BJ Habibie Sang Visioner

“Ini obat sinting,” kata Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, tentang buku yang ditulisnya. Romantisme kisah cintanya dengan sang istri, Hasri Ainun Habibie, di-dokumentasikan-nya dalam sebuah buku. Diberi judul “Habibie dan Ainun,” diterjemahkan ke dalam lima bahasa (Arab, Belanda, China, Jepang, Jerman, dan Inggris). Kisah “Habibie dan Ainun,” juga diangkat ke layar lebar. Menjadi box office selama dua tahun (2012-2013).
Pemutaran perdana di gedung Epicentrum XXI, Jakarta, dihadiri presiden ke-6 RI, SBY beserta ibu negara Ani Yudhoyono. Keduanya nampak sembab mata, karena bekas menangis, menyaksikan cerita “Habibie dan Ainun.” Roman cerita dalam layar lebar, tak kalah dengan legenda Sampek dan Engtay (asal RRT), maupun tragedi asmara Romeo and Juliet (yang ditulis William Shakespeare). Kelebihannya, “Habibie dan Ainun,” merupakan kisah nyata. Ditulis oleh pelakunya.
Menulis sebagai penglipur lara mengenang istri yang sangat dicinta. Bermula tulisan catatan harian, “ditingkatkan” menjadi buku. Dicetak pada akhir tahun 2010, sekitar enam bulan menduda. “Saya menjadi sinting, dan menulis membuat saya kembali normal,” kata BJ Habibie. Kisah cintanya dimulai pada masa SMA di Bandung. Komunikasi asmara tak terputus, walau Rudy Habibie harus melanjutkan kuliah ke Jerman.
Pasangan Habibie-Ainun, juga mewarisi kawin campur Gorontalo-Jawa. Ibunda BJ Habibie, RA Tuti Marini Puspowardojo, adalah gadis Yogya. Setelah menikah, Habibie-Ainun tinggal di Hamburg, Jerman. Walau bergelar dokter, Hasri Ainun, memilih mengasuh anak, berhenti menjadi dokter anak di Hamburg. Pilihan itu yang selalu di-ingat BJ Habibie, tentang pengorbanan (profesi yang baik) menjadi seorang ibu.
BJ Habibie, sejatinya bukan hanya terpikat oleh istrinya. Melainkan juga “terpikat” keilmuan eksakta, khususnya tentang pesawat. Terbukti pada tahun 1965 (usia 29 tahun) telah diperoleh gelar doktor (predikat summa cumlaude). Tak lama, BJ Habibie memperoleh posisi sebagai Vice President Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB), konsorsium perusahaan pesawat terbang di Hamburg.
Dunia penerbangan mengakui kecerdasan BJ Habibie. Banyak konstruksi pesawat terbang diperbarui, menggunakan teori BJ Habibie, yang lebih efisien, dan lebih aman. Seolah ingin mengejar visi kemajuan Indonesia, pada tahun 1968, sebanyak 40 insinyur Indonesia direkomendasi bekerja di MBB.
Ternyata benar, lima tahun berselang, presiden Soeharto memintanya pulang ke Indonesia. Mula-mula diberi posisi sebagai Penasihat Direktur Utama (Dirut) Pertamina (BUMN). Berlanjut memimpin Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS). Antara lain, perusahaan (BUMN) dibawahkan komando TNI ketiga matra. Sehingga BJ Habibie, dikenal luas di kalangan jenderal-jenderal TNI-AD, TNI-AL, dan TNI-AU.
Pada muaranya, BJ Habibie, mulai merambah ranah politik, sebagai Menteri Kabinet sejak tahun 1983. Walau tetap berpembawaan profesional sebagai ilmuwan “tukang riset” teknologi. Posisi sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi dijalani secara utuh selama 15 tahun. Bahkan pada tahun 1990, BJ Habibie terpilih sebagai Ketua Umum ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia). Tugasnya, meng-akomodir ilmuwan muslim.
Jadi, seluruh kalangan TNI, dan ilmuwan muslim, berada dalam barisan “imam” BJ Habibie. Menghantarkannya pada posisi puncak sebagai Wakil Presiden, yang mendampingi presiden Soeharto, pada Sidang Umum MPR, Maret tahun 1998. Sampai datang “pulung,” konstitusi yang mengangkat BJ Habibie sebagai Presiden ke-3 RI.
Berada pada pucuk pimpinan negeri, BJ Habibie tetap berpembawaan ilmuwan, terus terang, tidak “ber-paradigma” politik. Namun visi kemajuan Indonesia melalui industri startegis yang dimulainya telah berkembang. Kemajuan Indonesia pula yang me-nenangkan akhir hayatnya. Bersatu kembali sebagai Habibie-Ainun pada alam keabadian.

——— 000 ———

Rate this article!
BJ Habibie Sang Visioner,5 / 5 ( 1votes )
Tags: