Berharap pada Gubernur BI

Foto Ilustrasi

Calon tunggal Gubernur Bank Indonesia (BI) yang diajukan presiden Jokowi, telah disetujui DPR. Perry Warjiyo, akan menggantikan Agus Martowardoyo. memimpin Bank Sentral Indonesia. Sebagai “guru” moneter internasional, Gubernur BI yang baru diharapkan dapat mendongkrak nilai kurs rupiah. Juga “laduni-nya” meningkatkan neraca transaksi berjalan. Serta kebijakan suku bunga bank, sebagai konter kenaikan suku bunga The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat).
“Laduni,” merupakan kecerdasan spiritual yang dimiliki “orang-orang pilihan” Ilahi. Dengan “laduni,” akan ditemukan jalan keluar terhadap permasalahan (berat) yang melilit. Sebab, mengembalikan IDR (rupiah sebagai alat pembayaran) pada posisi Rp 13 ribu, nyaris mustahil. Selain itu, masyarakat menunggu (dengan berdebar-debar) kinerja Gubernur BI yang baru. Terutama peta jalan (road-map) terhadap tiga problem moneter.
Harus diakui tidak mudah, karena berkait dengan tatanan perekonomian global. Diperlukan penguatan fundamental ekonomi. Termasuk di dalamnya infrastruktur bisnis, serta kemudahan perizinan investasi. Maka sinergitas kinerja pemerintah dengan Bank Indonesia, perlu dijalin sekuat-kuatnya. Bahkan sampai “satu komando “perekonomian. Konon, masih boleh diyakini, bahwa cadangan devisa masih cukup menyokong mempertahankan nilai tukar rupiah.
IDR masih aman, tidak akan lebih terjerumus. Walau nilai tukar, niscaya (normalnya) mengalir pada mekanisme pasar. Tetapipada”anomali” yang endemik, diperlukan intervensi negara (melalui Bank Sentral). Sejaktahun (2017) lalu, rupiah memperoleh tekanan secaraendemik. Sampai mendekati batas psikologis (Rp 14 ribu per-US$). Pada saat “anomali,” BI tidak boleh ragu meng-intervensi dengan menggelontor dolar AS, menggunakan cadangan devisa.
Berdasar catatan BI, telah digunakan cadangan devisa sebesar US$ 3,92 milyar untuk menjaga ketahanan rupiah. Saat ini masih tersedia sebesar US$ 128,06 milyar. Sisa yang masih cukup memadai, namun tidak elok terus digerus. Walau pada saat “penjualan” dolar, BI memperoleh keuntungan, karena tingginya harga dolar AS. Keuntungan bisa digunakan memperkuat kredit dalam negeri, khususnya KUR (Kredit Usaha Rakyat), dan KUT (Kredit Usaha Tani).
Pemerintah patut memberi perhatian terhadap sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Sektor UMKM terbukti menjadi “pahlawan” ekonomi pada masa krisis moneter tahun 1998, serta krisis tahun 2004 lalu. Pada saat konglomerasi usaha, dan industri besar kelelap krisis global, sektor UMKM tetap berjalan tegak. Tetap menyokong retribusi (kepada daerah), serta pajak pada hulu perkulakan.
Kinerja BI, niscaya bergantung pada kebijakan pemerintah. Berbagai paket kebijakan pendorong perekonomian telah diterbitkan. Di antaranya berupa percepatan proyek infrastruktur strategis, dan meningkatkan daya saing industri. Terutama jalan tol, dan tol laut. Sektor distribusi (dan transportasi) dapat mengurangi biaya produksi dan ongkos jual berbagai komoditas. Menjadi keunggulan investasi ekspor dan impor.
Namun sektor ekonomi, niscaya tidak mudah kepincut kebijakan sebelum melihat realisasi. Pertumbuhan ekonomi yang melemah membutuhkan berbagai “kemudahan. “Seluruh Kementerian, dan Pemerintah Daerah, diharapkan memotong birokratisasi, mempermudah perizinan. Juga diharapkan mempercepat realisasi pelaksanaan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja negara), sertaAPBD (daerah).
Biasanya, perekonomian baru mulai menerima anggaran stimulan APBN dan APBD pada bulan Juli dan Agustus. Bahkan beberapa proyek masih terkendala birokrasi sistem tender. Sampai pertengahan tahun, serapan anggaran Kementerian dan daerah sangat minimalis, sekitar 30-an persen. Konon disebabkan “ketakutan” karena belum memahami asas transparansi.
Seyogianya, telah dimulai keharusan realisasi APBN dan APBD pada kuartal pertama (awal tahun) anggaran. Toh APBN dan APBD telah disahkan sebelum akhir tahun. APBN dan APBD yang lancar diperlukan sebagai stimulan perekonomian, terutama lapangan kerja padat karya.
——— 000 ———

Rate this article!
Berharap pada Gubernur BI,5 / 5 ( 1votes )
Tags: