BIN Beri Bantuan Sejumlah Alat Laboratorium ke Unair

Percepat penelitian Covid-19, Unair terima bantuan sejumlah alat laboratorium dari BIN.

Untuk Percepat Penelitian Covid-19
Surabaya, Bhirawa
Badan Intelijen Negara (BIN) memberikan sejumlah bantuan peralatan laboratorium untuk Universitas Airlangga pada Jumat (8/5) lalu. Pemberian bantuan ini untuk proses riset yang tengah dilakukan Unair dalam meneliti Virus Corona atau Covid 19 untuk menemukan obat yang bisa diproduksi masal.
Adapun bentuk bantuan yang diberikan berupa satu unit Akta GO GE, dua unit Incubator CO2, satu unit Squencer Seqstudio, satu unit Real Time PCR, satu paket Covid 19 Reagent Set (600 sample), dan satu paket Plasticware/Primer (600 sample).
Sekretaris Utama BIN, Komjen Pol Drs Bambang Sunarwibowo MHum menuturkan, Unair memiliki potensi sumber daya manusia (SDM) yang sangat besar. Terutama para peneliti yang memiliki kompetensi tinggi khususnya di bidang penyakit infeksi.
“Melihat situasi perkembangan Covid 19, kami melihat kondisi ini perlu ditangani dengan cepat. Dan itu perlu kerjasama untuk percepatan agar pandemi ini cepat berakhir,” urainya.
Diakui Bambang, menghadapi pandemi ini memang pekerjaan yang tidak mudah. Sinergi mutlak dibutuhkan. Sebab, pandemi Covid 19 akan berpengaruh terhadap keamanan dan politik di Indonesia. Terlebih masing – masing negara sedang berkomunikasi dan melakukan upaya terbaiknya dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“BIN hanya bisa memberikan alat. Untuk mengoperasionalkan alat itu, kami tidak paham. Makanya kami serahkan alat – alat yang sangat dibutuhkan ini kepada ahlinya agar bermanfaat untuk mengatasi pandemi ini,” papar dia.
Bambang menambahkan, dengan adanya alat – alat ini diharapkan bisa memunculkan sesuatu yang berharga. Misalnya menemukan kandidat obat untuk Covid 19 ini juga untuk vaksin di kemudian hari. Juga bisa menghasilkan kerjasama di bidang informasi dan sebagainya.
Sementara itu, Rektor Unair, Prof Mohammad Nasih, mengapresiasi bantuan alat – alat lengkap yang diberikan BIN. Karena tidak mudah mendatangkan alat – alat laboratorium untuk penelitian di tengah pandemi.
“BIN bisa mendatangkan alat – alat ini dengan mudah, kami berterima kasih. Orang punya uang belum tentu bisa membelinya dengan cepat,” ujar Prof Nasih.
Unair sendiri menurunkan tim untuk penelitian ini di bawah komando tiga orang profesor yakni Prof Sutjipto, Prof Nancy Margarita Rehatta, serta Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih.
“Sejak awal kita sudah identifikasi bahwa riset kami harus bisa memecahkan persoalan di dunia, khususnya di Indonesia. Riset kali ini kita fokuskan untuk Covid 19. Ini memberikan makna bagi bangsa dan negara. Sinergi dengan berbagai macam pihak ini penting dilakukan. Kami punya ilmu dan metode, namun kami juga butuh support peralatan. Alhamdulillah kita disuppot oleh BIN, agar penelitian ini bisa lebih dipercepat,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Rektor IV Unair, Prof Nyoman mengaku senang mendapatkan bantuan peralatan canggih dari BIN. Karena ini akan mempercepat proses penelitian yang dilakukannya bersama tim peneliti Unair lainnya. Diakui Prof Nyoman, hingga 8 Mei 2020 ini, tim peneliti fokus pada dua hal utama yang sampai saat ini juga masih belum ada jawabannya.
“Yakni, belum adanya obat khusus anti Covid 19. Sehingga sampai saat ini di seluruh dunia baru menggunakan obat – obat alternatif. Kedua vaksin yang juga belum ada hingga kini. Di saat kini justru yang banyak dilakukan ahli adalah melakukan penelitian. Hampir di seluruh dunia seperti itu,” jelasnya.
Dalam penelitian ini, lanjutnya, seluruh disiplin ilmu terlibat. Diharapkan dengan bantuan ini, penelitian yang dilakukan tim Unair bisa lebih cepat dari perkiraan. ”Alat bantuan ini jauh lebih canggih dari alat yang kami miliki. Salah satunya Squencer yang berfungsi untuk mengidentifikasi susunan genom dari virus sehingga bisa dikomparasi, apakah virus di Indonesia sama dengan di Cina,” pungkas dia.

Enam Varian Whole Genom Covid-19 di Indonesia
Intitute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga temukan enam varian baru Whole Genom (keseluruhan informasi genetik) pada 20 sampel pasien positif di Jawa Timur. Dari Enam Whole Genom itu, empat sampel mengarah pada jenis virus di China dan dua virus lainnya mengarah pada jenis virus yang ada di Eropa.
Ketua ITD Unair, Prof Prof Dr Inge Lucida mengatakan dari 20 sampel pasien positif Covid 19 yang dianalisa, terdapat enam varian whole genom yang hampir mendekati sempurna dengan keakuratan 99.6% berhasil dianalisa yang dinamakan East Java. Ia juga mengatakan, bisa jadi ke enam varian Whole Genom itu mempunyai riwayat perjalanan dari atau berwisata ke China dan Eropa.
“Dari enam yang cukup bagus bisa dianalisa, kami mendapatkan ada tiga klen A, B dan C. Yang A ini dekat dengan kelalawar. Kemudian yang di China itu B. Sebagian besar yang di Eropa adalah C. Kita mendapatkan dari enam, empat lebih dekat dengan China sedangkan dua dekat dengan Eropa,” ujar Prof Inge.
Dikatakan Prof Inge, Virus RNA mudah bermutasi. Bahkan di China sudah membentuk cluster gen yang berdekatan. Begitupun di Eropa yang bermutasi dan menemui kesamaan sendiri.
“Dari sini ini bisa melacak jalannya transmisi (virus),” tambah dia.
Adanya enam varian Whole Genom di Indonesia, dikatakan Inge, masih perlu analisa lebih lanjut. Terutama pada klinisnya, apakah menyebabkan perubahan anti genic yang akan berpengaruh pada pembuatan vaksin nantinya. ”Fokus kita akan kesana. Apakah ini berpengaruh pada penanganan yang sulit kita belum sampai ke situ dan terlalu dini mengatakan itu,” imbuhnya.
Kedepan, setelah enam varian Whole Genom mencapai 100% hasil analisa pihaknya akan deposit bersama dengan seluruh dunia. Sehingga pihaknya akan bisa menganalisa varian whole genom di Indonesia. ”Seberapa jauh atau seberapa dekat, dengan (tipe) yang mana. Untuk perkembangan lebih lanjut untuk vaksin atau diagnosis,” pungkasnya. [ina]

Tags: