Bersiap Hadapi era Simurality

Dr Ing Indar Sugiharto

Dr Ing Indar Sugiharto
Dalam dunia perfilman, kehidupan manusia yang sudah berdampingan dengan robot telah terjadi. Namun, hal itu diprediksi juga akan terjadi dalam kehidupan nyata. Saat itulah, era simurality berjalan pada sekitar tahun 2040 – 2045.
“Pada era ini, mau tidak mau manusia hidup berdampingan dengan robot. Sekitaran tahun 2040-2045 eranya robot cerdas, kecerdasan robot tersebut menyerupai manusia” tutur Dosen Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra (UK Petra) Dr Ing Indar Sugiharto.
Ramalan tersebut menjadi sebuah pendorong bagi Indar untuk mengembangkan platform kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dengan teknologi neuromorfologis. Indar mengungkapkan, Neuromorphic Engineering merupakan teknologi yang berusaha menghasilkan sistem yang mampu mengolah informasi layaknya cara kerja otak. Pendekatannya dilakukan dengan mengimplementasikan struktur dan fisiologi sistem saraf pusat (otak) dalam hardware dan software.
“Sistem Neuromorfis ini berusaha meniru cara kerja otak hingga sel-sel otak. Robot akan dilengkapi dengan jutaan hingga milyaran sel saraf tiruan” Ungkapnya.
Selain itu, tambah dia, dengan teknologi Neuromorfis nantinya, robot akan didesain untuk bisa berpikir layaknya manusia yang mampu mengambil keputusan dalam kondisi ‘ketidakpastian’ serta mampu berinteraksi sosial dengan baik. “Untuk bisa merealisasikan robot tersebut, tidak hanya teknologi Neuromorfis yang diterapkan namun juga menggunakan mesin teknologi canggih yaitu SpinnNNaker” tutur Indar yang juga ahli robotika ini.
Spiking Neural Network atau SpiNNaker sendiri merupakan teknologi komplit dan sempurna dalam pengaplikasian Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. “SpiNNaker didesain semirip mungkin dengan kinerja otak. Bagi ilmuwan desain SpiNNaker adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja otak” sahutnya.
Pria asal Malang ini menjelaskan, penggunaan teknologi SpiNNaker pada sebuah robot bukanlah hal yang mudah bagi ilmuwan. Karena ilmuwan akan dihadapkan pada sikap dilematis untuk menyikapi robot cerdas tersebut. Dia membutuhkan waktu selama dua setengah tahun untuk mampu meng hack SpiNNaker.
“Saya ditugasi United Kingdom untuk mampu meng hack SpiNNaker ini. Jika dia tidak bisa di-hack dia akan sadar jika dia hidup dan mampu memperjuangkan bagaimana cara dia survive dan syukurlah saya bisa meng hack dia” paparnya.
Salah satu teknologi robot yang ia buat dengan penerapan teknologi Neuromorfis dan teknologi SpiNNaker adalah pengembangan platform robot dengan kecerdasan buatan untuk navigasi pintar. Di mana nantinya robot tersebut memiliki kemampuan navigasi semacam Global Positioning System (GPS) dengan menggunakan struktur cara kerja otak yang disebut grid-cell.
“Kedepan saya akan merencanakan pangaplikasian platform AI kealam robot yang nantinya dapat merekam dan memetakan posisi dirinya. Jika berada di luar jangkauan maka robot bisa kembali” Ucapnya. [ina]

Rate this article!
Tags: