Berkat ‘Anti Hoax’ Raih Prestasi Nasional

Abdul Majid Hariadi, S.Pd

Abdul Majid Hariadi, S.Pd
Artikel ‘Anti Hoax’ karya Abdul Majid Hariadi, S.Pd guru Penjasorkes (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) SMKN 1 Sidoarjo telah mengantarkannya menduduki peringkat kedua tingkat nasional, dalam lomba penulisan artikel yang diadakan oleh PGRI Jawa Tengah, 9 Desember 2017 lalu.
Ditemui di sekolahnya kemarin(12/12) Abdul Majid Hariadi dengan senang hati menceritakan kisah, atau ide awal penulisan artikel ‘Anti Hoax’ yang tanpa disangka bisa meraih prestasi yang menggembirakan. “Selain menggembirakan diri sendiri, juga membawa nama baik sekolah juga Kabupaten Sidoarjo,” katanya.
Kenapa dirinya mengambil tema artikel ‘Anti Hoax’ karena saat ini lagi semarak ujaran-ujaran yang tidak sesuai fakta alias hoax. Oleh karena itu, hal ini khusus diperuntukan para guru karena basis pendidikan dalam memberikan edukasi terhadap anak-anak sekolah untuk lebih peka terhadap berita-berita yang cenderung tidak benar.
“Melalui lomba artikel ini diharapkan ada pemahaman baru, baik kepada penulis maupun kepada lingkungan pendidikan supaya nanti ada proses transfer ilmu terkait, bagimana cara mencegah berita hoax itu,” jelas warga Perumahan Tropodo Waru, Sidoarjo. Ketika ditanya motivasi ikut lomba,
“Materi yang saya tulis memang berdasarkan fakta empiris, berdasarkan riset yang saya lakukan terhadap guru dan murid di 22 sekolah yang ada di Kabupaten Sidoarjo,” tutur Abdul Majid yang pernah mendapat predikat penulis terbaik Jatim versi media pendidikan Jatim. Jadi waktu itu ada sekitar 250 responden yang diminta untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya tentang berita hoax. Dari data itulah yang kemudian bisa dianalisis berita apa saja yang sering masuk di aplikasi sosial mereka. Mulai dari facebook, twitter, instagram, WA ataupun apa saja. Menurut hasil analisanya, berita-berita paling hoax tingkat pertama adalah berita politik, yang kedua tentang mamin/makanan dan minuman, ketiga kesehatan dan keempatnya adalah bencana.
“Jadi hal itulah yang sering kali dipelintir menjadi berita hoax,” terangnya. Kemudian mengapa masyarakat bisa terpengaruh, sehingga dengan mudah menyebarkan berita hoax tadi. Ternyata hasil riset menunjukkan karena kurang memahami tentang berita tersebut, kurang berpengetahuan. Mereka juga tidak membaca berita secara utuh, dan tidak mencari tahu sumber beritanya.
“Itulah yang paling banyak mereka lalukan, mereka juga dengan mudahnya menyebarkan,” kata Pak Majid_sapaan akrabnya.
Sementara terkait pencegahan berita hoax, solusinya bisa mulai dari lingkup terkecil, yakni keluarga untuk memberikan edukasi secara sederhana, kalau menerima pesan agar dipahami secara utuh, jika kelihatannya janggal tidak perlu dishare.
“Masyarakat juga cenderung malas, bahkan untuk pemberian ucapan saja banyak yang melakukan dengan copy paste. Hal-hal seperti inilah di dalam artikel yang saya tulis, diharapkan semoga jangan sampai terjadi terus menerus di masyarakat,” pungkas Abdul Majid Hariadi. [ach]

Tags: