Beritakan Keterlambatan Pengadaan Seragam, Pemred Harian Bhirawa Diteror

Surabaya, Bhirawa
Upaya kontrol yang dilakukan media massa kembali harus dihadapkan dengan tindakan-tindakan tidak terpuji dalam bentuk intimidasi. Hal itu dialami Pemimpin Redaksi (Pemred) Harian Bhirawa Nawang Esthi Lestari oleh pihak tak dikenal.
Intimidasi itu dilakukan lantaran Harian Bhirawa  menulis mubazirnya pengadaan seragam gratis SMA/SMK oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jatim senilai Rp 61,7 Miliar dalam beberapa hari terakhir.
Nawang menjelaskan sejumlah intimidasi dia terima melalui percakapan telepon dan pesan singkat dari pria tak dikenal dengan nomor ponsel yang berbeda-beda. Dalam percakapan telepon itu, Nawang dicecar soal pemberitaan seputar Dinas Pendidikan Jatim. Selain itu, ancaman juga dikirim melalui pesan pendek agar Nawang dan seluruh pegawai Bhirawa berhati-hati. “Ingat rumah dan alamat redaksimu ada pada kami. Dan jangan lupa, kami memang petarung untuk urusan ini,” tulis oknum peneror melalui pesan pendek yang ditujukan ke ponsel Nawang, Rabu (19/7).
Pesan pendek berupa ancaman tidak hanya diterima satu kali oleh Nawang kemarin. Dalam pesan lainnya dengan durasi waktu yang hampir berdekatan, Nawang juga diingatkan dengan nasib yang sudah dialami Dahlan Iskan. Dalam ancaman tersebut, Nawang juga dipersilakan melapor ke Sekda dan di akhir pesannya dibumbuhi dengan kode Letjen AD.
“Kami tidak pernah takut dengan ancaman apa pun. Media massa memiliki fungsi kontrol dan berhak memberikan kritik terhadap kebijakan yang tidak tepat. Baik dalam pelaksanaannya maupun dalam perencanaannya,” tutur dia.
Mendapat teror ini, Nawang memastikan sebagai pemimpin media dia belum mau melakukan langkah hukum. Dia mensinyalir ini hanya emosi sesaat yang dilakukan oknum tertentu yang tak terima dengan pemberitaan yang ditulis redaksinya. Jika teror sudah berlebihan, institusinya baru memikirkan untuk melakukan langkah hukum.
Sebelumnya, pemberitaan di Harian Bhirawa menyangkut Dinas Pendidikan Jatim ialah seputar pengadaan seragam gratis. Proyek pengadaan itu merupakan program Dindik Jatim yang baru dibuat tahun ini. Sayangnya, dengan menggunakan dana APBD sebesar Rp 61,7 miliar, proyek tersebut seakan menjadi sia-sia. Sebab, seragam gratis tak kunjung dibagikan ke siswa hingga mereka masuk sekolah Senin (17/7) lalu. Imbasnya  banyak wali murid memilih membeli sendiri seragam anak-anaknya di koperasi sekolah maupun di toko.
Tidak hanya keterlambatan, pengadaan seragam gratis juga diduga rawan terjadi kecurangan lantaran nilai kontrak jauh di atas jumlah sasaran yang sesungguhnya. Rinciannya, sasaran seragam gratis diperuntukkan bagi 220 ribu siswa baru SMA/SMK negeri se-Jatim. Sementara, pagu siswa baru yang ada hanya 211.166 kursi. Celakanya lagi, dari jumlah pagu tersebut tidak semuanya terisi dan otomatis menambah jumlah sisa seragam gratis yang sudah dialokasikan Dindik Jatim. Tahun ini, siswa baru di SMA/SMK se-Jatim hanya mencapai 189.336 siswa. Dengan demikian, sisa seragam gratis yang tidak jelas peruntukannya masih di atas angka 30 ribu paket seragam gratis.

Tags: