Bersihkan Hati, Niat, dan Amal

Dr M Sholihin Fanani

Oleh:
Dr M Sholihin Fanani
Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Jatim

Hakekat setiap ibadah yang kita lakukan (termasuk puasa), menurut Imam Al-Ghozali (yang telah kami sebutkan pada tulisan terdahulu), selain untuk membersihkan jiwa manusia (Tazkiatun Nafs), juga membersihkan hati (Tazkiatul Qalb). Hati manusia diibaratkan oleh Al-Ghazali seperti bak mandi.
Kalau terus-menerus diisi dengan air, maka lama-kelamaan akan banyak kotoran di dalam bak air tersebut. Kalau dibiarkan terlalu lama dan tidak dibersihkan, maka bak mandi tersebut akan kotor dan berkerak. Sehingga sulit untuk dibersihkan kalau sudah berkerak seperti itu.
Hal ini sama dengan hati manusia. Jika terlalu banyak perbuatan jelek yang dilakukannya, maka hati manusia juga bisa berkerak seperti kamar mandi tersebut. Dan lama kelamaan akan menjadi mati hatinya. Apakah ciri hati manusia yang sudah mati? sulit mendengakan kebaikan, tidak peduli dengan penderitaan orang lain, lebih peka terhadap kejelekan dan sulit melakukan hal-hal yang baik.
Dalam kehidupan sehari-hari tentu manusia itu bekerja, bergaul dengan sesama manusia, berdagang dan berinteraksi dengan banyak orang dan lain-lain. Sehingga kemungkinan besar ada sikap kita yang membuat orang lain tersinggung atau sakit hati. Ada kata-kata kita menusuk perasaan orang lain. Mungkin yang membuat orang tersinggung, ada janji yang ditempati, ada kata-kata yang bohong dan berbagai perbuatan lainnya.
Menurut para ulama ada tiga perbuatan manusia yang dapat mengotori hatinya, yaitu iri hati (Hasad), berbohong atau tidak menepati janji dan berkhianat (Nifa’) dan sombong atau suka meremehkan hasil kerja orang lain (Kibir).
Oleh karena itu selama puasa kita harus bisa mengendalikan sifat-sifat ini. Bila tidak, maka puasa kita tidak memberikan dampak pada perubahan sifat kita. Karena itu, bilan puasa adalah bulan pembiasaan untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Bulan puasa adalah bulan pembersih dari segala macam dosa. Sehingga setelah bulan puasa kita akan seperti bayi terlahir yang suci dan bersih, idul fitri.
Selain itu, hakekat ibadah yang kita lakukan adalah embersihkan niat (Tazkiatun Niyah). Niat adalah pekerjaan hati yang ada pada diri seseorang. Jika manusia itu hatinya baik, maka niatnya baik, dan akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik-baik. Dan selalu ingin berbuat kebaikan secara istiqamah dalam hidupnya. Niat ibaratnya mesin dalam kendaraan. Harus dirawat dan dijaga agar bersih. Kalau mesin itu bersih, maka akan melahirkan energi yang kuat. Sama dengan hati manusia tersebut.
Oleh karena itu dalam setiap ibadah, niatnya harus yang benar, yaitu hanyalah semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Sama dengan orang puasa, karena niatnya benar, maka seseorang akan dengan sangat mudah menjalankan ibadah puasa, walaupun di tengah-tengah pandemi corona, panas, haus dan dahaga, maka tidak membuat orang Islam tetap kuat menjalankan ibadah puasa.
Di samping itu, hakekat ibadah adalah membersihkan amal (Tazkiatul Amal). Dalam beribadah seseorang harus memperhatikan syarat dan rukunnya. Harus mengetahui juga maksud dan tujuan dari ibadah yang ia kerjakan. Dan juga harus mengetahui apa-apa yang dapat merusak pahala dari ibadah yang dia kerjakan. Jangan sampai ibadah yang kita kerjakan, amal-amal kebaikan yang kita kerjakan tidak mendapatkan pahala, tidak mendatangkan keridhaan Allah SWT. Sehingga hati kita tetap jauh dari Allah.
Amal ibadah seseorang itu bila diterima Allah, maka akan mendatangkan dorongan untuk meningkatkan kebaikan atau ibadah yang dia lakukan. Ada energi positif yang masuk dalam diri seseorang. Sama dengan ibadah puasa seseorang, apabila diterima oleh Allah, maka setelah puasa kita semakin meningkat ibadahnya dan kebaikannya kepada sesama manusia, bukan malah kembali lagi dari kemaksiatan kepada kemaksiatan lainnya.
Puncak ibadah puasa adalah apabila seseorang memiliki jiwa, sifat mau berkorban untuk kepentingan orang lain. Dan menyakini bahwa berbuat baik kepada orang lain sama dengan berbuat baik pada diri sendiri. Itulah yang disebut dengan jiwa yang Muttaqien.
Bukankah Allah telah menjelaskan bahwa tujuan puasa itu adalah membentuk pribadi yang Muttaqien (La allakum tattaqun). Allah menjelaskan ciri-ciri orang yang bertaqwa; orang-orang yang gemar berinfaq dalam keadaan lapang atau sempit, orang yang bisa mengendalikan amarahnya dan orang-orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain. Wallahu alam bishawab. [*]

Rate this article!
Bersihkan Hati, Niat, dan Amal,4.50 / 5 ( 2votes )
Tags: