Berbusana Kebaya, Bu Dosen Malah Adu Panco

22-adu-pancoSemarak Peringatan Hari Kartini Unitomo Surabaya
Kota Surabaya, Bhirawa
Perempuan yang kerap diidentikkan dengan keanggunan dan lemah lembut ternyata juga bisa tampil kuat dan bertenaga. Betapa tidak, meski mengenakan busana tradisional kebaya, perempuan-perempuan yang berstatus sebagai dosen, staf dan mahasiswa Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya itu justru adu panco.
Karyawan Universitas Dr Soetomo Surabaya tampil untuk membuktikan, bahwa perempuan itu kuat dan tidak sepatutnya dianggap lemah apa lagi mendapat perlakuan diskriminatif. Adu panco ini sengaja digelar untuk memperingati Hari Kartini. Sebenarnya Hari Kartini tidak hanya disemarakkan dengan adu panco. Ada banyak perlombaan lain yang digelar, seperti lomba paduan suara, joget oplosan, panco berkebaya, dan lainnya.
Salah satu penampilan yang membuat heboh adalah saat istri Rektor Unitomo Lilis Iriani ikut beradu panco dengan salah seorang mahasiswanya. Meski dua kali digelar tanpa pemenang, namun suasana tampak meriah. Mengingat mahasiswi yang jadi tandingannya tersebut adalah seorang kontestan penyanyi dangdut yang kini sedang ngetren di salah satu stasiun televisi nasional. “Kami ingin menunjukkan, bahwa perempuan itu kuat. Selama ini kan panco hanya dilakukan laki-laki. Tapi ternyata perempuan juga bisa melakukannya,” kata dia, Senin (21/4).
Pengalaman adu panco juga dialami salah seorang mahasiswi Unitomo Rena Kusmoto. Mengenakan kebaya lengkap dengan kain panjang, dia tampak antusias mengikuti lomba ini.  “Ini pertama kalinya pakai kebaya. Panas, tapi tidak apa-apa, seru soalnya,” kata Rena usai ikut adu panco.
Rena senang sempat ikut lomba panco melawan salah seorang dosen. Hanya saja dalam pertandingan itu dia kalah. Rena terkesan dengan Kartinian di kampus yang menaunginya itu. Mahasiswi berambut pirang ini mengaku tahu sosok Kartini. “Kartini itu orang Jawa. Dia pejuang sehingga wanita Indonesia bisa bekerja, bisa sejajar dengan laki-laki. Saya tahu sejarah Kartini dari membaca buku,” tuturnya.
Lomba lain yang cukup mendapat respon meriah adalah lomba joget oplosan. Tak jarang mereka yang tidak naik panggung, ikut bergoyang, menirukan mereka yang lomba. Bukan saja ikut menyanyi, namun bergoyang. “Kami jadikan Kartinian ini wahana unjuk multi talenta. Kita ingin menggali kreativitas pegawai Unitomo. Tak hanya bidang seni, tapi uji kemampuan lain,” kata Rektor Unitomo Bachrul Amiq.
Lomba bagi mereka yang pria juga ada. Mulai mengenal empon-empon atau bumbu-bumbuan dengan cara mencium aroma. Tak kalah menariknya, lomba menyiapkan sarapan anak dan bekal sekolah. “Panco kami pilih sebagai salah satu lomba bagi ibu-ibu karena selama ini panco olahraganya bapak- bapak,” pungkas Amiq. [tam]

Tags: