Beradu Bakat Paduan Suara di UPT Bina Prestasi Dindik Jatim

Anne Kusuma saat tampil maksimal di lomba paduan suara antar SMA di UPT Bina Prestasi Peserta Didik Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Selasa (27/3).

Kualitas Bernyanyi Tak Sekadar Merdu dan Nyaring
Surabaya, Bhirawa
Memimpin grup paduan suara adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah. Tidak bisa sekadar mengandalkan suara merdu dan nyaring untuk bisa menjadi sempurna. Komunikasi antara dirigen dan anggota harus tetap tersambung hingga seluruh tim turun panggung.
Begitulah yang dilakukan Anne Kusuma saat berusaha tampil maksimal di lomba paduan suara antar SMA di UPT Bina Prestasi Peserta Didik Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Selasa (27/3). Sebagai dirigen, dia memiliki cara tersendiri agar timnya dari SMAN 11 Kota Surabaya itu tampil istimewa di hadapan juri. Selain kedua tangan yang sibuk memberi arahan, tanpa diketahui penonton dirigen juga harus punya kode-kode rahasia untuk mengarahkan anggotanya. Mulai dari gerak bibir, kedipan mata hingga memancing senyum. Dua lagu pun berhasil dibawakannya dengan cukup apik.
“Kita diberi pilihan dua lagu. Satu lagu wajib berjudul Untuk mu Guru dan satu lagi lagu yang diundi oleh panitia berjudul Pahlawan Pembangun Insan Cendekia,” tutur Anne usai memimpin tim paduan suaranya.
Anne menuturkan, dirigen memiliki tugas mengatur dinamika lagu sehingga tinggi rendahnya suara dapat teratur. Namun, meski telah cukup berlatih grup paduan suara tak pernah benar-benar sempurna tampil tanpa kesalahan. Ada saja, mulai dari barisan, koreografi atau powernya saat bernyanyi kurang. “Saya sering memberi kode dengan senyum untuk mengingatkan teman-teman yang lupa senyum saat menyanyi,” tutur dia.
Tidak hanya senyum, jika ada salah satu anggota yang suaranya tidak sesuai. Dia pun memberi perintah lewat gerak bibir tanpa suara. “Ya seperti ngomong begitu, tapi cuma mulutnya aja yang gerak-gerak,” tandasnya.
Selain Anne, Zahwa Karin menjadi salah satu anggota vokal dalam tim paduan suara SMAN 11 Surabaya. Dia sudah hobi bernyanyi sejak duduk di bangku SMP dan terus berlanjut hingga kini. “Ini potensi saya dan sekolah punya media untuk saya bisa menyalurkan bakat saya. Jadi ya kenapa tidak,” ceritanya.
Senada dengan Anne, Karin juga meyakini bahwa paduan suara tidak bisa mengandalkan hanya kualitas suara. Bahkan jika ada anggota yang suaranya sangat merdu dan nyaring, belum tentu hasil paduan suaranya akan enak didengar. “Paduan suara itu butuh kekompakan. Tidak boleh ada satu yang terlalu menonjol. Misal ada yang suaranya paling enak dan paling tinggi, dia harus tetap menyesuaikan suara teman-temannya dalam satu tim itu,” tutur Karin.
Selain kekompakan, teknik bernyanyi juga harus dipahami. Sebab, suara nyaring tidak selalu enak didengar. Terkadang nyaring itu justru terdengar seperti suara cengeng. Sebaiknya suara yang nyaring itu terdengar tebal dan punya power. “Jadi kalau dipraktikan seperti kita bernyanyi sambil makan bakso,” tutur dia.
Belum selesai menjelaskan, Karin juga menceritakan tentang bernyanyi yang harus dijiwai oleh penyanyinya. Ada bagian-bagian lagu yang harus ditahan dengan nada rendah ada juga tetapi ada juga saatnya mengeluarkan seluru kekuatan untuk mencapai klimaks lagu.
“Kita optimis dengan hasil yang akan diterima. Karena sekolah kami sendiri sering dipilih menjadi aubade saat upacara di Gedung Grahadi. Jadi itu sudah menjadi motivasi dan daya saing tim kami,” tandasnya.
Selain SMAN 11 Surabaya, penampilan cukup menarik juga ditunjukkan SMAN 8 Surabaya. Miradila Pasa Viska memimpin 21 anggota paduan suara dari sekolahnya. Dia tampil membawakan lagu Untuk mu Guru dan Bhineka Tunggal Ika. “Penampilan kami sudah maksimal. Kita sudah berlatih hingga 14 kali dan membuat formasi khusus agar suaranya enak didengar dan sampai ke penonton,” tutur Miradila.
Formasi yang dia maksud adalah barisan sesuai tinggi rendah suara vokal grup paduan suara. Miradila merinci, dalam dua baris anggota paduan suara itu terbagi menjadi empat jenis suara. Di barisan paling depan sisi kiri adalah vokal jenis sopran, yaitu suara yang paling tinggi. Di barisan paling kanan depan adalah jenis vokal alto, yaitu suara cewek dengan nada rendah. Sementara di barisan tengah dan belakang untuk jenis vokal tenor dan bas. “Ini pengalaman pertama kami ikut kompetisi. Jadi teman-teman cenderung lebih gerogi saat tampil,” pungkas dia.

Kompetisi Sekaligus Seleksi untuk Upacara Hardiknas
Adu bakat paduan suara di kantor UPT Bina Prestasi Peserta Didik tidak sekadar menjadi ajang perlombaan. Mereka yang sukses menjadi juara selanjutnya akan menjadi aubade dalam upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2018 di Gedung Grahadi Mei mendatang.
Kepala UPT Bina Prestasi Peserta Didik Dindik Jatim Indah Andayani menuturkan, tercatat ada 38 grup paduan suara yang mengikuti ajang lomba tersebut. Seleksi berlangsung sejak kemarin hingga hari ini, Rabu (28/3) untuk menentukan enam tim terbaik. “Dari 38 tim yang berlomba itu akan ada enam tim terbaik akan kita pilih dan kembali dilatih untuk mempersiapkan diri,” tutur dia.
Enam tim tersebut jumlahnya mencapai 120 orang dan ditambahkan 30 orang siswa dari SMAN Taruna Nala Malang. Seluruh peserta tersebut, akan mengikuti prosesi pembinaan di tingkat provinsi melalui karantina. “Sengaja kita baru membuka lomba ini untuk daerah yang terdekat seperti Surabaya, Gresik dan Sidoarjo. Karena mereka akan diminta kembali tampil di Surabaya Mei mendatang. Jadi tidak terlalu jauh,” tutur Indah.
Indah berharap, ajang-ajang semacam ini dapat mendukung potensi siswa di sekolah. Terlebih dia melihat animo siswa untuk mengikuti ekstrakurikuler paduan suara cukup tinggi. “Ini potensi yang bisa dikembangkan menjadi sebuah proses pendidikan karakter atau juga mengurai potensi ekonomis dari seni paduan suara,” pungkas dia. [tam]

Tags: