Berangkat dari Desa, Bingung Kumpulkan Rp 700 Ribu untuk Modal Lomba

7-lomba-desain-busanaLKP Kurnia Arum Sukses Sabet Juara Desain Busana Modern
Kota Surabaya, Bhirawa
Intan tetap saja intan, kualitas dan harganya tetap akan mahal meski terkubur di lumpur sekalipun. Ini seperti kepiawaian Arwita Dwi Andriani. Peserta didik Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kurnia Arum asal Jombang ini sukses menyabet prestasi juara satu lomba kursus bidang desain busana modern menyisihkan lawan-lawannya dari 23 kabupeten/ kota di Jatim.
Tidak sia-sia Arwita datang dari Jombang ke Surabaya untuk mengikuti lomba peserta didik kursus se- Jatim yang digelar oleh Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jatim. Awalnya tidak terlintas sekalipun dalam benaknya akan menjadi pemenang. Sebab, selain persiapan yang minim, modal untuk latihan pun sangat terbatas. Karya yang sukses mengantarnya sebagai juara adalah desain busana pengantin modern. “Saya nggak nyangka bisa menang. Soalnya selama lomba berjalan, saya apa adanya,” kata dia.
Dari sisi model, dia tidak merasa ada yang terlalu wah pada baju buatannya. Hanya saja, pemilihan bahan, teknik pembuatan hingga hasil jahitan yang halus menjadi faktor penilaian hingga mengantarnya jadi juara. Busana pengantin berwarna putih itu sekilas memang tampak sederhana. Bahkan aksesoris yang menghiasinya hanya satu buah di bahu sebelah kanan.
“Persiapan ikut lomba hanya satu minggu. Jadi tidak sempat mikir desain model yang neko-neko. Tapi alhamdulillah, ternyata menang,” tutur dia. Atas prestasi itu, Arwita berhak mendapat beasiswa senilai Rp 15 juta plus trophy.
Bakatnya di dunia busana ini tak lepas dari kebiasaannya membantu orangtua. Sebagai seorang penjahit, ibu Arwita kerap meminta pertolongan dia untuk mengerjakan pesanan. “Nanti kalau sudah lulus sekolah, mau melanjutkan usaha orangtua saja,” tutur perempuan yang kini duduk di bangku kelas XI SMKN 2 Jombang itu.
Keberhasilan Arwita tidak mutlak karena peran dan usahanya sendiri. Di balik prestasinya itu, Ketua LKP Kurnia Arum Retno Ruwitaning Ati cukup penting perannya. Tidak hanya sebatas menjadi guru tata busana bagi Arwita, melainkan juga telah berusaha keras mencari modal berangkat ke Surabaya. Retno mengaku telah merogoh kocek sebesar Rp 700 ribu untuk pergi ke Surabaya beserta kelima muridnya yang juga mengikuti lomba. Awalnya dia sempat bingung saat akan pergi ke Surabaya karena biaya yang tidak sedikit baginya.
“Bagi orang lain mungkin uang sebesar itu kecil. Tapi bagi saya, mencarinya sudah setengah mati,” tutur dia.
Untuk mencari modal itu, Retno berusaha keras mencarinya dengan ngelembur pesanan jahit dari para tetangga. Tetapi upah menjahit saja tak cukup untuk mencapai nilai Rp 700 ribu. Hingga hari pelaksanaan lomba tiba, Retno mengaku masih harus bolak-balik Surabaya – Jombang selama tiga hari untuk mencari tambahan.
“Saya sampai tidak tidur tiga hari tiga malam. Siangnya mendampingi murid saya lomba, malamnya saya pulang ke Jombang,” ungkap dia.
Kemenangan ini, lanjut dia, adalah kemenangan yang sangat berarti mengingat usahanya yang begitu melelahkan. Bagi Retno, baju karya peserta didiknya memang sederhana. Namun bahan yang digunakan, teknik yang tepat mampu menghasilkan jahitan yang halus. Tetapi yang paling penting, baju yang telah dibuat pas dan nyaman saat digunakan. “Ada baju pengantin itu yang bagus sekali desainnya. Tapi saat dipakai ternyata tidak enak. Jadi yang pakai pun tidak nyaman,” tutur dia.
Kepala Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jatim Nasor mengatakan, para peserta didik kursus dilatih agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan minatnya. Hal ini sangat sesuai untuk mengasah minat usaha para peserta didik di LKP. “Karena itu, ke depan kami ingin memfasilitasi para penyelenggara LKP dan pesertanya dengan Bank Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ini agar mereka mau membuka usaha dari keahlian yang dimilikinya,” tutur Nasor. [tam]

Tags: