Bertetangga Teroris

Pelaku terorisme masih ada, walau pasti akan berakhir nista, tewas maupun luka berat.. Menjadi tontonan tanpa pertolongan, tanpa simpati. Teroris yang coba menyerang Polisi di Mapolsek Wonokromo (Surabaya), mudah saja dilumpuhkan. Seluruh keluarganya (terutama istri dan anak) akan menjalani pemeriksaan intensif, sekaligus “di-waspadai” dalam pergaulan. Setelah menjalani hukuman, dipastikan bakal menjalani program de-radikalisasi.
Dua anggota Kepolisian Polsek Wonokromo yang diserang dengan senjata tajam (clurit), mengalami luka. Setelah dilumpuhkan dengan pukulan balik, dan tembakan, teroris terengah-engah. Di dalam ransel yang dibawa, terdapat senjata tajam lain (sejenis pisau besar), dan senjata api soft-gun. Harga senjata yang tidak murah. Ironisnya, pelaku teroris sehari-hari berprofesi sebagai penjaja makanan (jajanan) sempol, kesukaan anak-anak.
Penghasilannya rendah, dan tinggal di rumah petak kos-kosan. Tetapi teroris golongan “lone wolf” (mandiri tanpa kelompok), mengaku memperoleh ajaran radikalisme dari unduhan internet. Termasuk tatacara membuat bom. dengan sasaran utama Kepolisian. Markas polisi menjadi target, karena dianggap thoghut (pembela kezaliman), dan selalu mengagalkan rencana “jihad.” Masyarakat secara enteng meng-akronim-kan jihad, sebagai “keji, dan jahat.”
Ajaran menyimpang tentang “jihad” bermuara radikalisme, berujung terorisme. Tidak akan memiliki tempat di masyarakat terhadap teroris. Keluarga dekat (orangtua, dan saudara) meminta maaf kepada masyarakat. Itu menunjukkan bahwa tindakan terorisme “diharamkan” oleh seluruh masyarakat. Menjadi aib besar keluarga melebihi segala kejahatan kriminal. Tak jarang, keluarga tidak sudi menjemput di rumah sakit. Sampai pemakamam jenazah teroris ditolak warga.
Dalam dua tahun terakhir, terorisme selalu menyasar Kepolisian. Modus itu patut lebih diwaspadai. Karena terkandung visi (dan misi) serangan psikologis, coba meng-alih-kan paradigma masyarakat. Tujuannya, mengubah stigma masyarakat, bahwa terorisme tidak men-jahati masyarakat. Sekaligus akan ber-sinergi dengan kelompok penjahat, yang sama-sama memusuhi polisi. Teroris, akan memperoleh simpati dari residivis, geng narkoba, sampai geng motor.
Kepolisian (terutama Densus 88), niscaya tak lena. Lebih lagi kini telah terdapat Koopsus TNI Anti Terorisme. Komando Operasi Khusus (Koopsus) TNI anti terorisme, beranggota personel TNI lintas matra. Juga memiliki 100 “ahli gebug” terlatih, disertai 400 intelijen fungsional yang mahir. Pembentukan Koopsus, menjadi jawaban setelah DPR bersama Presiden menyepakati revisi UU Nomor 15 tahun 2003.
Berdasar revisi UU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, definisi tentang terorisme makin jelas. Kini menyertakan frasa “motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.” Terdapat pemberatan sanksi terhadap pelaku terorisme, berupa permufakatan jahat, persiapan, percobaan dan pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorisme. Juga terdapat hukuman berat “korporasi” (sindikasi) terorisme.
Pemberantasan terorisme telah berlapis-lapis. Masih ditambah kesiagaan masyarakat. Terutama kalangan ormas Islam terbesar, NU yang memiliki “pasukan” pemuda anti terorisme. Juga kelompk anti terorisme ormas keagamaan (seluruh agama-agama). Kesiagaan masyarakat menjadi pilar melawan terorisme, menjadi pertahanan semesta. Diakui (dan diadopsi) dalam konstitusi. Karena bisa jadi, masyarakat bertetangga dengan teroris.
“Pedang sosial” akan menjadi metode sistemik (dan masif) oleh masyarakat untuk mempertahankan ketenteraman lingkungan. Konstitusi telah meng-amanatkan keterlibatan masyarakat dalam pertahanan negara. “Pedang sosial,” terbukti efektif pada berbagai situasi sulit. Dirasakan kekuatannya oleh penjajah maupun pengkhianat dari dalam negeri. Misalnya, dalam perang revolusi, dan melawan pengkhianatan PKI.
Ruang gerak semakin sempit, terorisme semakin frustasi. Tetapi masih terdapat lone wolf, yang selalu nekat coba tampil dengan paham keyakinan menyimpang. Maka kinerja pemberantasan terorisme wajib makin intensif. Juga tak lena dengan penyiaran berpaham radikal, olok-olok, dan dakwah penistaan keyakinan agama.

——— 000 ———

Rate this article!
Bertetangga Teroris,5 / 5 ( 1votes )
Tags: