Pedagang JMP Surabaya Naikkan Harga Tekstil

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Tak ingin kehilangan pelanggan, pedagang tekstil di Jembatan Merah Plaza  rela untuk mendapatkan untung minim, meskipun beberapa kebutuhan operasional seperti listrik, BBM,dan kenaikan upah pegawai menjadi alasannya. Pedagang mengakui, kenaikan harga tekstil  di Tahun 2014 sudah cukup tinggi, tetapi pedagang hanya menaikkan margin keuntungannya hanya 5-7% dari harga jual.
Salah satu pedagang Imam Yakub (60) mengutarakan, kenaikan harga tekstil sudah naik sejak mulai dari pabrikan. Pedagang pun harus menaikan harga pada konsumen mereka, karena laba yang di dapat pada tahun 2014 sudah tidak bisa dipertahankan. ” Laba di tahun kemarin sudah tidak bisa dijadikan patokan, karena kalau diteruskan kami semua akan mengalami kerugian,” jelas pria yang telah berdagang tekstil sejak tahun 1995, di Surabaya Kamis (26/3) kemarin.
Lanjut Imam, selama tahun kemarin pusat perbelanjaan tekstil di JMP sudah mengalami kenaikan sebanyak tiga kali. Kenaikan tersebut terjadi di awal tahun, saat lebaran, dan pada akhir tahun. Kenaikan tersebut karena banyak masyarakat yang membutuhkan pakaian baru, terutama perusahaan konveksi untuk kelas menengah kebawah.
“Paling banyak pembeli kita adalah masyarakat kelas menengah, terutama perusahaan konveksi yang berada di perumahan. Selain itu, tingkat kebutuhan pakaian baru pada bulan-bulan orang menikah sangat banyak peminatnya. Karena memang ada yang membuat pakaian seragam,” tuturnya.
Sementara itu menurut Aminah warga Kapasari yang berdagang kain BSY dan katun, mengutarkan kenaikan kain dari pabrik naik mulai dari harga Rp.1000-1500 per yar. Kain jenis BSY dan katun merupakan yang paling banyak peminatnya, sehingga dari pabrik pun sudah mengalami kenaikan.
“Kedua kain tersebut merupakan favorit konsumen, karena saat di pakai rasanya dingin dan tidak mudah kusut. Terutama sekolah yang paling banyak mencari untuk jenis BSY, dan kain batik modern yang di pilih,” tegasnya.
Kenaikan harga biasaya tidak terjadi sesering di tahun 2014, biasanya naiknya harga tekstil dari pabrikan hanya terjadi setahun sekali. Tetapi sejak harga BBM, Listrik, dan tingginya upah pekerja membuat perusahan tekstil mengaku keberatan, bahkan rumor yang di sampaikan sales ada beberapa karyawan yang sampai di PHK.
“Karena tingginya tingkat operasional perusahaan tekstil, banyak perusahaan yang harus mengurangi tenaga kerja. Hal ini berdasarkan cerita dari sales yang sering mampir sini mas. Karena perusahaan sudah tidak mampu lagi untuk menggaji dengan ketentuan pemerintah,” pungkasnya. [wil]

Tags: