Berkat Broadband, Promosi UMKM Kian Mudah dan Murah

Pelaku UMKM  bidang budidaya ikan lele Padil, saat mengambil gambar perkembangan lele miliknya untuk kemudian di-share melalui media sosial.

Pelaku UMKM bidang budidaya ikan lele Padil, saat mengambil gambar perkembangan lele miliknya untuk kemudian di-share melalui media sosial.

Daya Dukung Teknologi Broadband dalam Pengembangan UMKM (2-habis)

Riset online Shopping Outlook 2015 yang dikeluarkan oleh BMI research mengungkapkan, peluang pertumbuhan pasar online masih sangat besar seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia. Pada tahun 2014, pengguna belanja online mencapai 24% dari jumlah pengguna internet di Indonesia, sedangkan pertumbuhan penduduk di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 255.461.700 orang.
“Pertumbuhan pengguna internet telah mencapai sekitar 150 juta pengguna sesuai dengan target Kementerian Komunikasi dan Informasi. Sehingga pasar belanja online di Indonesia akan tumbuh hingga 57% atau meningkat sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu,” ungkap BMI Research Head, Yoanita Shinta Devi. Yoanita menambahkan, besarnya potensi pertumbuhan industri pasar belanja online di Indonesia sejalan dengan target pengguna internet yang dicanangkan oleh Kominfo yang mencapai 150 juta.
Perkembangan teknologi digital saat ini tidak lagi terbatas dengan pendidikan maupun usia, apalagi ditunjang dengan akses broadband yang kuat, luas hingga menjangkau ke pelosok daerah-daerah terpencil sekalipun. Seperti layanan broadband milik Telkomsel salahsatunya yang sudah membuktikan kualitas jaringan broadband miliknya yang telah dibangun dari Sabang hingga Merauke, melalui Ekspedisi Langit Nusantara (Elang Nusa) baru-baru ini.
Luas dan kuatnya jaringan inilah dimanfaatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Padil untuk selalu bereksperimen dengan menciptakan obat tanaman maupun obat untuk peternakan. Dengan menggunakan media sosial, Padil bisa terkoneksi dengan teman maupun saudaranya yang jauh untuk berbagi resep dengan eksperimen yang dilakukannya. Meski status pendidikan formal yang dimiliki tidak terlalu tinggi, namun dengan tekad yang tidak pernah berhenti menciptakan sesuatu, Padil selalu melakukan eksperimen dengan membuat racikan obat untuk mempercepat tanaman berbuah maupun ternak lelenya cepat panen dengan hasil yang memuaskan.
“Tanpa media sosial, belum tentu saya bisa menciptakan racikan obat untuk tanaman maupun ternak lele saya bisa segera cepat panen daripada umumnya. Seperti ternak lele hasilnya diluar dugaan, karena tidak membutuhkan tempat khusus cukup dengan lahan 3 X 3 meter dirumah bisa menghasilkan lele berkualitas,” ungkap ayah tiga putra yang tinggal di Surabaya Barat.
Akan tetapi menurut Padil, hasil yang diterima sekarang juga tidaklah mudah semua butuh proses, salahsatunya dengan berdiskusi atau juga membandingkan dengan resep-resep milik teman maupun orang lain.
“Ya itu, memanfaatkan media sosial dengan jaringan yang kuat, karena komunikasinya tidak hanya dengan orang terdekat saja tapi juga di luar pulau, selain itu juga melihat video streaming proses pembuatannya,” jelasnya.
Gagal itu pasti katanya untuk itu harus banyak membaca maupun melihat video sehingga bisa menemukan obat yang cocok.
“Setiap gagal membuat obat segera ambil laptop baca artikel lagi, apa kekurangannya apakah dari takarannya atau ada sebab lain,” ujarnya.
Namun usai membaca, Padil pun lakukan ujicoba lagi sampai berhasil tapi tidak semua resep yang dipelajarinya diperaktekkan.
“Jadi saya ambil point pentingnya saja lalu saya racik lagi sendiri dengan takaran yang saya tentukan sesuai dengan komposisi yang mampu dicerna bibit ikan lele,” terangnya. Sehingga hasil ikan lele yang diternak lebih cepat panen daripada lele lainya bahkan daging lelenyapun rasanya sangat berbeda. “Setelah komposisi obatnya ketemu baru dimulai pembibitan  dari 1.000 bibit ikan lele diternak dalam kurun waktu 2 bulan sudah menampakkan hasil, berbeda dengan ternak lele lainnya yang butuh waktu 3 bulan lebih,” katanya.
Sementara rahasia supaya lele cepat dengan panen itu sendiri adalah racikan dari berbagai vitamin ditambah dengan susu. “Orang yang bikin ramuanya sendiri saja tidak pernah minum susu, lah ini ternak lele malah lelenya yang minum susu,” sambil tertawa terbahak-bahak.
Setelah semuanya dirasakan Padil sukses, ternak lelenya dikembangkan ke daerah asalnya yakni Nganjuk sebab disana ia memiliki lahan yang lebih besar juga ada saudaranya yang siap mengelola setiap harinya.
“Pastinya tetap komunikasi khususnya menggunakan video call atau kirim gambar, sebab hampir setiap hari saya harus tahu perkembangannya. Jadi kadang saya minta video call supaya bisa melihat lelenya secara langsung,” ucapnya.
Untuk melakukan koneksi dengan saudaranya inilah, Padil memilih jaringan operator Telkomsel karena kebetulan daerah asalnya sendiri agak terpelosok sehingga jaringan operator lain sulit. “Hampir semua sudah saya coba, maka dari itu saya samakan dengan adik saya untuk operatornya karena saya membutuhkan akses internet yang tidak putus-putus dan jaringan Telkomsellah yang mampu disini,” tegas Padil.
Untuk itu Padil merasakan sangat terbantu dengan adanya akses internet yang kuat dan luas selain dia bisa bebagi racikan obat yang dibuat dengan orang lain di seluruh Indonesia melalui media sosial, juga bisa untuk berjualan ikan lele hasil ternaknya.
“Foto atau video hasil ternak lelenyakan bisa dishare di media sosial jadi tidak sulit untuk mencari pembeli hasil ternak lele ini. Harganya pun tidak terlalu terpaut jauh dengan harga lele dipasaran, yang berbeda adalah rasa lelenya yang top markotop,” katanya sambil tersenyum. Selain itu keuntungan dengan adanya media online ini selain berbagi video atau foto juga tatacara beternak lele, ternyata Padil juga memanfaatkan media sosial ini untuk membuat filter air untuk mengatur sirkulasi perkembangan lele tersebut.
“Jadi filter yang saya buat ini sudah otomatis, di saat kolam keruh air akan menguras dengan sendirian dan diisi oleh air yang baru jadi kondisi lele akan benar-benar terjaga. Jadi tidak perlu lelenya dipindah maupun kolamnya dikuras secara manual,” jelasnya. Sedangkan hasil dari rakitan filter itu sendiri juga berkat adanya media sosial sehingga Padil mampu mendapatkan informasi sebanyak mungkin.
“Setelah mendapatkan banyak info dari online, baru saya praktikkan di kolam dan ternyata berhasil,” katanya sambil tersenyum.  (habis)

                                                                                                            ———— *** ————

Tags: