BI Provinsi Jawa Timur Mimpikan Wisata Religi Kuliner

Sudi Haryono saat menjelaskan soal kampung Flory.

(Study Banding Kampung Flory Jogjakarta)

Surabaya, Bhirawa
Study banding ke kampung Flory di Jogjakarta, Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah (KPw) Provinsi Jawa Timur memimpikan Jatim memiliki wisata religi kuliner, hal tersebut diungkapkan kepala KPw BI Provinsi Jatim Difi Ahmad Johansyah saat study banding ke kampung Flory tempat wisata alam bunga, buah dan outbond serta kuliner desa Wisata Tlogoadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Jogjakarta.
Didampingi Musni Hardi Kasuma Atmaja Kepala KPw BI Kediri Abrar Kepala Divisi SP-PUR KPw BI Prov Jatim
dan Azka Subhan A.Kepala KPw BI Malang, Difi pada sejumlah wartawan pada acara Pelatihan jurnalis Jatim bersama BI Jatim mengungkapkan, bahwa Jatim cukup berpeluang besar untuk disulap seperti yang terjadi di kampung Flory Jogjakarta tersebut, mengingat potensi Jatim yang beragam,” Hanya saja yang paling berpeluang dan sangat besar kesempatannya di Jatim adalah wisata religi kuliner,” ungkapnya.
Jatim lanjut orang nomor satu di BI Jatim tersebut, selain memilki kekayaan alam yang indah untuk dinikmati seperti Gunung Bromo di Probolinggoi Kawah Ijen di Banyuwangi dan lain sebagainya juga terdapat banyak wisata religi yang
cukup berpotensi seperti makam Sunab Ampel di Surabaya, makam sunan Bungkul di Surabaya makam Maulana Malik Ibrahim, sunan Giri Gresik, sunan Drajat Lamongan dan banyak lagi yang lainnya. jika ini dikemas dengan baik kemudian dipadu dengan wisata kuliner makanan khas Jatim maka akan sangat menarik dan tidak kalah dengan daerah manapun.
Bicara soal wisata kuliner di Jatim tidak akan ada habis habisnya karena Jatim memiilki kekayaan kuliner yang beraneka ragam dengan rasa beragam pula nikmatnya memanjakan lidah. disebutkan seperti soto Madura yang sudah sangat terkenal, soto ayam Lamongan, rujak cingur Surabaya, semanggi Surabaya serta banyak lagi lainnya. Belum lagi kalau bicara soal budaya Jatim adalah gudangnya, seperti ludruk Surabaya, gandrung Banyuwangi, Karapan Sapi Madura, reog Ponorogo dan lain sebagainya.” Ini baru bicara soal seni dan budaya, belum masuk pada para pelaku seni dan budaya yang cukup terkenal seperti Leo Kristi, Gombloh yang banyak memanfaatkan alam melegenda, seandainya disiapin saja monumen dimana Gombloh rekaman dan berproduksi, Insya Allah akan mengundang orang orang pada selfie,”Papar Difi.
Sementara itu, kampung Flory memang indah nan asri karena ditunjang oleh kondisi alamnya yang kemudian disulap oleh sekelompok anak anak muda terampil, pekerja keras dan inovatif dikomandani Sudi Haryono yang sekaligus pendiri dan inisiatornya. Kala itu Sudi Haryono bukan siapa siapa,”Saya dulu terkenal sebagai anak yang suka berkelahi, bahkan nama saya pernah tenar masuk koran karena kesandung masalah hukum,”akunya jujur di hadapan petinggi BI Jatim dan para wartawan Ekbis yang biasa mangkal di BI Jatim.
Untungnya lanjut Sudi Haryono, sikap bengalnya hisa tersalur pada hal hal yang positif seperti sekarang ini yakni mendirikan kampung Flory yang kini beromzet Rp 1 miliar pebulan, berarti Rp12 miliar pertahun. Menurutnya Kampung Flory lahir dari hasil kumpul kumpul di gardu Siskamling seriap malamnya, awal pertama dilakukan adalah sama sama menanam tanaman hias di halaman rumah masing masing kemudian setelah jadi maka dijuallah bersama sama
sama.
Dari sukses kecil inilah kemudian me reka berupaya dengan susah payah menyewa lahan milik desa dengan upaya patungan dari hasil ada yang menjual kambing orang tuanya dan ada pula yang hutang ke tetangganya. Keberuntungan terus membawa sekelompok muda pekerja keras ini pada jenjang yang lebih tingi dengan hasil yang mereka nikmati bersama kampung Flory,
berkonsep Kota Hijau (Green City). sebuah desa bernama Kampung Flory kini menjadi wisata alternatif di Yogyakarta yang semakin banyak dikunjungi tidak saja oleh para wisatawan tapi juga para mahasiswa untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan pejabat daerah untuk melakukan study banding.
“Sekarang, Kampung Flory menjadi destinasi wisata unggulan nasional. Dimana didalamnya mensinergikan pertanian, pariwisata, pendidikan, budaya, lingkungan dan kuliner dalam satu kawasan yang mana pengelolaannya memperdayakan masyarakat sekitar secara professional,” terang Sudi
Kampung Flory kerap menjadi langganan outbonddan plesiran keluarga karena memiliki fasilitas cukup lengkap. Ada sarana outbond, wahana bermain, kolam terapi ikan, gazebo, kedai kopi, track sepeda, sentra kuliner atau main air langsung di Kali Bedog nan jernih dan dangkal.
“Kampung Flory dengan luas 6,5 ha memiliki dua pengelolaan, Taruna Tani dan Desa Wisata Flory. Zona Taruna Tani merupakan area pertanian di Kampung Flory yang di dalamnya terdapat usaha tanaman hias, tanaman buah, dan sentra kuliner bernama Iwak Kalen. Sedangkan zona Dewi Flory merupakan kawasan desa wisata yang menyajikan jasa penginapan (homestay), area outbond, dan sentra kuliner Bali Ndeso serta kedai kopi bernama Kopi Keceh,” ungkapnya menjelaskan.
Meskipun belum lama beroperasi, setiap akhir pekan lahan parkir yang disediakan seluas satu hektar selalu penuh kendaraan wisatawan berbagai daerah. Rata-rata kunjungan di Kampung Flory dalam sepekan berkisar 700 orang. Kecuali musim libur, jumlahnya bisa lebih dua kali lipatnya,“Alhamdulilah, hingga tahun 2019 ini, target omset Kampung Flory 1 miliar setiap bulan dapat tercapai,” pungkasnya.(ma)

Tags: