Beri Semangat Peserta, Wali Kota Ikut Ngudang Ayam

6-ayam-sramaKontes Komunitas Pecinta Satwa Meriahkan HJKS
Kota Surabaya, Bhirawa
Suasana Taman Flora (Kebun Bibit) Bratang, pada Minggu (4/5/) kemarin terlihat berbeda dari biasanya. Salah satu taman yang menjadi jujukan warga Surabaya untuk rileks bersama keluarga ini mendadak seperti berubah jadi kebun binatang.
Ada banyak binatang mulai dari musang luwak, burung hantu, ikan dan juga ayam, yang mejeng di Taman Flora. Tetapi, yang paling membuat meriah adalah keriuhan suara ratusan ayam.
Sekitar 600 ayam mulai jenis ayam ketawa, ayam serama dan ayam pelung dari berbagai kota di Indonesia tampil dalam berbagai kontes nasional yang digelar Dinas Pertanian (Distan) Kota Surabaya.
Ayam ketawa memamerkan suaranya, sementara ayam serama menunjukkan kemolekan dan ‘aksi panggung’ nya. Acara bertema ‘Surabaya Peduli Pelestarian Alam’ ini merupakan rangkaian acara untuk memeriahkan peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-721 tahun pada 31 Mei mendatang.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terlihat bersemangat ketika membuka acara kontes ayam yang digelar tahunan tersebut. Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini bahkan ikut ngudang ayam.
Ketika ada satu ayam serama berdiri di atas meja lomba sambil membusungkan dadanya diiringi iringan musik, wali kota ikut menyemangati sang ayam agar terus bergaya. “Ayo joget, ayo joget,” ujar Risma sambil bertepuk tangan.
Sebelum membuka acara, Wali kota Risma memberikan tali asih kepada perwakilan komunitas pecinta satwa di Surabaya. Dia mengatakan menyambut positif kegiatan ini. Menurutnya, ini bukti bahwa di Surabaya ada beragam komunitas pecinta satwa yang memiliki aneka aktivitas dan hobi yang bisa diakomodasi oleh Pemkot Surabaya.
“Kita coba akomodir keinginan dan hobi para pecinta satwa. Karena saya yakin, hidup itu bukan hanya untuk mencari duit, tetapi juga memberikan kesejahteraan lahir dan batin. Saya juga tahunya tahun lalu, ada ayam kecil yang bisa bergaya. Untuk itu, kami berupaya agar seluruh hobi yang dikembangkan warga, bisa kami naungi,” tegasnya.
Risma menambahkan, kontes ayam maupun ikan sepeti yang digelar di Taman Flora, juga penting bagi warga Surabaya untuk bisa menjalin silaturahmi dengan komunitas satwa dari luar kota dan bahkan dari luar pulau. Sebab, peserta kontes ini memang bukan hanya berasal dari Surabaya, tetapi dari berbagai kota di seluruh Indonesia.
”Itu yang penting, dalam kontes ini kita dapat bersilaturahmi. Warga Surabaya bisa berkawan dengan teman-teman di luar daerah dan bisa menjadi satu kesatuan. Semoga teman-teman dari luar kota bisa kerasan dan bisa menyatu dengan warga Surabaya,” sambung Risma.
Setelah membuka acara, Risma berkeliling meninjau stan pasar ikan hias dan stan berbagai komunitas pecinta satwa seperti komunitas pecinta luwak dan burung hantu.
Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Sigit Sugiharso mengatakan, jumlah peserta kontes tahun ini meningkat pesat dibandingkan pada 2013 lalu.
Dia menyampaikan tahun ini untuk kontes ayam serama diikuti oleh 200 peserta dari berbagai daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lombok dan Sulawesi Selatan.
Untuk kontes ayam ketawa diikuti 350 peserta dari Jawa, Bali dan Lampung. Sementara kontes ayam pelung diikuti 100 peserta. Dan untuk kontes ikan cupang hias diikuti 600 peserta dari Jawa, Bali, Pekanbaru dan Riau.
“Respon para pecinta satwa terhadap kontes ini sangat luar biasa. Buktinya, jumlah pesertanya meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Artinya, mereka antusias untuk ikut memeriahkan peringatan Hari Jadi Kota Surabaya,” jelas Sigit.
Kepala UPTD Klinik Hewan Gagat Rahino mengatakan, dalam kontes ayam ketawa ini, ada tiga kelas yang dipertandingkan. Yakni  kelas biasa, kelas dangdut dan juga kelas show.
Adapun metode penilaiannya, untuk kelas biasa, ayam ketawa mendapat waktu untuk bersuara. Selama periode itu, akan dihitung berapa kali ayam-ayam yang ditaruh di atas penyangga sejenis tripod ini bersuara lantang.
Sementara untuk kontes ayam serama, dinilai ayam mana yang paling bergaya dengan memenuhi syarat penilaian. ”Ayam ketawa ini aset asli bangsa Indonesia. Suaranya ini bukan rekayasa tetapi alami, ada vibrasinya,” tegas Gagat. [dre]

Tags: