Oleh :
Heru Patria
Di atas panggung politik, dalam mimbar antik
Seseorang cari simpatik dengan berbagai trik
Janjikan kehidupan membaik, buat masyarakat tertarik
Tapi kenyataan terbalik, bikin rakyat kecelik
Harga sembako kian naik, termasuk tarif listrik
Pajak terasa mencekik, bikin rakyat panik
Lapangan kerja jungkir balik, generasi tak berkutik
Simpan wajah burik bertopeng muka licik
Sungguh berisik, sudah salah alergi kritik
Tak mau diulik, takut posisi bakal terusik
Persetan orang sirik, yang penting dirinya asyik
Biar kata orang mendelik, mereka tetap tertawa ngikik
Pemuisi sembunyi dalam bilik hanya sekadar melirik
Berceloteh bisik-bisik takut ada kuping terkilik
Barisan diksi bergidik, ngeri mengumpat jangkrik
Seperti kuda meringkik aku teriak, bajingan tengik
Dasar licik di atas mimbar menebar intrik
Dasar picik derita sesama dianggap klenik
Blitar, 2022
Basa-Basi Seorang Maestro
Oleh :
Heru Patria
Melukis kesedihan dengan warna pelangi
Menulis suka duka dengan metafora hujan badai
Merangkai diksi dalam bingkai kegamangan hati
Mencipta prosa di tengah kondisi tak pasti
Maestro, menggagas musibah dengan kalimat indah
Maestro, menyimpan tangis di balik kata-kata puitis
Maestro, sembunyikan senyum dalam bunga sekuntum
Maestro, membungkus air mata dalam kelakar jenaka
Karya jadi media panggung sandiwara
Tutupi kegetiran hidup dengan ketajaman pena
Masalah pribadi rapi tersimpan di dalam hati
Jadi memori abadi terbawa sampai mati
Maestro, menapaki hari memeluk sunyi
Jalani hidup dengan karya sebagai basa-basi
Tanpa pernah merasa sendiri
Hingga umur usai
Blitar, 2022
Purnama Kehilangan Cahya
Oleh :
Heru Patria
Pada hamparan langit
Beragam kisah hidup saling terkait
Mulai dari tawa, tangis, dan jerit
Dari mulut raga yang terhimpit
Pada mendung hitam menggantung
Ribuan tangis tak mampu terbendung
Tetes darah dari langkah kaki tersandung
Mendera orang-orang berwajah murung
Mengapa matahari tak lagi bersinar
Ketika bintang mengerjap sebentar
Persoalan hidup menjelma bagai halilintar
Ciutkan nyali jiwa pun gemetar
Pada kilau cahaya rembulan
Beribu sesal coba ditiriskan
Tapi ketika purnama kehilangan cahya
Jiwa-jiwa rapuh kembali tersiksa
Blitar, 2022
———– *** ———–
Tentang Penulis:
Heru Patria
Nama penadari Heru Waluyo seorang novelis dari Blitar yang juga menulis cerpen dan puisi. Novel terbarunya berjudul Bidadari Supermarket (JWS Pulishing, 2022) dan Kerontang Kesaksian Pohon (Hyang Pustaka, 2022). Buku puisinya yang baru terbit berjudul Senyawa Kopi Sekeping Hati (IA Publisher, 2021). Beberapa puisi dan cerpennya pernah dimuat diberbagai media cetak dan online di antaranya Harian BMR Fox, Bhirawa, Sinar Indonesia Baru, Radar Malang, Radar Banyuwangi, Tanjung Pinang Pos, NegeriKertas.Com, Ngewiyak.Com, Gokenje.Id, ProNusantara.Com, SuaraKrajan.Com, Radar Madiun, dll.