Beri Wadah Potensi Siswa Kembangkan Teknologi IoT

Kepala Dindik Jatim, Saiful Rachman menunjukkan Klinik Pendidikan yang dimiliki Dindik Jatim kepada Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar, kemarin (17/12).

Surabaya, Bhirawa
Perkembangan teknologi IoT (Internet of Think) memberikan kemudahan bagi masyarakat. Ini mulai terasa akhir-akhir ini. Seperti penggunaan e-tol, smart car hingga smart house. Teknologi IoT sendiri merupakan suatu konsep di mana objek tertentu mempunyai kemampuan untuk mentrasfer data lewat jaringan tanpa perlu adanya interaksi antar manusia. Teknologi ini diminati oleh developer hingga menjadi pembahasan utama dalam pendidikan.
Seperti yang dilakukan SMKN 1 Surabaya, yang menggelar pameran produk IoT hasil buatan siswa kelas 12. Kepala SMKN 1 Surabaya, Bachrun mengungkapkan pameran tersebut merupakan produk siswa yang berasal dari jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Produk yang dipamerkan pun berjumlah 16.
“Kita sudah masuk era revolusi industri 4.0. Mau tidak mau inovasi, kreatifitas harus ditonjolkan,” ungkap dia.
Sehingga, lanjut dia, para pelajar yang mempunyai ide gagasan sebuah produk sangat praktis dan efisien untuk diwujudkan dalam sebuah prototype. Ini agar banyak industri atau masyarakat tertarik dengan produk-produk yang dibuat siswa SMK.
“Memang perlu pengembangan. Mangkanya kita kerjasama dengn perguruan tinggi dan dunia industri. Mereka akan memberikan masukan. Biar nanti siswa tahu apa yang perlu dibenahi dan dikembangkan atau diperbaiki agar bisa digunakan masyarakat maupun industri,” tutur dia. Sebab, dari segi desain ilmu secara mendetail perguruan tinggi mempunyai peran dan wawasan yang luas terkait itu. Karena industri kreatif ini sampai kapanpun akan terus berkembang. “Ini butuh orang-orang dengan imanjinasi yang kuat,” imbuh dia.
Bachrun berharap dengan adanya pameran produk dengan teknologi IoT ini kedepan, tidak hanya jurusan TKJ saja. Melainkan banyak jurusan yang membuat produk-produk dibidang industri kreatif maupun teknologi agar bisa menghasilkan seorang wirausaha. “Paling tidak semua jurusan bisa berkolaborasi dan bersinergi untuk menghasilkan produk-produk teknologi,” tutur dia.
Salah satu produk prototype hasil karya siswa dari Tim GGWP yang beranggotakan M Jiddan Hudayana, M Syaiful, M Angling Suws, dan Novan Tidar. Mereka berempat membuat “Alarm Pendeteksi Kebakaran Berbasis Android”. Jiddan menjelaskan dibuatnya prototype tersebut sebagai salah satu tindakan untuk mengantisipasi kebakaran. Flame sensor yang mendeteksi suhu api dengan jarak 30 km, secara otomatis buzzer atau alarm akan berbunyi.
“Jika ada kebakaran atau yang ditemukan api kecil di dalam rumah, buzzer aman berbunyi dan bisa langsung dilakukan antisipasi pemadaman,” ungkap dia.
Alat tersebut, lanjut dia, bisa ditempatkan di lokasi yang berpotensi terjadi kebakaran. Namun, alat tersebut masih digunakan dalam skala yang kecil. Untuk digunakan dalam skala yang besar, flame perlu dikembangkan dan di perbaiki lagi.
“Dari mulai jarak, ini juga bisa di tambah lagi. Selain itu ada penambahan sensor motion (deteksi gerak). Jadi bisa juga digunakan dalam skala besar yaitu untuk industri,” jelas dia.
Dalam pembuatan alarm pendeteksi kebakaran ini, Jiddan mengatakan jika pihaknya sempat mengalami kesulitan. Di mana pada saat konfirgurasi dari program ke arduino. “Kadang kalau salah penempatan kabel ini (arduino) program gak bisa bekerja dan arduinonya mati,” tutup Jiddan.

Potensi Produk Teknologi Siswa Masuk Industri
Produk hasil karya siswa SMKN 1 Surabaya yang menerapkan teknologi IoT menarik ketertarikan pihak industri dan perguruan tinggi untuk dikembangkan. Diutarakan Brands Manager Radnet yaitu sebuah perusahaan jaringan, Noor Azam, jika tidak sedikit produk siswa seperti bitch system yang bisa dikembangkan.
Noor mengatakan ke depan, banyak kehidupan masyarakat yang akan bergantung pada teknologi IoT. Sebab, teknologi ini mempermudah manusia dalam menyelesaikan masalahnya. “Ini salah satu langkah awal bagi generasi mereka nanti. Karena kita tidak ingin pasar teknologi di Indonesia diambil negara lain,”ujar dia.
Beberapa usulan juga diutarakan pihak industri untuk penyempurnaan dan pengembangan produk IoT. Ini karena menyesuaikan kebutuhan di masyarakat. “Kita arahkan mereka bisa berpikir dari perspektif masyarakat. Karena produk yang dibuat ini belum bisa ditangkap oleh masyarakat. Padahal intinya mengarah kebermanfaatan masyarakat semua,” terang dia.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama, Aryo Nugroho mengatakan jika apa yang dilakukan SMKN 1 Surabaya merupakan salah satu bentuk dalam mendorong siswa untuk menyonsong teknologi IoT.
“Misalnya ada yg bikin sensor tentang radar. Jika diperbaiki, akurasi dan jarak, bisa dikembangkan. Secara keseluruhan konsep dasar mereka sudah menguasai,” jelas dia.
Sedangkan yang kurang, lanjut dia, adalah kemasan, dan penyajian produk. Untuk itu, menurut dia, kerjasama yang dibangun tidak hanya dari pihak akademis maupun industri saja melainkan pihak bisnis, pemerintah hingga komuniti.
“Teaching Factory yang dimiliki mereka ini bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Kalau bisa nanti bisa dikemas dengan kemasan yang lebih bagus. Ini perlu kerjasama dengan semua pihak,” pungkas dia. [ina]

Tags: