Berlakukan BK Bagi Pengusaha Asing Pembeli Mete

Ketua Umum Permetin, Loody Gunadi (tengah) didampingi penasehat Mudji Waluyo (kiri) dan Jimmy Wisan (kanan) saat menggelar conference pers di Hotel Aria Centre Surabaya, Selasa (7/2) kemarin. [achmad tauriq]

Surabaya, Bhirawa
Perkembangan mete di Indonesia saat ini masih kalah jauh dibandingan dengan negara India dan Vietnam, apalagi mete Indonesia banyak yang di ekspor ke luar negeri. Sehingga banyak pengusaha maupun pengrajin mete kesulitan mendapatkan bahan baku untuk diolah menjadi produk olahan.
Untuk itu kini telah dibentuk Permetin (Perkumpulan Mete Indonesia) untuk mewadahi semua pengusaha pengrajin dan pengelola jambu mete yang mengelola mete glondong jadi mete kacang. Supaya produksi mete dalam negeri tetap terjaga baik dari produksi maupun tenaga kerjanya.
“Kami sudah berbicara cukup lama tapi sampai saat ini belum ada keputusan dari pemerintah, minimal kami minta pengusaha asing yang membeli mete di Indonesia dikenakan BK (Biaya Keluar) sehingga kami bisa sama-sama turut bersaing,” ungkap Ketua Umum PERMETIN, Loody Gunadi usai menggelar Munas I di Hotel Aria Centre Surabaya, Selasa (7/1) kemarin.
Ia menambahkan, bahkan negara peghasil mete pun bisa menyetop penjualan mete ke luar negara seperti India, Vietnam untuk menjaga tenaga kerja mereka. “Bahkan selain menyetop penjualan mete beberapa negara juga ada yang membebankan pajak sebesar 20% bagi pengusaha asing yang membeli mete dinegaranya,” jelasnya.
Sementara Penasehat Permetin, Jimmy Wisan mengatakan di Indonesia saat musim panen mete, pengusaha India dan Vietnam langsung datang ke para petani penghasil mete dan membeli hasil panen. “Mereka tak peduli meskipun kondisi mete saat itu masih basah serta belum dikupas tetap dia beli dan segera dikirim ke negaranya, apalagi mereka tidak dibebankan BK meskipun dengan harga sedikit agak mahal yang penting mereka dapat barangnya terlebih dahulu,” terangnya. [riq]

Tags: