Bisa Membeli Kebun Kopi Seluas 2 Hektare, Siapkan Buka Usaha di Kampung

21-TKWKeberhasilan TKW dalam Mengumpulkan Pundi Rupiah
Kota Malang, Bhirawa
Wajah  berseri-seri terlihat pada calon Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kabupaten Malang yang kini  berada di Balai Latihan Kerja (BLK) PT Serumpun Maju Bersama (SMB) di wilayah Perumahan Sawojajar, Kota Malang yang saat ini menunggu visa kerja dari negara tujuan.  Mereka berharap bisa mengumpulkan rupiah dengan bekerja di negeri orang dan membantu ekonomi keluarga.
Satu dari sekian calon TKW tak mampu menyembunyikan keceriaannya. Sebab dia memperoleh kepastian, satu bulan lagi akan berangkat ke Hongkong, negara tujuan yang diinginkannya. Tak heran dia begitu semangat  menjalani proses pelatihan di Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) tersebut.
“Saya sangat senang dapat kabar dari pimpinan PT SMB,  April 2014 mendatang  saya sudah bisa berangkat bekerja ke tujuan yakni  Hongkong. Ini berarti, tidak lama lagi saya sudah bisa mengirim uang untuk keluarga,” terang Sukarmi (37), salah satu calon TKW asal Desa Sumbersuko III, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang kepada Bhirawa, Kamis (20/3).
Sukarmi mengaku bekerja menjadi TKW sudah tiga kali. Tahun ini adalah yang keempat kali. Selama ini dia berturut-turut bekerja di Hongkong dengan majikan yang sama. “Termasuk rencana ke Hongkong April nanti, saya juga tetap bekerja pada majikan yang sama,” katanya.
Menurut dia, merantau bekerja di negara orang bisa menjadi alternatif pekerjaan di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Apalagi dia berasal dari keluarga miskin. Keterbatasan pendidikan membuatnya sulit untuk mencari pekerjaan di negeri sendiri. “Dengan kondisi terbatas ini, terpaksa saya memilih menjadi TKW dan bekerja di negeri orang dengan segala risikonya,” katanya.
Diceritakan Sukarmi, bekerja di negeri sendiri dengan penghasilan sedikitnya Rp 1 juta sangat sulit didapat. Apalagi, dia hanya lulusan SMP. Karena tuntutan ekonomi dan keharusan memenuhi kebutuhan sekolah adik-adik dan orangtua yang sudah tidak mampu lagi untuk bekerja, dia mantap bekerja di negeri orang.  Dan kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil. Dia mampu membeli tanah untuk sandaran ekonomi keluarga.
“Selama bekerja di Hongkong, kini saya sudah bisa membeli ladang seluas 2.100 m2, serta membangun rumah,” papar Sukarmi yang suaminya juga sebagai TKI dan kini bekerja di Malaysia.
Diceritakan Sukarmi, gaji terakhir yang dia terima dari majikan sebesar 2.400 dollar Hongkong, atau jika dirupiahkan sebesar Rp 3 juta lebih pada 2007. Dan saat ini gaji TKW di Hongkong  mencapai 3.370 dollar Hongkong atau setara Rp 6 juta. Dengan gaji sebesar itu, dia bisa merajut asa untuk memperbaiki nasib di kampung.
“Dengan gaji itu saya ingin buka usaha di kampung. Sebagian ditabung untuk pendidikan anak saya  kelak, meski saat ini saya belum memiliki anak karena baru menikah pada 2013 lalu,” katanya.
Sukarmi menambahkan, selama bekerja di Hongkong  dia belum pernah mendapatkan perlakuan kasar dari majikan. Selain itu, setiap seminggu sekali dia mendapatkan jatah libur atau istilahnya weekend  yaitu diperbolehkan oleh majikan untuk keluar rumah mencari hiburan.
Namun, dia jarang keluar rumah terkecuali belanja untuk memenuhi kebutuhan dapur majikan. Sebab, dia lebih baik bekerja pada saat weekend untuk mendapatkan uang lembur daripada keluar rumah dan malah menghabiskan uang. Keberuntungan lain yang didapatnya, majikannya di Hongkong juga belum pernah memberikan gaji terlambat meski dalam sehari.
“Memang di Hongkong ada Taman Victory atau jika di Malang seperti alun-alun, yakni sebuah taman untuk berkumpulnya para TKW. Dan di situ para TKW bisa bertukar pengalaman serta melepaskan rindu sebagai sesama orang Indonesia. Tidak jarang juga para TKW melepaskan rindu kepada pacarnya, baik pacarnya dari Indonesia yang sama-sama bekerja di Hongkong, maupun pacarnya dari negara lain,” paparnya.
Hal yang sama juga dikatakan, Suliani (33) asal Desa Srimulyo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, yang kini juga sama-sama sebagai calon TKW. Suliani akan  berangkat menjadi TKW yang kedua kali. Pertama dia sebagai TKW di Hongkong, dan kedua ini juga ke Hongkong.
” Awal April, saya bersama Mbak Sukarmi akan diberangkatkan ke Hongkong, karena pada bulan itu visa kerja sudah turun dari Kedutaan China,” katanya.
Dari kerja kerasnya selama bekerja di Hongkong, kata dia, Suliani sudah memiliki tabungan berupa kebun kopi seluas 2 hektare, serta bisa merenovasi rumah keluarga. Kebun kopi itu kini yang merawat suaminya. Kebun kopi ini digadang-gadang sebagai modal untuk biaya sekolah kedua anaknya hingga ke perguruan tinggi. Dia berharap kedua anaknya tidak meniru orangtuanya yang hanya mengenyam pendidikan SD.  “Saya berangkat menjadi TKW lagi ke Hongkong untuk menambah modal usaha, dan mempersiapkan diri kelak jika saya tidak jadi TKW lagi,” tandasnya. [cyn]

Tags: