BKKBN Fokus Garap 1500 Sekolah

Surabaya, Bhirawa
Tingginya angka perkawinan di bawah umur membuat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jatim fokus dalam menggarap sekolah. Rencananya, BKKBN Jatim akan melakukan sosialisasi dan edukasi 1500 sekolah menengah pertama (SMP).
Plt Kepala BKKBN Jatim, Suhartuti menyatakan, rata-rata usia perkawinan pertama di Jatim di bawah usia 20 tahun dan ini menjadi masalah bagi kesehatan reproduksi remaja ke depannya. Banyak remaja di Jatim menikah pada usia pertama jumlahnya mencapai kurang lebih 40.000 ribu.
”Kebanyakan pernikahan di bawah umur berada di daerah Tapal Kuda dan Madura,’ ujarnya.
Mantan Sekretaris BKKBN Jatim ini mengungkapkan, untuk mengurangi banyaknya pernikahan usia dibawah umur, BKKBN akan melakukan sosialisasi ke 1500 sekolah. Menurutnya, setelah gencar melakukan sosialisasi ke beberapa pondok pesantren, saat ini BKKBN akan menyisir ke ribuan sekolah yang berada di setiap kabupaten/kota di Jatim.
”Tahun 2013 kita sudah mensosiliasikan ke beberapa pondok pesantren di daerah Situbondo, Bondowoso, Malang, Pacitan , Madiun dan Lamongan,” tambahnya.
Menurutnya, dengan menggarap pondok pesantren diharapkan ada peran serta dari para santri dan penggelola pondok dalam mengawal program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) salah satunya penurunan angka pernikahan pertama di bawah usia.
Ada salah satu pesantren di Situbondo yaitu Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’yah Sukerojo memiliki ribuan santri yang berasal dari beberapa kabupaten/kota se Jatim. ”Kira-kira jumlahnya 1500 lebih santri yang belajar ke Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’yah Sukerojo dan hampir seluruh santri berusia di bawah 20 tahun,’ katanya.
Lebih lanjut Suhartuti mengatakan, kedepan dengan digarapnya sekolah dapat mempercepat pengurangan angka perkawinan di bawah usia. Saat ini jumlah sekolah di Jatim sangat banyak dan hampir setiap kecamatan memiliki sekolah, jadi untuk memberikan sosialisasi dan edukasi terkait dengan kesehatan reproduksi remaja sangat terbuka lebar.
”Kita optimis dapat menggarap 1500 sekolah di Jatim, sehingga kerjasama semua pihak turut menentukan keberhasilannya,” jelasnya.
Sementara itu Psikolog Surabaya Anglis Ayu Anjarsari mengatakan, sosialisasi dan edukasi terkait kesehatan reproduksi remaja sangat penting dilakukan, hal ini terkait dengan usia pertumbuhan dan perkembangan psikologi remaja yang semakin cepat. Banyaknya informasi yang masuk dan banyak bergaul menyebabkan remaja cepat matang.
”Saat ini akses informasi begitu cepat sehingga pendampingan dan sosialiasi kepada remaja sangat diperlukan,” jelasnya.
Menanggapi pernyataan di atas, salah satu Guru SMPN Negeri 7 Surabaya, Misbah mengaku, dirinya sepakat jika BKKBN memberikan sosialisasi kesehatan reproduksi kepada siswa. Menurutnya, banyak remaja yang kurang informasi terkait kesehatan reproduksi remaja.
”Daripada dapat informasi yang salah maka apa salahnya jika BKKBN memberikan informasi yang benar,” terangnya. [dna]

Rate this article!
Tags: