BMKG Gelar Whorkshop Mitigasi Gempabumi

efi-Foto pendukung berita BMKGJember, Bhirawa
Indonesia saat ini masih dalam ancaman Tsunami dan Gempabumi. Mulai dari Aceh, Sumatra, hingga Papua serta Jawa bagian selatan merupakan daerah yang sangat berpotensi Tsunami dan gempabumi. ” Wilayah itu dikelilingi oleh lempengan yang sewaktu-waktu bisa bergerak yang sangat berpotensi tsunami,” ujar Drs. Mochammad Riyadi, Msi Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat memberikan materi kepada peserta workshop Gladi Ruang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di aula BPBD Kab. Jember, Rabu (24/2).
Menurut Riyadi, terjadinya Gempabumi  tidak bisa terdeteksi, dan terjadi sewaktu-waktu. Berbagai peralatan apapun yang ada di dunia ini, tidak bisa mendeteksi kapan akan terjadi gempa dan tsunami.”Alat apapun tidak bisa mendeteksi terjadinya gempa. Karena ini faktor alam dan kita tidak bisa mengantisipasinya,” ujarnya.
Berdasarkan data ungkap Riyadi, dalam 20 tahun terakhir terjadi 84 gempa (gunjangan) yang merusak. Dari 84 gempa, 14 kali diikuti dengan tsunami.” Kalau kita kalkulasi atau dibuat rata-rata, hampir 2 tahun sekali terjadi gempa,” ujar Riyadi kemarin.
Untuk mengantisipasi gempa yang berpptensi tsunami, BMKG memiliki 164 Early Warning System (EWS) dan 52 sirine yang terpasang diseluruh  daerah yang rawan potensi gempa dan tsunami.”Semua peralatan yang terpasang seperti EWS dan Sirene kondisi masih bagus dan berfungsi,” katanya.
Menurut Riyadi, dengan peralatan yang dimiliki sekarang ini, BMKG dapat menginformasikan adanya bencana dalam waktu 5 menit kepada steakholder yang terkait dengan kebencanaan. Setelah 5 menit, kemudian steakholder tersebut menginformasikan kepada masyarakat akan bahaya tsunami.” Biasanya tsunami terjadi antara 20 – 30 menit setelah gempa. Dengan waktu yang ada, bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan penyelamatan. Kalau paska gempa air laut surut dan banyak ikan bergelimpangan, itu sudah pasti akan terjadi tsunami,” ungkapnya pula. [ efi]

Tags: