Pencanangan Kesatuan Gerak PKK KB Kesehatan 2016
Surabaya, Bhirawa
Pemprov. Jatim dalam hal ini Kepala BKKBN Perwakilan Jatim, Kepala Dinas Kesehatan dan Kesatuan Gerak PKK Jatim yang menjadi leading sektor, telah menyepakati bahwa Pencanangan Kesatuan Gerak PKK KB Kesehatan tahun 2016 ini memfokuskan pada penanganan penurunan Angka Kematian Ibu ( AKI) melahirkan di Jatim lewat kampung KB. Pernyataan ini disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Prov. Jatim Dra. Nina Soekarwo, seusai acara Pencanangan Kesatuan Gerak PKK KB Kesehatan Tahun 2016, (9/11) kemarin.
Dikatakan Bude panggilan akrab Nina Soekarwo masalah kematian Ibu melahirkan itu sudah menjadi permasalahan dunia. Menurutnya, tidak hanya menjadi masalah reginal Jatim melainkan masalah internasional. Untuk itu, masalah kematian ibu melahirkan ini harus segera ditangani secara komprehensif, terprogram dan berkesimbungan melalui kampung KB.
Ketua TP PKK Jatim mengatakan, untuk Jatim telah melakukan pendampingan pada ibu-ibu melahirkan yang bermasalah/berisiko tinggi sejak tahun 2013 lalu. Jatim menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang telah melakukan pendampingan bagi ibu-ibu yang bermasalah dalam melahirkan. Pendampingan tersebut dilakukan selama 10 bulan penuh yaitu mulai hamil hingga usai nifas, artinya pendampingan dilakukan setelah diketahui dari hasil pemeriksaan bahwa ibu hamil tersebut bermasalah dalam hal kesehatannya.
“Sebab, dari kematian ibu melahirkan tersebut rata- rata dikarenakan penanganan yang terlambat dan dikarenan oleh pendaharan setelah melahirkan ataupun sebelum melahirkan. Oleh karena itu, pendampingan AKI dilakukan mulai dari ibu hamil hingga usai melahirkan usai masa nifas oleh para kader PKK di desa masing-masing,” jelas Bude Karwo.
Jumlah ibu-ibu melahirkan beriko tinggi di Jatim setiap tahunnya sangat bervariasi, pendampingan yang dilakukan mulai tahun 2013 hingga saat ini yang berhasil didampinghi oleh para kader PKK secara sukarela sebanyak 3.750 orang. Pendampingan seperti ini memang sangat efektif untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan. Sebab, pendampingan dilakukan secara intensif mulai dari ibu- ibu mengandung sampai melahirkan masa nifas ini hasilnya dapat dirasakan dan dilihat langsung.
Hasil dari pendampingan secara intensif bisa dilihat perbandingannya yakni dari 100/100.000 kelahiran hidup saat ini turun sangat signifikan menjadi 85,6/100.000 kelahiran hidup ( Jatim) dan penurunan ini sudah dibawah MDG’s yang 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara itu, tingkat nasional dari 225/100 ribu kelahiran hidup naik menjadi 359/100.000 kelahiran hidup.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jatim, Drs Kushindarwito MAP mengaku, pihaknya akan terus melakukan kerjasama dengan PKK dan Dinkes serta lintas sektor lainnya. Dengan kerjasama yang apik AKI akan dapat ditekan. Jika dilihat masih adanya kasus AKI saat melahirkan disebabkan karena faktor eklampsia dan maraknya pernikahan dini. ”Kedepan dengan program pendewasaan usia perkawinan bagi laki-laki 26 tahun dan wanita 21 tahun diharapkan AKI di Jatim semakin kecil,” ucapnya. [dna]