Bersua dalam Kebahagiaan di Akhirat

cover buku--Mereka Dipersatukan di SurgaJudul Buku  : Mereka Dipersatukan di Surga
Penulis  : Havina A.B.
Peresensi : Hendra Sugiantoro
Penerbit  : DIVA Press
Cetakan  : I, Desember 2014
Tebal  : 208 halaman
ISBN  : 978-602-255-764-7

Hal mudah untuk berkumpul dan bertemu dengan orang-orang yang kita cintai dalam suasana bahagia di dunia ini. Namun, dapatkah kita di akhirat nanti berkumpul dengan keluarga kita dalam balutan kebahagiaan? Kematian memang niscaya, namun apakah kita bisa bersua dengan Nabi Muhammad SAW dan para kekasih Allah di surga-Nya?
Tak ada jaminan pasti, kecuali kita mendapatkan keberkahan, rahmat, dan keridhaan Allah SWT. Buku ini menguraikan cara agar keinginan untuk bahagia dalam surga dan berkumpul dengan orang-orang tercinta dapat tercapai. Bagaimana pun, akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Kita harus berusaha agar kebersamaan dengan keluarga kita di atas dunia ini terulang kembali di akhirat. Allah SWT memperingatkan kita, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”(QS. At-Tahrim: 6).
Ayat tersebut memerintahkan agar kita menjaga keluarga kita dari berbuat keburukan. Kita perlu menuntun setiap anggota keluarga menuju jalan yang benar dan diridhai Allah SWT. Apabila sebuah keluarga berada dalam kebaikan, maka tak mustahil jika di akhirat kelak akan berkumpul di surga. Saat pertama kali ayat di atas turun, Umar bin Khathab bertanya kepada Rasulullah SAW, “Kami akan jaga diri kami, lalu bagaimana dengan keluarga kami?” Rasulullah SAW menjawab, “Engkau larang mereka apa yang Allah telah larang dari-Nya, kamu perintah mereka dengan apa yang Allah telah perintah dari-Nya. Jika itu engkau lakukan, maka akan menyelamatkan mereka dari neraka.”(hlm. 66-68).
Keimanan menjadi faktor penting agar kita dapat dipertemukan dengan keluarga atau orang-orang tercinta di akhirat kelak. Allah SWT berfirman, “Dan, orang-orang yang beriman beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka.”(QS. Ath-Thur: 21). Ayat ini memberikan pemahaman agar sesama anggota keluarga harus senantiasa meneguhkan keimanan (hlm. 73-75).
Selain itu, hubungan kita dengan keluarga dan orang-orang tercinta bisa terjalin di akhirat karena faktor ketakwaan. Allah SWT berfirman, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.”(QS. Az-Zukhruf: 67) (hlm. 80). Sebelum menginjak surga, kita perlu menyadari ada proses yang harus kita lalui, seperti peristiwa di alam kubur, hari kebangkitan, saat dikumpulkan di Padang Mahsyar, hari penghisaban, dan melewati jembatan shirat.
Secara harfiah, sirath artinya jalan. Yang dimaksud shirat di hari kiamat adalah jembatan yang dibentangkan di atas neraka. Setiap kita akan melintasi jembatan tersebut. Selamat atau terjatuh dalam neraka tergantung keimanan dan amal shalih di dunia ini. Maka, kita harus mengingatkan anggota keluarga kita untuk menjadikan kehidupan di dunia ini sebagai ladang menanam amal kebaikan. Kita perlu memperbaiki kualitas hidup keluarga kita dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan sebagai bekal hidup bahagia di akhirat.
Tak hanya berkumpul dengan keluarga, kita pun bisa mendapatkan kebahagiaan bersua dengan Rasulullah SAW. Anugerah itu bisa kita peroleh asalkan kita mencintai beliau. Mencintai ini tidak hanya dalam hati, tetapi juga perlu dibuktikan, salah satunya dengan meneladani dan mengikuti sunnah beliau. Sesungguhnya dalam diri beliau telah tertanam sejuta kebaikan dan juga akhlak yang mulia. Kita bisa menjadikan beliau sebagai inspirasi untuk menjadi manusia yang berkualitas dan muslim yang sempurna (hlm. 130).
Bukti mencintai Rasulullah SAW juga ditunjukkan dengan mencintai orang-orang terdekat beliau, yakni keluarga dan para sahabat beliau. Mencintai orang-orang terdekat Rasulullah SAW bukan mencintai orang-orang yang salah, sebab mereka adalah orang-orang pilihan. Istri beliau seperti Khadijah dan Aisyah adalah perempuan teladan yang layak dijadikan inspirasi hidup. Begitu pula dengan para sahabat beliau. Mengkaji perjalanan hidup mereka, ada sumber keteladanan yang bisa kita petik (hlm. 143-147).
Agar bisa bertemu Rasulullah SAW di akhirat, kita juga perlu memperbanyak membaca shalawat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”(QS. Al-Ahzab: 56). Meskipun memiliki makna berbeda, Allah SWT dan para malaikat-Nya saja bershalawat kepada Muhammad SAW, kenapa kita malas bershalawat? (hlm. 148-152).
Buku ini renungan berharga untuk meraih kebahagiaan akhirat tidak semata untuk diri kita sendiri, tetapi juga mengajak keluarga dan orang-orang terdekat kita. Kita pun terus berdoa kepada Allah SWT agar dipertemukan dengan orang-orang yang kita cintai di akhirat kelak, termasuk bersua dengan Muhammad, nabi yang mulia.

————————- *** ———————–

Rate this article!
Tags: