BI Jatim Jamin Harga Properti Masih Terjaga

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Sektor properti residensial di wilayah Surabaya dan sekitarnya masih menunjukkan kondisi yang stabil pada triwulan I-2015. Dari sisi harga, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Pasar Primer pada triwulan berjalan masih tetap tumbuh namun dengan kecenderungan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 8,8% (yoy).
Sedangkan pertumbuhan IHPR Pasar Primer Surabaya dibandingkan triwulan sebelumnya masih lebih rendah dari tingkat nasional, yaitu hanya 1.1% (qtq) dibandingkan dengan 1.5% (qtq). Kondisi yang tidak terlalu jauh berbeda juga terlihat pada pasar residensial sekunder.
“Berdasarkan hasil survei, ditemukan adanya perlambatan yang relatif signifikan untuk perkembangan harga rumah sekunder,” kata Kepala Bank Indonesia Jatim Benny Siswamto ketika dijuampai di acara edukasi keuangan Syariah Senin (11/5) di Sahid hotel.
Penyumbang kenaikan tertinggi harga di pasar properti residensial primer Surabaya adalah rumah tipe besar (>70m2), diikuti oleh rumah tipe kecil (<36m2) dan rumah tipe menengah (lebih dari 36m2 sampai dengan 70m2). Survei Harga Properti Residensial (SHPR) juga mencatat laju pertumbuhan tanah yang lebih cepat dibandingkan harga properti primer menjadi pendorong utama kenaikan harga properti primer.
“Selain itu, kenaikan harga bangungan, upah kerja dan bahan bakar minyak serta biaya perizinan juga mempunyai andil dalam mendorong harga properti di pasar primer,” kata Benny.
Dari sisi daya beli masyarakat, rasio harga rumah terhadap UMK menunjukkan tren melandai yang berarti daya beli masyarakat (khususnya masyarakat menengah ke bawah) terhadap properti di Kota Surabaya mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang merupakan dampak dari kenaikan Upah Minimum Kota (UMK).
Untuk pasar properti residensial sekunder, properti dikategorikan menjadi tipe menengah (80 – 150 m2) dan menengah atas (>150 m2). Kecendrungan harga melambat pada tipe menengah atas lebih cepat dibandingkan tipe menengah. Kondisi perlambatan yang cepat juga terlihat pada Surabaya Pusat baik untuk tipe menengah maupun menengah atas.
Kondisi tersebut terdorong oleh kondisi perekonomian Kota Surabaya dan sekitarnya yang menunjukkan adanya perlambatan dan diperkirakan berpengaruh langsung terhadap permintaan hunian khususnya untuk tipe menengah atas. Tidak jauh berbeda dengan tipe menengah, namun tidak terlalu dalam karena harga tipe menengah yang masih relatif terjangkau walaupun sudah terlihat kecenderungan menurun. [ma]

Tags: