Mustofa-Kamal-Pasa
Ada kebiasaan baru yang belakangan dilakukan Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa (MKP). Orang nomor satu di Pemkab Mojokerto ini di sela kesibukannya selalu menyempatkan untuk mengunjungi lokasi Pendidikan Anak Usia dini (PAUD). Baik itu yang lokasinya di pinggiran kota maupun yang ada di pelosok wilayah Kabupaten Mojokerto.
“Saya akan melakukan kebijakan membuat standar kurikulum pendidikan PAUD. Karena di usia dini itulah saatnya pemikiran dan kreativitas anak berkembang. Kalau kurikulumnya distandarkan, maka kelak ketika mereka dewasa pembentukan karakternya akan imbang,” kata Bupati MKP kemarin.
Ketika blusukan ke desa untuk melihat dari dekat kondisi PAUD, MKP tidak melakukannya sendiri. Istrinya yang juga seorang dokter selalu senantiasa mendampinginya. “Istri saya itu sangat concern dengan perkembangan otak anak usia dini. Bahkan dia yang selalu memaksa saya agar ikut blusukan memantau PAUD bersama tim penggerak PKK,” tambah MKP.
Ide untuk memperbaiki dan menstandarkan kurikulum PAUD, lanjut MKP berdasarkan pengalamannya ketika mengunjungi Singapura. Di negara yang sekarang sudah maju itu, pendidikan anak usia dini mendapatkan atensi yang luar biasa. Karena perkembangan intelektual dan karakter seseorang itu terbangun sejak ia memasuki pendidikan di usia dini tersebut.
“Kita sangat prihatin melihat perilaku remaja kita yang banyak terjerumus di dunia kriminal. Salah satu penyebabnya karena mereka tidak mendapatkan pendidikan yang benar ketika usia dini,” tandas bupati yang baru berusia 41 tahun ini.
Dalam menyusun kurikulum PAUD kelak, MKP bakal menggandeng banyak pihak dengan dikomandani Dinas Pendidikan. Pihak yang dilibatkan di antaranya pakar pendidikan, pengajar PAUD, tokoh agama serta akademisi. Dengan standardisasi materi pelajaran di seluruh PAUD, MKP optimistis akan lahir generasi mendatang yang tangguh dan siap bersaing. “Karena ke depan kita harus siap bersaing kualitas SDM kita dengan negara-negara lain,” tambah MKP lagi.
Dengan standardisasi secara umum di tingkat PAUD, MKP meyakini standar kemampuan generasi kelak tidak akan timpang. Baik itu yang memiliki latar belakang ekonomi maupun sosial yang berbeda. “Ibaratnya pondasi mereka hampir sama semuanya. Jadi kelak tidak akan terjadi ketimpangan intelektual pada generasi masa depan kita,” ujarnya. [kar]
