Bersatu Mitigasi Banjir

Oleh :
Asri Kusuma Dewanti
Pengajar FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Seiring dengan datangnya musim hujan saat ini, curah hujan pun ikut meningkat. Menurut terminologi agama apa pun, hujan merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan supaya bisa terus melangsungkan kehidupannya. Air hujan adalah rahmatanlil’alamin yang harus dinikmati dan disyukuri karena kehidupan tidak bisa berlangsung tanpa adanya air.
Pada sisi lain, intensitas curah hujan yang tinggi sering menyebabkan terjadinya banjir sehingga terjadi pergeseran makna; dari berkah menjadi musibah. Tetapi, banjir bukan berarti air di bumi mengalami penambahan debit sehingga alam tidak lagi mampu menampungnya, padahal lingkungannyalah yang mengalami degradasi akibat dieksploitasi manusia.
Menurut ilmu hidrologi, jumlah air di bumi tidak pernah mengalami penyusutan maupun pertambahan, tetapi melakukan siklus melalui proses penguapan dan hujan dalam proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air sehingga bumi tidak pernah mengalami “dehidrasi”. Hanya karena faktor iklim dan cuaca sehingga penyebaran air di antara benua dan daerah terjadi perbedaan yang signifikan, Benua Asia dan Amerika kaya sumber air sedangkan Benua Afrika sangat sedikit debit airnya.
Indonesia termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan tinggi yang tidak sama setiap tahun yakni rata-rata 2.000-3.000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat satu dengan yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama sehingga berdampak positif terhadap kekayaan flora dan sumber daya alam lainnya.
Hujan adalah sebuah presipitasi yang merupakan masukan utama dari daur hidrologi dalam DAS. Dampak kegiatan pembangunan terhadap proses hidrologi sangat dipengaruhi intensitas, lama berlangsungnya dan lokasi hujan. Karena itu perencana dan pengelola DAS harus memperhitungkan pola presipitasi dan sebaran geografinya. Oleh sebab itu langkah mitigasi bencana penting adanya kita hadirkan.
Waspada terhadap banjir
Memang mau tidak mau saat ini dikala musim hujan tiba, yang paling perlu diperhatikan adalah bencana banjir. Bencana banjir tersebut merupakan fenomena yang selalu melekat pada berbagai wilayah dan berkaitan erat dengan perubahan cuaca yang sangat ekstrem sehingga mengakibatkan intensitas curah hujan tinggi.
Mencari penyebab banjir di berbagai daerah di Indonesia ini sebenernya tidak terlalu sulit. Sangat banyak penelitian akademis yang menyampaikan akar permasalahan banjir dengan berbagai pandangannya kepada para pembuat kebijakan di negeri ini. Semua itu mengingat bencana banjir merupakan fenomena yang selalu melekat pada berbagai wilayah dan berkaitan erat dengan perubahan cuaca yang sangat ekstrem sehingga mengakibatkan intensitas curah hujan tinggi. Dampaknya, sejumlah wilayah dilanda banjir.
Secara umum ada beberapa masalah utama yang berperan besar dalam menyebabkan banjir seperti hilangnya daerah penyerapan air, menyempitnya sungai, dan polusi di sungai. Kalau dikerucutkan, masalah itu muncul karena peralihan lahan yang alasan utamanya adalah dipakai untuk kebutuhan permukiman.
Permukiman-permukiman kumuh di atas bantaran sungai seharusnya memang menjadi daerah luapan. Bahkan bukan hanya permukiman kumuh yang hadir, permukiman mewah pun hadir di wilayah-wilayah yang secara tradisional menjadi daerah limpasan sungai saat hujan deras. Rawa-rawa pun tak terhitung yang diuruk menjadi wilayah permukiman. Tak heran ketika hujan datang akhirnya wilayah-wilayah tersebut terendam air. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian untuk mencegah banjir.
Pertama, menormalisasi saluran air lingkungan. Langkah ini diharapkan peran serta masyarakat sebagai penghuni suatu lingkungan menjadi titik sentral pelaku dalam menjaga saluran lingkungan. Ketika masyarakat tak acuh dengan got di sekitar rumahnya, kondisi got tersebut tidak akan maksimal. Saat curah hujan kian tinggi, akhirnya saluran air lingkungan yang tidak pada kondisi terbaiknya itu tak akan mampu mengalirkannya. Akhirnya banjir pun terjadi, sebagai akibat saluran airnya tersumbat alias mampet sehingga air terjebak di lingkungan tersebut.
Kedua, pengerukan kali. Sungai-sungai di Indonesia terutama di kota-kota besar banyak yang dalam kondisi menyedihkan. Sedimentasi terjadi dalam skala yang masif disertai dengan penyempitan sungai karena laju pembangunan. Kondisi itu diperparah dengan berbagai macam jenis sampah yang ada di aliran sungai yang akhirnya memperlambat aliran air. Pintu-pintu air yang digunakan sebagai pengendali debit air sungai pun seringkali tak berfungsi maksimum baik karena kualitas perawatannya maupun karena tertutup oleh tumpukan sampah. Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia harus segera melakukan penormalan daerah aliran sungai.
Ketiga, menyadarkan masyarakat tidak buang sampah ke saluran air lingkungan maupun ke sungai. Sungai penuh sampah akibat permukiman padat dan kumuh, drainase tersumbat sampah rumah tangga sehingga setiap hujan besar datang menyebabkan jalan tertutup air dan luapan sampah, kemacetan mendera di jalan-jalan kota menjadi pemandangan yang acap terlihat. Kerugian waktu, tenaga dan pikiran jelas tidak terhitung lagi sehingga sudah saatnya masyarakat kota melakukan reorientasi dengan aksi kembali pada lingkungan. Tegakkan kedisiplinan dalam membuang sampah pada tempatnya
Pada dasarnya ketiga langkah tersebut diatas merupakan langkah antisipatif yang harus menjadi perhatian dan kesadaran kita bersama agar negeri ini bisa terhindar bencana banjir kala musim hujan ini tiba. Kesadaran menjaga lingkungan harus menjadi kesadaran kita bersama agar kita terbiasa membudayakan tanggap bencana di kalangan masyarakat. Sebab, bagaimanapun juga penanganan bencana tidak bisa dipasrahkan sepenuhnya kepada pemerintah, karena menjaga lingkungan adalah tanggungjawab kita bersama.

———— *** ————–

Rate this article!
Bersatu Mitigasi Banjir,5 / 5 ( 1votes )
Tags: