BBM Jenis Bensin Picu Inflasi di Sumenep

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Sumenep, Bhirawa
Bulan Desember 2014 Kabupaten Sumenep mengalami inflasi sebesar 2,60 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 117,30. Angka tersebut lebih tinggi di dibanding Jatim yang mengalami inflasi sebesar 2,38 persen dengan IHK sebesar 118,07 dan Nasional juga mengalami inflasi sebesar 2,46 persen dengan IHK sebesar 119,00.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep, Suparno mengatakan, komuditas yang memberikan andil terbesar terhadap terjadinya inflasi di antaranya bensin, cabai merah, nasi dengan lauk, beras, cabai rawit, gado-gado, angkutan antar kota, nasi pecel, rokok kretek dan rujak.
“Dari 319 komuditas, ada sejumlah komuditas yang menjadi penyumbang terbesar atas terjadinya inflasi dibulan Desember 2014, yakni bensin,” kata Suparno, dikantornya, Senin (5/1).
Menurut Suparno, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran seperti kelompok bahan makanan sebesar 2,67 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 4,74 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,75 persen, kelompok sandang sebesar 0,20 persen, kelompok kesehatan 0,34 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,23 persen, kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 4,26 persen.
“Selain ada komuditas yang menimbulkan terjadinya inflasi, juga ada komuditas yang menimbulkan terjadinya deflasi. Adapun harga yang terkendali dan memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah daging sapi, udang basah, cumi-cumi, gula pasir, tengiri, teri, cakalang/sisik, bawal, kangkung dan kepiting/rajungan,” terangnya.
Dia menuturkan, dari 8 kota IHK di Jatim, semua mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Malang sebesar 2,72 persen, Jember sebesar 2,64 persen, Sumenep sebesar 2,60 persen, Kediri 2,52 persen, Banyuwangi 2,50 persen, Surabaya 2,23 persen, Madiun 2,20 persen dan inflasi terendah di Probolinggo 2,15 persen.
“Dari 8 kota IHK di Jatim, Sumenep menempati peringkat ketiga inflasi tertinggi setelah Malang dan Jember. Dan inflasi terendah di Jatim Probolinggo,” tegasnya.
Ia menegaskan, laju inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2014, Sumenep mencapai 8,04 persen, Jatim 7,77 persen, dan Nasional 8,36 persen. Dari 8 kota IHK di Jatim, laju tahun kalender 2014 tertinggi di Malang 8,14 persen, Sumenep 8,04 persen, Surabaya 7,90 persen, Jember 7,52 persen, Kediri 7,49 persen, Madiun, 7,40 persen, Probolinggo 6,79 persen dan terendah di Banyuangi 6,59 persen.
“Untuk laju inflasi tahun kalender, Sumenep berada diurutan tertinggi kedua setelah Malang dan terendah Banyuangi sebesar 6,59 persen,” imbuhnya.
Dijelaskan, sepuluh komuditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi sepanjang tahun 2014 adalah bensin, nasi dengan lauk, gado-gado, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek, tarif listrik, rujak, udang basah, cabai merah dan rokok kretek filter.
“Sedangkan sepuluh komuditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya deflasi sepanjang tahun 2014 adalah bawang merah, daging sapi, kelapa, daun bawang, gula pasir, daging ayam ras, sawi hijau, kacang panjang, telepon seluler dan tomat sayur,” pungkasnya. [sul]

Tags: