Bersiap Hadapi Asesmen Literasi Membaca

Oleh :
Kurniawan Adi Santoso
Guru SDN Sidorejo, Kecamatan Krian, Sidoarjo

Kita sedih tingkat literasi membaca siswa Indonesia masih rendah. Pada tes PISA (Programme for International Student Assessment) 2018, kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor 371. Dan menempati peringkat 72 dari 78 negara. Jika tingkat literasi membaca rendah, sudah dapat dipastikan bahwa kemampuan akademik lainnya di bidang sains, ilmu sosial, matematika juga pasti akan sangat rendah.

Karena itu, untuk meningkatkan kemampuan literasi membaca siswa, mulai 2021 ini Kemendikbud akan melakukan Asesmen Kompetensi Minimum yang di dalamnya ada tes literasi membaca. Siswa yang duduk di kelas 5, 8, 11 di seluruh wilayah Indonesia akan dipilih secara acak untuk mengikuti Asesmen Literasi Membaca (ALM).

Hasil ALM akan memberikan potret level kompetensi literasi membaca murid di setiap satuan pendidikan. Ada empat level: 1) Perlu Intervensi Khusus, 2) Dasar, 3) Cakap, 4) Mahir. Lalu, capaian level yang diperoleh sekolah digunakan Kemendikbud untuk mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran membaca secar terus menerus. Konon dorongan Kemendikbud bisa berupa pendanaan dan pendampingan kinerja.

ALM akan dilaksanakan sekitar bulan September-Oktober 2021. Kini sekolah-sekolah sudah mulai mempersiapkan diri menghadapi ALM. Namun sangat disayangkan, pihak sekolah beranggapan ALM sama seperti Ujian Nasional. Akhirnya, untuk menghadapi ALM dipersiapkan secara pragmatis.

Pihak sekolah mulai membeli buku-buku berisi soal literasi. Lalu, anak-anak disuruh berlatih soal-soal asesmen literasi. Harapan sekolah, saat ujian nanti, anak-anak yang ikut ALM bisa mudah mengerjakan soal. Dan hasilnya tidak mengecewakan sekolah.

Kalau seperti itu, kita khawatir malah capaian literasi hanya bagus di atas kertas. Artinya, nilai siswa bagus di dalam rapor, tetapi pada tataran praksisnya budaya membaca siswa masih rendah. Bahkan siswa belum bisa memakai kompetensi literasi yang dimiliki untuk mengembangkan kapasitas individu secara produktif di masyarakat.

Lha terus bagaimana? Mestinya ada ALM, sekolah bergerak terus memperbaiki kualitas pembelajaran membaca. Ini menuntut guru harus inovatif. Misal, mengajari anak didik beragam teknik membaca. Dengan teknik baca yang tepat, anak-anak mampu dengan cepat menyimpulkan isi bacaan. Pun membaca sekian halaman buku tidak terasa melelahkan.

Kebanyakan anak-anak kita ketahanan membacanya masih rendah. Ini terbukti dari penelitian Titik Harsiati tentang Karakteristik Soal Literasi Membaca Pada Program PISA, yang dimuat di Jurnal LITERA Volume 17, Nomor 1, Maret 2018, bahwa kelemahan anak-anak Indonesia pada tes PISA adalah ketahanan membacanya masih rendah. Soal membaca PISA yang cenderung menggunakan wacana yang panjang dengan jumlah kata 135-600 kata.

Maka itu, dibutuhkan penguasan kompetensi teknik membaca. Agar dapat membantu siswa memiliki ketahanan membaca lebih lama. Teknik baca yang dimaksud adalah teknik baca skimming. Yakni, membaca secara garis besar (sekilas) untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai isi teks.

Teknik skimming biasa dipakai untuk membaca teks panjang. Teknik ini mengandalkan kecepatan membaca. Dan kita bisa menggunakannya untuk keperluan: mengenal topik bacaan, opini, bagian penting teks, organisasi penulisan, penyegaran, dan memperoleh kesan umum dari sebuah buku yang dibaca (Soedarso, 2004:30).

Langkah Pembelajarannya

Lantas, bagaimana sih penerapan teknik skimming di dalam membaca? Berikut ini penulis sajikan langkah-langkah pembelajarannya. Ini pernah penulis praktikkan bersama siswa kelas V dalam penelitian tindakan kelas dengan pembelajaran tatap muka.

1) Kegiatan Prabaca

Dalam kegiatan ini siswa diajak untuk latihan gerakan mata dan melatih menemukan kata-kata kunci. Semakin panjang dan semakin luas jangkauan mata dalam melihat unit-unit bahasa, semakin cepat pula kemampuan membacanya (Nurhadi, 2004:69).

Kegiatan prabaca selanjutnya, yaitu guru memberikan motivasi. Tujuannya untuk memusatkan perhatian pada bacaan. Motivasi ini bisa berupa kalimat-kalimat sugestif. Seperti, “Aku sadar membaca itu mudah, aku pembaca cepat, aku mampu membaca cepat dan paham.” Siswa diminta membaca kalimat-kalimat tersebut dalam hati dan menghayati, kemudian menjadikan kalimat-kalimat tersebut sebagai keyakinan awal sebelum membaca.

2) Kegiatan Saat Baca

Siswa membaca teks cerita yang panjangnya kurang lebih 200 kata. Targetnya, kecepatan membaca siswa bisa 170-180 kata per menit. Maka, digunakan teknik skimming dengan langkah-langkah sebagai berikut. (a) baca judul dan prediksi isi bacaan ini mengemukakan tentang apa, (b) baca paragraf pertama. Paragraf pertama biasanya merupakan pengantar bacaan dan hal-hal umum. Cara membacanya, yaitu dengan membaca perkalimat dengan dua titik fokus mata. Temukan kata-kata penting dan kalimat utamanya. Biasanya kalimat utama berada di awal atau di akhir paragraf.

Setelah paragraf pertama selesai, lanjutkan ke paragraf berikutnya. Telitilah setiap paragraf mana yang merupakan kalimat utamanya, (c) setelah menemukan kalimat utama tiap paragraf, kemudian tulis kalimat utama tersebut di buku sehingga dapat disimpulkan isi bacaannya.

3) Kegiatan Pascabaca

Pada kegiatan pascabaca, siswa diberi kesempatan untuk menceritakan kembali isi bacaan tersebut. Kegiatan ini digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru dari kegiatan saat baca ke dalam prediksi awal tentang isi bacaan yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi.

Yang perlu diperhatikan, mempraktikkan teknik skimming tak hanya sekali dua kali. Tetapi harus berkali-kali agar berhasil menguasainya. Dengan begitu, tujuan membaca yang ditetapkan pembaca bisa tercapai.

Akhir kata, membekali siswa dengan teknik baca skimming jauh lebih bermanfaat ketimbang menjejali siswa dengan latihan segudang soal asesmen literasi. Apabila tujuannya untuk meningkatkan kualitas literasi siswa. Begitu.

——– *** ——–

Tags: