Bidik 7 Kecamatan, Pemkot Surabaya Gelar Pasar Murah

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Untuk mengantisipasi kenaikan harga sembako menjelang pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dalam waktu dekat, Pemkot Surabaya menggelar pasar murah di 10 lokasi yang tersebar di 7 kecamatan.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surabaya Widodo Suryantoro  mengatakan sasaran utama pasar murah adalah wilayah padat penduduk dengan rata-rata tingkat ekonomi menengah ke bawah. “Bentuk intervensi ini diharapkan bisa membantu ketersediaan bahan-bahan kebutuhan pokok di lingkungan masyarakat padat penduduk,” ujarnya, Minggu (16/11).
Berdasar pantauan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Surabaya, harga kebutuhan pokok perlahan mulai merangkak naik. Untuk mengantisipasi tren tersebut, pemkot melakukan intervensi ekonomi melalui kegiatan pasar murah.
Kali ini, pasar murah diselenggarakan di 10 lokasi yang tersebar di 7 kecamatan. Beberapa sudah terlaksana yakni di Kantor Kelurahan Dukuh Setro (Kecamatan Tambaksari) pada 8 November dan Rusun Sombo (Kecamatan Simokerto) pada 9 November.
Selanjutnya, pasar murah akan digelar di Rusun Dupak Bangunrejo dan Tambak Asri (Kecamatan Krembangan) pada 19 November serta Kelurahan Banyu Urip dan Balai RW Kupang Gunung Barat (Kecamatan Sawahan) pada 20 November.
Sedangkan pada 21 November pasar murah dilaksanakan di Tandes Lor Gang Besar dan Balai RW Manukan Wetan (Kecamatan Tandes), 3 Desember di Kantor Kecamatan Benowo dan 4 Desember di Kantor Kecamatan Pakal. Pelaksanaan pasar murah di semua lokasi dimulai pukul 10.00 hingga selesai. Adapun jenis kebutuhan pokok yang bisa dibeli di pasar murah antara lain, beras, gula, minyak goreng, telor, tepung dan mi instan.
Widodo menjelaskan, Disperdagin Surabaya bekerjasama dengan sejumlah distributor, Bulog dan PD Pasar Surya untuk penyediaan produk-produk tersebut. Soal kenaikan harga sembako, Widodo mengaku pihaknya telah melakukan pantauan di beberapa pasar. Hasilnya, kecenderungan kenaikan harga berkisar 1 hingga 5 persen.
Menurut mantan Kabag Perekonomian ini, disamping dipengaruhi oleh isu kenaikan harga BBM, harga sembako yang mulai merangkak naik juga tidak lepas dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang memang sudah berjalan.
Hasil pantauan Disperdagin menunjukkan kenaikan harga kebutuhan pokok sejauh ini masih terjadi pada level agen. Widodo berpendapat, hal itu disebabkan spekulasi bisnis para agen lebih tinggi, apalagi pada tingkatan pengecer.
Sedangkan pada tataran distributor, lanjut dia, belum dijumpai adanya kenaikan harga. “Kalau pun ada kenaikan itu dikarenakan harga pokok produksinya memang meningkat, jadi bukan disebabkan faktor lain,” katanya. [geh,dre]

Tags: