Berbagi Ilmu dengan Masyarakat Bercocok Tanam Tanpa Tanah

Ketua KHS Yoso Susriarto memberikan pelatihan kepada kelompok masyarakat mengenai cara budidaya tanaman hydroponik. [adit hananta utama/bhirawa)

(Melihat Aktifitas Komunitas Hidroponik Surabaya)
Surabaya, Bhirawa.
Hidup di wilayah perkotaan bukan menjadi halangan untuk tetap bisa menyalurkan kegiatan bercocok tanam. Karena dalam perkembangan dunia pertanian, menanam tidak selalu harus menggunakan tanah. Inilah yang tengah digalakkan Komunitas Hidroppnik Surabaya (KHS) dengan memberi pelatihan gratis bagi kelompok masyarakat.
Ketua KHS Yoso Susriarto menjelaskan, pelatihan hidroponik ini sebagai bagian dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari Perkotaan. Praktiknya dengan melatih kelompok masyarakat, di panti asuhan, PKK,perumahan, perkumpulan dan lainnya.
“Kami mengedukasi terkait bahaya dalam sayuran yang mengandung peptisida. Kemudian kami mengajarkan tentang cara menanam hidroponik,” jelasnya disela pelatihan hidroponik pada anggota GKJW Rungkut di Kedungasem, Selasa (28/3).
Menurut Yoso, pemahaman ini diberikan agar warga bisa memproduksi sayur sehat tanpa peptisida. Bahkan, kalau produksi banyak bisa dijual. Jenis sayur yang dapat ditanam dengan hidroponik beragam, mulai kangkung,sawi,bayam dan selada.
“Sudah 30 kelompok tani yang kami latih bekerja sama dengan dinas pertanian. Perubahannya banyak masyarakat semakin memahami hidup sehat. Apalagi hidroponik ini tidak butuh tanah, steril media air, bisa di pagar, atap dan halaman rumah,”jelasnya.
Menurutnya kegiatan sosialisasi secara sukarela ini dilakukan setiap pekan liburan. Secara bergantian anggotanya yang juga mayoritas pekerja memberikan penyuluhan sesuai permintaan kelompok masyarakat. “Kami tak hanya sosialisasi,kami juga bersedia memberikan pendampingan pada warga yang memulai menannam hidroponik,gratis,” ungkapnya.
Sementara itu, Lulut Sri Yuliani, tim peningkatan ekonomi warga GKJW Rungkut menjelaskan kelompoknya mengadakan pelatihan sebagai upaya untuk pemberdayaan. Sehingga anggota kelompoknya memiliki kemampuan produktif.
“Maunya pelatihan terpadu, jadi ada pengecekan dalam setiap pelatihan yang kami terima. Apakah bisa diterapkan,”lanjutnya.
Pelatihan ini merupakan kali kedua uang diadakn kelompoknya dalam tahun ini. Pelatihan sebelumnya memiliki perbedaan tema, yaitu terkait pengolahan hasil panen. Sedangkan pelatihan kali ini diarahkan pada pelatihan sebelum panen.
“Lahan disini tidak ada tapi bisa bercocok tanam, inginnya seperti Jepang bisa eksis pertanian. Makanya anggota kami dorong untuk mampu memanfaatkan lahan yang minim di kota,”pungkasnya. [tam]

Tags: