Bercita-cita Menjadi Guru, Tertantang Memahami Karakter Siswa

Dewi Masyithoh MPd

Dewi Masyithoh MPd
Menjadi guru merupakan cita – citanya sejak kecil. Karena banyak tantangan untuk bisa memahami semua karakter para murid. Selain itu bisa menjadi teman, menjadi sahabat serta bisa menjadi pemotivasi bagi siswanya.
“Saya sering melihat sosok guru saat masih duduk dibangku SD. Kebetulan saat itu sering diminta guru untuk mambantu menulis di depan kelas, atau membaca dengan keras untuk teman-teman di kelas. Sejak saat itulah saya mempunyai cita – cita ingin menjadi guru,” ungkap Dewi Masyithoh MPd, Kepala SMP Pembangunan Jaya Gedangan, Sidoarjo.
Perempuan kelahiran Blora, 22 Agustus 1980 ini, mengaku menjadi guru mulai 2005-213 di SD Pembangunan Jaya 2 Gedangan, Sidoarjo. Setelah menjadi guru rasanya semakin tertantang untuk lebih memahami siswa. Karena pada dasarnya menjadi guru itu bukan hanya bicara materi pelajaran, bukan juga bicara tentang nilai, tetapi lebih kepada figur untuk siswa. Bagaimana guru itu bisa menjadi guru, menjadi teman, menjadi orang tua bagi para siswanya.
“Untuk itulah yang utama harus bisa dilakukan guru adalah memahami karakter masing – masing siswa. Mengerti gaya belajar siswa. Kalau guru sudah bisa ‘memegang’ siswanya, Insya Allah semua ilmu yang diberikan akan lebih mudah. Itulah pengalaman yang saya dapatkan selama menjadi guru,” tutur Bu Dewi–sapaan sehari – harinya.
Di sisi lain, bila ada siswa atau guru yang nakal sebaiknya didekati dulu secara personal. Kira – kira hal apa yang melatarbelakangi tindakan nakalnya itu. Adakalanya siswa itu bersikap nakal di sekolah itu karena efek masalah yang ada di rumahnya. Karena anak itu tidak bisa mengekspresikan emosinya, sehingga berbuat semaunya sendiri di sekolah.
“Nah kalau sekolah sudah tahu akar masalahnya, maka akan diadakan tindakan, misalnya, memanggil orang tuanya untuk dilakukan komunikasi dan mediasi dicarikan solusinya bersama,” ungkap Dewi yang juga pernah menjadi Kepala SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo 2014-2016.
“Jadi, dalam mendidik anak memang bukan hanya tugas dan tanggungjawab sekolah saja atau orang tua saja, namun kerja sama antara keduanya,” tegasnya Bu Dewi yang menjadi Kepala SMP Pembanguanan Jaya 2 Gedangan mulai 2017 hingga sekarang.
Bu Dewi mengaku tidak terbayang sama sekali menjadi kepala sekolah. Tidak menyangka bisa dipercaya pihak yayasan menjadi kepala SD dan SMP PJ 2 ini. ”Rasanya memang tidak yakin apa saya bisa, tapi beruntung pihak yayasan sangat support dan memberi saya kepercayaan penuh,” ungkapnya.
Bu Dewi mengaku, saat ini masih banyak belajar. Karena tiap tahun kondisi sekolah bisa berbeda – beda. Siswa yang dihadapi berbeda, wali murid pun berbeda. Apalagi saat pandemi Covid 19 seperti saat ini, yang tidak bisa diprediksi sebelumnya.
“Kalau kita berhenti belajar akan tergilas oleh jaman. Apalagi didunia pendidikan itu sangat dinamis. Karena berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang setiap detik berkembang. Makanya dari pengalaman selama tujuh tahun menjadi KS harus bisa menciptakan atmosfir kerja yang kondusif dan nyaman bagi para guru, agar fokus terhadap pekerjaannya,” tandas Bu Dewi. [ach]

Tags: