Beromzet Rp400 Juta Per Bulan, Optimistis Menjadi Suplayer Bunga Terbesar

Kepala Perwakilan BI Malang Azka Subhan Aminurrido, saat berada di zona kebun angrek Kampung Flory, Desa Tridadi, Kabupaten Sleman. [M Taufiq]

Berkunjung ke Kampung Flory Binaan Bank Indonesia
Kota Malang, Bhirawa
Destinasi wisata buatan yang digagas Sudihartono dan rekan-rekanya telah membawa Desa Tridadi, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, kesohor seantero Indonesia. Bahkan beberapa turis asing sudah mulai berdatangan untuk melihat kampung yang kini beromzet Rp400 juta perbulan itu.
Kampung yang kemudian berubah sebutan menjadi Kampung Flory ini, menjadi salah satu binaan Bank Indonesia (BI) dan telah berhasil mengerakan roda perekonomian 100 kepala keluarga kampung tersebut.
Sudihartono, saat menerima rombongan wartawan dan rekanan BI se-Jatim, dengan lugas menceritakan bahwa, upaya untuk mengubah kampung yang kering dengan model pertanian tradisional, kini telah membuahkan hasil. Para tokoh penting negeri ini sudah membuktikan perpaduan pertanian, perikanan dan kuliner karya masyarakat setempat patut terus didorong dan dijadikan percontohan secara nasional.
“Alhamdulillah sampai saat ini, kami masih di back-up oleh BI, sehingga upaya pengembangan yang kami lakukan bisa berjalan sesuai dengan rencana. Bahkan total omzet pada 2018 lalu sudah mencapai Rp11 miliar. Beberapa tokoh penting juga sudah datang ke tempat kami termasuk Wakil Presiden Bapak Jusuf Kalla,” tutur Sudiartono.
Pihaknya lantas memaparkan, Kampung Flory lahir dari adanya keprihatinan terhadap generasi muda sekarang lebih mengharapkan kerja formal, dibandingkan sebagai petani. Karena bertani itu terkesan pekerjaan yang kasar, kotor setera tidak kekinian.
Berangkat dari obrolan bersama yang dilakukan oleh para pemuda dan tokoh kampung saat ronda malam, munculah ide mengelola kampung pertanian ini dipadukan dengan kuliner, yang kemudian mampu merekrut tenaga kerja.
“Akhirnya kami sepakat untuk memanfaatkan lahan kas desa seluas 5 hektare, untuk beberapa zona seperti pertanian, outbound, penginapan, wisata petik buah dan edukasi, serta kuliner. Modal awalnya kami iuran Rp2 juta setiap orang. Saat ini kami semua sudah menikmati tiap bulanya, lebih dari modal awal yang kami tanam,” ungkapnya.
Dirinya bersama masyarakat, sepakat untuk mendirikan Taruna Tani Flory pada tahun 2015. Kelompok ini pun kemudian dilegalkan untuk mempermudah akses permodalan. Sehingga lapangan kerja tersedia untuk masyarakat pengelola. Dari situlah kemudian terkenal dengan sebutan Kampunhg Floy.
Sudihartono memiliki cita-cita besar, ke depan Kampung Flory ini tidak sekedar menjadi destinasi wisata terbesar di Indonesia. Tetapi dia bersama dengan para pengelola lainnya bertekat untuk menjadi suplayer bunga terbesar.
“Kami memiliki obsesi, dari Kampung Flori ini menjadi suplayer bunga terbesar, kami yakin tekat kami bisa terwuijud. Makanya upaya pengembangan zona-zona terus kami lakukan,”tukas peria bertubuh kurus itu.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Timur, Difi A Johansyah, saat mendampingi peserta dilokasi Kampung Flory menyebut, desa wisata ini dapat dijadikan percontohan untuk dapat diaplikasikan di Jatim. Bahkan Difi menyebut, kendatipun belum sebesar Kampung Flori, saat ini BI Jatim sudah melakukan pembinaan desa wisata di Kabupaten Mojokerto, di Desa Brajang, Kecamatan Trawas.
Menurut Difi, Kampung Flori bisa dijadikan rool model dan pihaknya ingin mengembangkan di Jatim. Karena di Jatim, memiliki banyak daerah yang berpotensi besar untuk dijadikan destinasi wisata. “Ada yang sudah berhasil kita terapkan, di Trawas,” tuturnya.
Ia pun berharap, akan semakin banyak pemuda dan masyarakat Jatim sadar akan potensi desa untuk dikelola secara mandiri, tidak hanya melalui penjualan produk-produk seperti pertanian saja, tetapi lebihdikembangkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
“Keindahan pemandangan juga memiliki daya tarik bagi wisatawan. Nah itulah yang coba ditangkap disini. Oleh karena itulah, BI masuk dan buat sinergi dengan Desa Flory ini. Harapan kami pemuda-pemuda di Jatim bisa menerapkan ini dan kalau perlu bisa magang disini,” jelasnya.
Kepala BI Malang, Azka Subhan Aminurrido, bersama dengan romongan juga menikmati beberapa zona kebun bunga. Salah satunya adalah zona kebun anggrek. Pada Zona ini seluruh tamu dan pengunjung tidak hanya sekedar milihat bagiaman budidaya angrek yang dilakukan oleh pengelola. Apabila pengunjung berminat bisa membawa pulang hasil budidaya angrek.
“Saya kira ini model pengembangan usaha pertanian yang patut apresiasi. Ada zona-zona hasil pertanian yang bisa dinikmati oleh para pengunjung. Apalagi para petugas di Kampung Flory ini juga memberikan penjelasan secara gamblang bagaimana membudidayakan angrek dan merawatnya dengan baik,” pungkasnya. [M Taufiq]

Tags: