Berkeliling Wisata Alam Keluarga di Kota Santet, Banyuwangi (1 – bersambung)

foto naskahe rahmatJika ingin berwisata keluarga di Jawa Timur, ke Kota Banyuwangi bisa menjadi alternatif pilihan yang layak dipertimbangkan. Karena ternyata, destinasi objek wisata alam di ‘Kota Santet’ ini tak kalah menariknya dari Bali maupun provinsi lainnya. Salah satunya adalah Kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi.

                                                                                   Rachmat Caesar BSW, Wartawan Bhirawa

Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi menyimpan harta karun yang tak ternilai dari sudut kepariwisataan. Di wilayah tersebut, banyak destinasi objek wisata masih bisa lebih dikembangkan dan dikelola dengan baik. Tak hanya G Land atau Pantai Plengkung sebagai objek unggulan, namun ada beberapa destinasi lain yang bisa dikunjungi. Sebut saja Pantai Ngagelan, Bedul Mangrove, dan Savana Sadengan.
Sekadar diketahui, Taman Nasional Alas Purwo berada di Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Letaknya di perlintasan jalur yang menghubungkan Banyuwangi dan Situbondo. Dari arah Banyuwangi dapat ditempuh sekitar 14 km ke arah utara atau sekitar 5 km dari Pelabuhan Ketapang.
Memasuki pintu masuk yang diberi portal, wisatawan diberi arahan untuk membayar karcis masuk yang telah ditetapkan Taman Nasional Alas Purwo. Sejak masuk Taman Nasional Alas Purwo, perjalanan melewati jalanan yang belum diaspal, bergelombang, dan masih banyak bebatuan. Sehingga, perjalanan memang lebih nampak alami.
Rata-rata bagi wisatawan asing, jalanan tersebut lebih disukai dan penuh tantangan dibandingkan sudah beraspalkan. Lain halnya wisatawan nusantara yang ingin perjalanan lebih nampak santai dan nyaman. Biasanya kendaraan yang memasuki Alas Purwo ini, rata-rata berupa Jeep 4 WD (wheel drive).
Dari pintu masuk, lalu bergerak menuju Pantai Ngagelan. Saat turun dari kendaraan, meski panas siang hari menerpa, tidah menghalangi rasa ingin tahu. Di pantai ini, terdapat hamparan pasir yang dengan luas 20 km dengan ombak yang bergulung-gulung tiada henti dan angin yang berhembus hangat. Namun ada sayangnya, karena hamparan pantai masih ada kotoran sampah.
Di Pantai Ngagelan ini merupakan salah satu lokasi penetasan telur penyu semi-alami dan menjadi lokasi pendaratan dan peneluran 4 jenis penyu dari 6 jenis yang ada di Indonesia, yaitu penyu abu-abu, penyu sisik, penyu belimbing, dan penyu hijau.
Selain penetasan telur, Ngagelan juga pusat penangkaran anakan penyu yang menetas. Sebagian besar tukik akan langsung dilepas ke pantai, sedangkan sisanya dipelihara selama beberapa bulan untuk kepentingan riset dan atraksi pelepasan.
Dari pemaparan salah satu petugas, Purwadi, biasanya puncak atau musim pendaratan terjadi pada bulan April sampai September. Pada bulan-bulan tersebut hampir setiap malam terdapat penyu yang bertelur.
“Jika penyu-penyu itu datang, maka kami segera melakukan pengambilan dokumentasi, titik koordinat, menghitung telur, dan memberikan nomor khusus.  Setelah 47 hari menetas, sebagian besar tukik itu dilepas ke laut. Yang dipelihara sisik, hijau, dan belimbing yang mudah pemeliharaan,” katanya.
Sebenarnya kurang puas kalau tidak langsung melihat telur menetas, namun apa dikata waktu kunjungan yang tersedia tidak memungkinkan untuk menunggu sampai penyu yang ingin menetas di pantai tersebut. Setelah melihat para penyu yang ada di kolam dan melihat pasir yang di lubangi untuk penangkaran telur. Perjalanan dilanjutkan menuju ke Bedul Mangrove atau disebut dengan Wisata Mangrove Blok Bedul.
Kawasan ini berlokasi di Dusun Bloksolo Desa Sumber Asri  Kecamatan Purwoharjo,Banyuwangi. Letaknya di timur Pantai Grajagan dan merupakan bagian dari Taman Nasional Alas Purwo.
Kawasan Blok Bedul terdiri dari daratan ujung Lemarengan dan Segoro Anakan yang merupakan muara sungai yang menghubungkan dengan laut selatan dengan panjang sekitar 16 km. Di sepanjang Segoro Anakan ini tepiannya adalah hutan mangrove yang masih alami dan kehijauan. Jauh jika dibandingkan dengan Mangrove di Surabaya.
Dalam Blok Bedul ini terdapat 27 jenis tumbuhan mangrove, beberapa jenis burung misalnya merak, raja udang, elang laut, bangau. Selain itu Blok Bedul merupakan habitat dari beberapa satwa diantaranya kera, biawak, babi hutan, kijang, dan penyu.
Salah satu daya tarik Mangrove blok bedul adalah sunset. Suasana sunset bisa dinikmati dari atas perahu tradisional yang dikanan dan kiri tepinya ditumbuhi berbagai jenis mangrove.  Namun, wisatawan bisa menyusuri Segoro Anakan dan menikmati hijaunya hutan mangrove yang masih alami dengan menyewa perahu dan menyaksikan aktivitas penduduk sekitar yang sedang mencari kerang atau menjaring ikan.
Menyeberangi Segoro Anakan, dan berjalan menuju daratan ditemui beberapa warung yang siap menyajikan masakan dari kerang segar yang dibeli langsung dari nelayan atau kuliner khasnya yaitu Ikan Bedul yang mirip dengan ikan gabus. Ikan payau itu rasanya gurih apalagi jika digoreng dan dilengkapi sambal. Apalagi minumnya langsung buah degan hijau segar.
Ketua Kelompok Desa Sadar Wisata (Pokdarwis), Sugiarto menjelaskan, pengelolaan dilakukan Pokdarwis Bedul Mangrove bersama pihak Taman Nasional Alas Purwo untuk menggali potensi wisata alam yang memang terasa alami.
“Disini juga ada penyediaan jasa pemandu khusus mangrove yang sudah terlatih, perahu tradisional gondang-gandung untuk mengamati dan menikmati keindahan alam dalam kawasan mangrove, dan homestay untuk menginap,” paparnya.
Puas mengunjungi dan berfoto-foto di Bedul Mangrove, perjalanan terakhir menuju Savana Sadengan. Sadengan adalah sebuah padang rumput atau sabana (savannah) seluas 84 hektar tempat satwa liar Alas Purwo mencari makan dan berinteraksi.
Sadengan bukan merupakan padang rumput asli dari alam, tapi sengaja dibuat dengan menebang hutan yang rusak sebagai padang pengembalaan dan pengamatan satwa liar. Waktu terbaik untuk mengamati banteng dan rusa adalah pagi hari pukul 06.00 WIB sampai 09.00 WIB atau sore hari pukul 15.30 sampai 17.00 WIB.
Disini petugas juga menyediakan peralatan seperti teropong untuk pengamatan yang lebih jelas walaupun sudah tersedia menara pengamatan tiga tingkat. Pengunjung diperbolehkan memasuki kawasan padang rumput sampai ke dalam dengan ditemani penjaga dengan izin khusus.
Di savanna itu terdapat beragam jenis satwa beraktivitas mulai dari jenis burung, kijang, rusa, banteng, babi hutan, lutung, dan lain-lain. Dari 302 jenis burung yang ada di Taman Nasional Alas Purwo, beberapa juga terdapat di Sadengan, seperti elang jawa, elang ular bido, elang ikan kepala kelabu, elang laut perut putih, peregam, srigunting, ayam hutan merah, jalak putih, bangau sendang lawe, blekok sawah, merak hijau, dan banyak lagi. Tapi saat itu yang terlihat yaitu merak hijau, dan banteng.
Dari ketiga objek wisata, rata-rata mengalami penurunan kunjungan wisata. Salah satunya terdampak kenaikan tarif baru yang dikenakan Taman Nasional Alas Purwo. Kenaikan yang paling dirasakan tersebut untuk wisatawan mancanegara. Kendati demikian, para pengelola dan petugas yang ada di kawasan tersebut berupaya memberikan pelayanan berupa pemberian informasi terhadap para wisatawan. [rac]

Keterangan Foto : Suasana warung makanan yang bisa menjadi jujugan wisatawan untuk melepaskan lelah dengan menikmati makanan khas Bedul Mangrove.

Tags: