Beredar Imbauan Demo Palsu, Universitas Brawijaya Klarifikasi

Menghitam kawasan Alun-alun Tugu Kota Malang penuh dengan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Malang
Ribuan Masa Hitamkan Alun-alun Tugu

Kota Malang, Bhirawa  
Poster palsu berupa imbuan pengalihan jadwal kuliyah yang beredar di media sosial ditanggapi oleh pihak Rektor Universitas Brawijaya  (UB). Rektor UB Prof Nuhfil Hanani, merespon ajakan demo yang beredar di media sosial.
Secara tegas pihak UB membantah terlibat aksi demonstrasi di Bundaran Tugu Malang atau halaman depan Gedung DPRD Kota Malang, oleh mahasiswa se Malang Raya, Senin, 23/9 kemarin.
Pihaknya ,  menyayangkan poster hoax yang tersebar lengakap dengan foto dirinya.
Poster bohong yang tersebar itu, seolah-olah ada ajakan kepada  seluruh mahasiswa UB untuk pindah kuliah dari gedung kampus menuju gedung DPRD Kota Malang.
Pada selebaran itu, tertulis seakan-akan ada ajakan aksi untuk menolak  beberapa RUU ngawur yang akan segera disahkan. “Maka dari itu saya memutuskan untuk memindahkan seluruh kegiatan perkulihaan di UB ke depan Gedung DPRD,”tertulis pada selebaran hoax tersebut.
Rektor UB memastikan, proses perkuliahan di kampusnya tetap berjalan normal seperti biasanya. Dia juga menyangkal menyerukan seluruh mahasiswanya untuk turun ke jalan melakukan demonstrasi.
Nuhfil menegaskan, pihkanya tidak pernah menyampaikan atau mengeluarkan pernyataan itu. Tidak ada pemindahan pekuliahan di Gedung DPRD. “Perkuliahan di UB tetap berjalan normal, tanpa ada pemindahan tempat perkulihaan,”tandas  Nuhfil.
Imbuan paslu itu sebenarnya tidak hanya mengatasnamakan UB saja,  ada PTN  dan lain yang namanya dicatut imbuan hoax itu tetapi  mereka tidak memberikan tanggapan atas selebaran hoax tersebut.
Patut diketahui,  ribuan elemen mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi  dengan  busana hitam-hitam, memadati area Alun-alun Tugu. Warna hitam dipilih sebagai simbol matinya reformasi. Para mahasiswa itu secara bergantian melakukan orasi, dan memberikan kritikan kepada pemerintah.
Dalam aksinya itu, masa tidak mau ditemui oleh perwakilan DPRD Kota Malang, pasalnya ia hanya ingin menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah pusat. Demo berjalan tertib dan tepat pada pukul 13.00 WIB mereka membubarkan diri dengan tertib.
Menanggapi hal tersebut, Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika mengungkapkan, hal tersebut merupakan bentuk ekspresi yang dilakukan agar didengar hingga tingkat nasional,  sayangnya ada  aksi vandalisme.
Pihaknya  menghargai aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa  itu. Tapi sebaiknya menyampiakan aspirasi tukas made, tidak usah dibarengi dengan aksi lainya.
Namun  pihaknya akan melakukan upaya untuk menghilangkan tulisan tersebut dengan membersihkannya. Menurutnya, hal tersebut juga dinilai merugikan masyarakat. “Kalau ada tulisan seperti itu, siapa yang dirugikan? Ya masyarakat. Berapa uang APBD yang harus dikeluarkan untuk membersihkan itu,” jelas dia.
Menurutnya, oknum yang membubuhkan tulisan tersebut juga dinilai kurang memiliki kedewasaan. Padahal, dalam menyampaikan aspirasi bisa dilakukan dengan cara berdiskusi. “Perwakilannya bisa datang dan lakukan audiensi dengan kami. Kami selalu terbuka untuk diskusi,” lanjut dia.
Made menambahkan, pihaknya sudah melakukan upaya untuk mendatangi aksi massa tersebut. Namun, para mahasiswa menolak untuk bertemu dengan pimpinan dewan. “Sebab, aksi mereka ditujukan untuk nasional. Tidak ada tuntutan untuk kami yang ada di daerah,”tukas Made. [mut]

Tags: