Bila Air Mataku Jatuh Tiba-tiba

Oleh:
Eddy Pranata PNP
Peraih Anugerah Puisi Umum Terbaik Lomba Cipta Puisi Tahun 2019

BILA AIR MATAKU JATUH TIBA-TIBA

Bila air mataku jatuh tiba-tiba
artinya aku sedang sangat mengigatmu

Bagaimana engkau mencium kening sebelum tidur
menyuapkan anggur buah kesukaan usai makan siang

Dan yang membuat airmataku kian menderas
betapa engkau selalu minta aku yang menyisir rambutmu usai mandi

Ragamu tak bisa kulihat
tapi kemilau hatimu berpendar di setiap waktu.

Jaspinka, 2019

Eddy Pranata PNP
LIDAH SUNYI

Dengan sisa tenaga dan rasa yang kumiliki
kutata reruntuhan puing dalam hidup

Engkau tak akan tahu perihnya sembilu malam
engkau tak akan tahu getirnya lidah sunyi

Reruntuhan dan puing ini kutegakkan perlahan
dengan keras hati dan kristal airmata

Aku akan selalu tersenyum
dalam hari-hari yang sunyi dan memanjang.

Jaspinka, 2019

Eddy Pranata PNP
AKU TAK BISA MENERIMA ANGGREK UNGUMU

Kau tidak tahu seberapa perih luka kubawa pergi
kau hendak menahan langkahku?

“Aku pergi membawa anggrek ungu!”
dan hujan menyembunyikan tangis

“Tapi aku suka hujan dalam hatimu,” bisikmu,
“yang rintiknya selalu menabur rindu!”

Kau tidak tahu seperapa perih luka kubawa pergi
aku tak bisa menerima anggrek ungumu!

Jaspinka, 2019

Eddy Pranata PNP
RUMAH DI ATAS BUKIT

Sudah bertahun-tahun kita membangun rumah
di atas bukit di dekat danau
kita tanam singkong, cabai, tomat dan sayuran

“Tapi maaf, aku tidak bisa bertani, aku hanya
bisa menulis puisi!”

Engkau pun terpana melihat keringat bercucuran
dari tubuhku, engkau tersenyum— dan menulis puisi

Engkau bercocok tanam dalam hatiku
dengan puisi-puisi yang berlompatan di sekitar bukit
di dekat danau.

Jaspinka, 2019

Eddy Pranata PNP
DALAM KERETA YANG SAMA
GERBONG YANG BERBEDA

Di akhir tahun kita masih dalam kereta yang sama
walau dalam gerbong yang berbeda

perjalanan sangatlah dingin-sunyi
hanya derit roda ke atas rel

dan jendela kaca yang basah
dan di stasiun terakhir kita bersua
makan nasi goreng daging kambing
minum jus buah naga

lalu kita berpisah tanpa janji bersua

aku ke selatan engkau ke barat daya

kita jalani hidup tanpa rasa rindu
tanpa ilusi dan tanpa puisi!

Jaspinka, 2018

Eddy Pranata PNP
SEPASANG ANGSA TUA

Begitu aku keluar dari Teater Kecil, aku lihat sahabat
Razinuy dan Chichie serupa sepasang angsa tua
Tengah mengibas-kibas bulunya
Sorot matanya, gerakan lehernya sama-sama
Memancar aroma jalan surga

: “Tetapi lihatlah, sepasang angsa tua itu
gemetaran diterpa matahari senja!”

Kita lalu melangkah ke arah jalan raya
Menyantap sate Padang dengan garang
Dan sungguh aku terkesima, sepasang angsa tua
Sama-sama bertukar derita
Sama-sama berbagi rahasia
Dengan intimnya

Matahari senja kian jingga
Kita lalu ke Monas, Asar di musala
Setelah cukup lama berdoa
: Aku menyaksikan mereka mengepakkan sayap
Terbang mengitari langit Jakarta
Dengan aroma kisah-kasih yang sederhana

: “Debar hati terkadang bisa serupa lautan
bisa amat bergelora walau usia tua!”

Kita lalu ke stasiun Gambir
Di bangku tunggu aku dikejutkan suara Chichie
: “Razinuy muntah, tensinya naik, biasanya bisa
duaratus lebih!”

Suasana stasiun riuh, udara panas
Sepasang angsa tua itu bersitatap dengan mata ombak cahaya
Lalu tangannya saling berpeluk untuk selamanya.

Jakarta, 2019

Eddy Pranata PNP
PERAHU CAHAYA

Setelah hujan reda dan langit malam
alangkah bersih, aku melihat
perahu cahaya berlayar dalam sunyi
paling indah
: Serupa pelayaranmu, perahu itu
penuh ombak dan karang
bergemerlapan

Setelah perahumu melewati gelombang
dan terus meluncur membelah selat
lihatlah, sayap camar yang terluka
terus mengepak ke atas mercusuar

Memeluk cahaya, memeluk cahaya

: “Harum tubuh penyair tak mudah dilupakan
tetapi bisa teramat pahit dan getir!”

Perahu cahaya terus berlayar dalam sunyi
dalam rindu yang kian kekal.

Jaspinka, 2019

Eddy Pranata PNP— meraih anugerah Puisi Umum Terbaik Lomba Cipta Puisi tahun 2019 yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI bekerja sama dengan Yayasan Hari Puisi. Juara 1 Lomba Cipta Puisi Sabana Pustaka tahun 2016, Nomine Penghargaan Sastra Litera tahun 2017 dan 2018, Nomine Krakatau Award 2017 dan 2019. Sejak tahun 2014 mengelola Jaspinka (Jaringan Sastra Pinggir Kali) Cirebah, Banyumas Barat, Indonesia. Buku kumpulan puisi tunggalnya: Improvisasi Sunyi (1997), Sajak-sajak Perih Berhamburan di Udara (2012), Bila Jasadku Kaumasukkan ke Liang Kubur (2015), Ombak Menjilat Runcing Karang (2016), Abadi dalam Puisi (2017), Jejak Matahari Ombak Cahaya (2019).

Rate this article!
Tags: