Bledhuk Tengger Terjang Kawasan Lereng Bromo

Probolinggo, Bhirawa
Badai pasir kembali melanda beberapa wilayah di Lereng Bromo sejak Minggu 20/10. Akibat kejadian ini, beberapa pohon tumbang dan tiang listrik roboh. Badai pasir yang dikenal sebagai bledhuk Tengger ini terjadi sejak Minggu Siang hingga Selasa 22/10 siang. Badai berwarna coklat ini menyelimuti daerah perbukitan di Lereng Bromo. Hal tersebut bersamaan dengan terjadinya kebakaran di lereng Tengger. Wisatawan dihimbau untuk tidak panik dan memakai masker.
Karim, salah seorang warga asal Desa Ngadirejo, Kecamatan Tutur, mengatakan, badai yang terjadi hingga pagi ini menghambat aktivitas warga. Debu pasir yang berterbangan karena angin kencang itu membuat mata pedih. Selain itu, angin yang bertiup juga membawa hawa panas. Meengakibatkan beberapa pohon tumbang akibat kejadian ini.
“Padam mulai Sabtu malam. Soalnya 2 tiang listrik roboh dan banyak kabel-kabel yang kena pohon tumbang,” lanjutnya. Badai pasir tersebut dirasakan warga di Kecamatan Tutur, dan beberapa wilayah yang masuk dalam kawasan Lereng Bromo. Warga pun menyebut kejadian ini terbilang cukup besar pada beberapa waktu terakhir. Baru tahun ini yang terparah,” katanya, Selasa (22/10).
Kawasan laut pasir Gunung Bromo di Probolinggo kembali diterjang badai pasir. Fenomena ini disebut lazim terjadi ketika musim kemarau, akibat hembusan angin yang terlalu kencang di kawasan tersebut. Wisatawan maupun warga setempat diimbau menggunakan masker dan kacamata untuk melindungi diri dari terpaan angin bercampur debu.
Fenomena badai pasir di kawasan wisata laut pasir gunung bromo ini, umumnya terjadi selama musim kemarau. Penyebabnya karena suhu yang panas membuat kandungan air di pasir cepat menguap, akibatnya struktur permukaan pasir menjadi sangat kering dan dapat diterbangkan angin.
Di kawasan laut pasir gunung bromo sendiri memang terjadi tiupan angin lokal, kencangnya tiupan angin membuat debu di permukaan pasir terangkat. Fenomena ini diketahui sudah sering terjadi sehingga bagi masyarakat sekitar sudah menjadi hal biasa.
Kendati demikian, wisatawan dan warga sekitar tetap diimbau tidak panik dan melindungi diri dari guyuran debu yang beterbangan dengan kacamata dan masker. Hal ini diungkapan Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi menyebutkan siap mensuplai masker ke lokasi badai pasir bromo jika keadaan semakin parah.
Fenomena ini kan sudah biasa terjadi saat kemarau. Kondisi debu dan pasir yang kering mudah diterpa angin, jadi bagi warga sekitar tidak terlalu berdampak,” ungkap Anggit.
Selain di kawasan laut pasir Bromo, terpaan angin kencang juga melanda wilayah Kabupaten Probolinggo kawasan utara dan barat, hal ini sesuai dengan tipikal angin yang bergerak secara sporadis.
Di kawasan Probolinggo juga terkenal dengan sebutan angin lokal yakni angin gending yang kemunculannya juga terjadi setiap musim kemarau. Fenomena badai pasir ini sebenarnya lumrah, sering terjadi di kawasan laut pasir Bromo, jelang musim kemarau berakhir. Penyebabnya adalah suhu panas yang meningkat sehingga kandungan air di pasir cepat menguap. Tentu, struktur permukaan pasir menjadi sangat kering dan dapat diterbangkan angin, lanjutnya.
Di kawasan laut pasir, diakui ada tiupan angin lokal. Kencangnya tiupan angin, membuat debu di permukaan pasir terangkat. Kendati demikian, wisatawan diimbau tidak panik. Sepatutnya melindungi diri dengan kacamata dan masker, mengantisipasi agar tidak terpapar debu. “Kami juga siap menyuplai masker untuk warga maupun wisatawan, apabila memang dibutuhkan,” tegas Anggit.
Sarmin, kasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) wilayah satu mengatakan, kemarin angin memang berembus begitu kencang. Itulah yang membuat terjadinya badai pasir. “Baru kemarin angin bertiup sedikit lebih kencang. Sebelumnya tidak begitu. Baru kali ini yang kencang,” katanya.
Dia pun mengimbau kepada wisatawan yang berlibur ke kawasan Bromo untuk membawa kacamata dan masker. Terutama yang hendak ke lautan pasir. Tujuannya, untuk melindungi mata dari pasir. “Itu yang harus disediakan. Kalau tidak, wisatawan akan terganggu,” jelasnya.
Sarmin pun menyebut, wisatawan masih bisa datang ke spot lain yang menarik, saat badai pasir terjadi di lautan pasir. Menurutnya, di Bromo bukan hanya lautan pasir yang bisa dikunjungi. “Ada penanjakan, Seruni Point dan Bukit Mentigen. Dari situ keindahan Bromo juga tidak kalah menakjubkan,” tambahnya. [wap]

Tags: