untuk membersihkan, sampah-sampah tersebut dengan menggunakan peralatan yang dimiliki oleh PJT I.
“Dampaknya sangat banyak, makanya harus terus dibersihkan. Apalagi bendungan di bawahnya adalah Bendungan Sutami, yang merupakan tabungan air terbesar di Jawa Timur, sekaligus Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),”ujar Uli Muspar.
Pembersihan sampah bendungan lanjut dia, sebagai upaya perawatan. Sehingga fungsinya bisa digunakan lebih lama, karena sedimen lebih sedikit. Diakui dia,  aliran Sungai Brantas, di tiga wilayah, panjang totalnya 70 Km, ditambah dengan beberapa sungai lainnyan. Sampah yang dibawa oleh air itu  95 persen di Bendungan Sengguruh.
Sayangnya pihaknya tidak bisa merinci, wilayah mana yang paling banyak menyumbang sampah. Meskipun secara umum dapat dilihat lintasan  sungai yang paling padat penduduknya adalah Kota Malang.
“Kami belum pernah melakukan survei, tetapi realitanya, yang paling padat penduduknya di Kota Malang, walaupun panjang Sungai Brantas yang melitasi Kota Malang, hanya sepanjang 15 Km saja,”imbuhnya.
Hanya saja pada saat, dilakukan kerja bakti di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas,    sampah yang dihasilkan cukup signifikan. Setidaknya dalam waktu satu hari sampah yang berhasil diangkat sebanyak 200 mater kubig.
“Ke depan kita ingin melakukan survey untuk mengetahui, berapa banyak sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kota Malang, karena teorinya penduduknya di kawasan DAS Brantas paling banyak,”tambahnya. Lintasan Sungai Brantas di Kota Malang di mulai dari kawasan Dinoyo, hingga di Gadang, semuanya didipenuhi oleh hunian penduduk, yang memiliki kesadaran rendah dalam membuang sampDitambahkan dia, untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat, harus dilakukan secara intensif oleh semua pihak.
“Membuat kawasan bendungan bersih tidak bisa dilakukan sendiri oleh PJT, tetapi semua pihak harus terlibat termasuk masyarakat di bantaran sungai. Jika yang ada dibantaran sungai sudah disiplin, sungai akan bersih. Sungai yang bersih akan mengalir ke. Bendungan tanpa membawa sampah,” imbuhnya.
Kondisi saat ini, timpalnya tidak boleh menyalahkan pihak lain, yang terpenting adalah mengajak semua pihak untuk saling menjaga sungai, karena masyarakat dari hulu hingga hilir membutuhkan air sungai. Apalagi dalam pengeloaan air, PJT I memiliki tugas yang berat, yakni memelihara sumber air, memelihara saluran air, hingga ke Bendunan dan menyuplay irigasi untuk pertanian.
Masalah yang paling krusial adalah persoalan sampah, dan sedimentasi air. Karena jika sampai gagal dalam menangani persoalan tersebut maka akibatnya akan fatal.
Bahkan tidak sekedar sampah, tetapi limbah perusahaan yang dibuang oleh perusahaan berdampak pada pencemaran, yang bisa meracuni semua masyarakat yang memakainya.  [mut]

Tags: