Berbahan Bakar Gas, Didanai Kementerian Riset dan Teknologi

Dua mobil multiguna hasil konsorsium ITS dengan beberapa pihak yang didanai Kementerian Riset dan Teknologi dipamerkan di depan halaman Kantor Rektorat.

Dua mobil multiguna hasil konsorsium ITS dengan beberapa pihak yang didanai Kementerian Riset dan Teknologi dipamerkan di depan halaman Kantor Rektorat.

Kota Surabaya, Bhirawa
Dua mobil multiguna hasil konsorsium ITS dengan beberapa pihak yang didanai Kementerian Riset dan Teknologi dipamerkan di depan halaman Kantor Rektorat akhir pekan lalu.  Tim konsorsium menamai karya inovatif ini dengan nama Progea.
Konsorsium penelitian yang terdiri ITS, PT INKA (Persero), PT Railindo Global Karya, Disperindag Jatim, dan IKM Jatim berhasil menciptakan kendaraan multiguna masyarakat pedesaan. Kendaraan ini tak hanya dipakai mengangkut barang hasil pertanian, tetapi juga untuk berjualan, mengangkut orang, bahkan membawa mesin produksi seperti perontok padi.
Dari depan, kendaraan ini tak ubahnya mobil pikap kecil dengan bagian belakang terbuka yang bisa dipasang tiga boks dengan fungsi beragam. Pertama boks penumpang dengan seluruh bagian tertutup dan sebuah pintu di sisi kiri dan boks penumpang ini bisa mengangkut sembilan orang dengan posisi duduk saling berhadapan. Selain untuk mengangkut orang, boks penumpang ini dapat difungsikan sebagai toko.
Caranya, sisi kanan dan belakangnya dibuka untuk memajang barang-barang dagangan yang diinginkan dan penjual maupun pembeli tidak khawatir kehujanan atau kepanasan karena penjual bisa berada di dalam mobil, sementara pembelinya dinaungi bagian samping mobil yang terbuka.
Mobil yang didanai Kementerian Riset dan Teknologi ini juga bisa berubah menjadi kendaraan angkut. Dengan mengganti boks penumpang dengan bak angkutan barang atau alat produksi seperti mesin perontok padi.
Proses produksinya pun bisa dilakukan di atas mobil karena bagian bawah alat diberi pengait sehingga tidak bergeser. Tim konsorsium menamai karya inovatif ini dengan sebutan Progea.
Koordinator Tim Progea ITS Nyoman Sutantra mengungkapkan, arti kara Pro dalam Progea dipilih karena kendaraan ini memang dikhususkan sebagai alat produksi di pedesaan sehingga mendukung kemandirian dan program keluarga produktif.
“Dengan alat ini, ibu bisa berjualan dan bapaknya mengangkut barang serta membawa alat produksi ke sawah karena mobil ini memang didesain untuk menjangkau sawah,”kata dosen Teknik Mesin ITS saat ditemui usai launching kendaraan ini di Halaman Kantor ITS, Jumat (19/12).
Sementara “Gea” artinya Gulirkan Energi Alternatif. Diakui Tantra, mobil bermesin 650 cc ini dirancang bisa menggunakan tiga bahan bakar, yakni bensin, gas, serta campuran bensin dan etanol. “Memang yang lebih efisien adalah gas, tetapi komponennya saat ini masih dalam tahap penyempurnaan,”ujarnya.
Inovasi lain mobil ini juga bisa dilihat dari penggunaan material lokal. Tantra menyebut 75 persen material mobil ini murni produk dalam negeri dan hanya 25 persen yang diimport dari luar negeri (Tiongkok), seperti pompa bahan bakar tekanan tinggi, pompa bahan bakar tekanan rendah, dan injector.
Beberapa komponen mesin sudah bisa dibuat sendiri seperti assembly cylinder block, assembly cam shaft, assembly cylinder head, assembly balancer, electronic control unit dan assembly crank shaft. “Ke depannya kami ingin 100 persen material yang digunakan dari dalam negeri sehingga program ini benar-benar untuk kemandirian bangsa,”katanya.
Deputi Menteri Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Kementerian Riset dan Teknologi Agus Puji Prasetyono memastikan kendaraan ini sudah bisa diproduksi massal pada 2015.  “Prinsip dasar mobil ini sudah dipenuhi, selanjutnya PT INKA tinggal mengembangkan finishingnya untuk kemudian memproduksi secara massal,”terang Agus.
Meski secara prinsip sudah bisa diproduksi, Agus berharap konsorsium ini tidak berakhir, melainkan terus meriset dan mengembangkan produk ini sehingga menjadi industri yang mandiri dan kuat. Agus optimistis produk ini bisa diterima masyarakat pedesaan, karena itu pihaknya telah bekerjasama dengan sejumlah pihak untuk memanfaatkan mobil inovatif ini. Saat ini saja telah ada pesanan 100 unit yang masuk ke PT Inka, sebagain besar pesanan dari kabupaten/kota di Indonesia.
Meski produksi mobil dilakukan PT Inka, tetapi hak paten dari komponennya akan menjadi masing-masing orang dan ITS sebagai lembaganya. “Akan banyak paten yang muncul, tidak hanya satu, tetapi berpuluh-puluh paten dan nantinya milik perguruan tinggi,” jelas Agus Puji Prasetyono. [geh]

Tags: