Biaya Hidup Bidikmisi Ditambah Rp 50 Ribu

Surabaya, Bhirawa
Setelah berjalan tujuh tahun sejak 2010, program Bidikmisi akhirnya mengalami penyesuaian anggaran. Ini khususnya terkait biaya hidup mahasiswa yang akan dinaikkan dari Rp 600 ribu per bulan menjadi Rp 650 ribu per bulan.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti Prof Intan Ahmad mengatakan, kenaikan biaya hidup itu dipastikan untuk semua penerima Bidikmisi. Bukan hanya bagi calon penerima di tahun ajaran 2017/2018 mendatang. “Kenaikan itu untuk semua penerima,” kata dia di sela-sela kunjungannya ke Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Kamis (2/2).
Dia menegaskan, untuk biaya pendidikan mahasiswa penerima Bidikmisi di perguruan tinggi sudah terkaver semua. Nominal biaya yang dikelola perguruan tinggi sebesar Rp 2,4 juta per semester. “Pemerintah menyediakan dana Bidikmisi setahun sampai Rp 3,2 triliun untuk 320.000 mahasiswa lebih. Jadi banyak sekali,” tuturnya.
Intan mengatakan, peningkatan tidak hanya terjadi pada pemberian biaya hidup mahasiswa, melainkan juga kuota penerima Bidimisi tahun ajaran 2017/2018. Bila tahun lalu pemerintah hanya menyediakan kuota 60 ribu mahasiswa Bidikmisi, tahun ini kuota menjadi 80 ribu mahasiwa. Menurut dia, dengan adanya Bidikmisi ini, anggota keluarga yang secara ekonomi tidak mampu tapi memiliki kemampuan akademik bagus tetap dapat menjadi melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan tinggi.
Calon mahasiswa ini, lanjut dia, diminta melamar melalui jalur-jalur yang sudah disediakan. Antara lain melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan jalur Mandiri di PTN. “80 ribu itu nanti untuk PTN dan perguruan tinggi swasta (PTS). PTS sekitar 15 ribu mahasiswa se-Indonesia,” ungkapnya.
Untuk jalur Mandiri, Intan memastikan bukan hanya bagi pendaftar kalangan mampu. Jalur tersebut merupakan salah satu cara masuk menjadi mahasiswa. “Bisa saja kan dia tidak diterima jalur SNMPTN, SBMPTN. Kemudian belajar lagi bisa diterima ke Mandiri. Ada beberapa juga yang memang diterima di jalur Mandiri,” katanya.
Asalkan, lanjut Intan, calon mahasiswa ini masuk persyaratan dari keluarga tidak mampu. “Jadi terbuka semua,” imbuhnya.
Sedangkan Bidikmisi bagi PTS, kuotanya akan dibagikan ke tiap-tiap Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis). Alasannya, tidak semua PTS juga mau menerima Bidikmisi ini. Karena, Kemenristekdikti menekankan, salah satu persyaratan yang menerima jatah Bidikmisi, institusi bersangkutan tidak boleh menarik biaya tambahan.
Mengenai persyaratan PTS penerima kuota Bidikmisi, Intan menginginkan yang berakreditasi baik. Tapi, tidak menutup kesempatan bagi yang belum begitu baik. “Karena mungkin saja di situ ada mahasiswa yang baik. Jadi kami tidak terlalu membatasi,” jelasnya.
Dia meminta calon mahasiswa dari kalangan tidak mampu untuk segera memanfaatkan Bidikmisi ini. Kalau tidak menggunakan Bidikmisi, mahasiswa tidak mampu akan kesulitan studi kedokteran. “Jadi ini benar-benar tepat sasaran, tapi memang persyaratannya harus tidak mampu,” tandasnya.
Sementara itu Direktur PENS Zainal Arief mengungkapkan tiap tahunnya menerima 150 mahasiswa bidikmisi. Selama beberapa tahun jumlah tersebut tidak berubah sehingga pihaknya juga belum memutuskan untuk menerima pendaftar Bidikmisi melalui jalur Mandiri. [tam]

Tags: