Board Game Empat Musim dan Kearifan Lokal

Golda N Wowaruntu ajari siswa SD cara bermain The Climber. Berkonsep Petualangan pahamkan pembelajaran Matematika dan Bahasa Inggris.

Upaya Mengasah Kemampuan Matematika dan Bahasa Inggris Siswa Kupang
Surabaya, Bhirawa
Board game menjadi media yang dianggap ampuh dalam memahamkan siswa dengan materi yang disampaikan. Karena selain menumbuhkan komunikasi antar siswa dan guru, juga menumbuhkan sikap sportifitas antar siswa. Hal itulah yang mendorong Golda N Waworuntu untuk membuat board game The Climber. Yakni sebuah media pembelajaran yang dirancang khusus untuk memudahkan siswa SD di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam pembelajaran matematika dan bahasa inggris.
Dikatakan mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) ini, pembuatan The Climber sendiri terinspirasi dari realita yang dialami oleh masyarakat pedalaman NTT. Di mana mereka sulit mendapatkan air bersih. Sehingga perlu berjalan bermil-mil ke gunung.
“Latar ceritanya kita ambil di hutan-hutan. Konsepnya petualangan dengan mengangkat satu budaya yang diambil dari kehidupan masyarakat pedalaman NTT,” ungkap dia.
Untuk karakternya sendiri, lanjut dia, diambil dari hewan-hewan khas NTT yang masuk di zona hewan punah seperti kuskus abu-abu, piton timur, cucak timur, ayam hutan merah, kuda sumba, babi hutan dan komodo.
“Kami pun menggunakan profesi masyarakat setempat. Kayak pedagang, petani, nelayan. Jadi siswa juga tahu macam-macam profesi dan bisa mencintai hewan-hewan yang hampir punah ini,” lanjutnya.
Berbeda dengan board game kebanyakan yang hanya memiliki satu tampilan. The Climber justru mengusu empat musim yang ada di Indonesia yang bisa diganti-ganti dan berbentuk 3D.
“Jadi anak-anak juga akan lebih menikmati permainan tersebut dan tidak bosan dari tampilan permainanya,” ungkap gadis kelahiran Gorontalo ini.
Terkait cara bermainnya sendiri, Golda menjelaskan jika The Climber bisa dimainkan dengan empat orang dan berkelompok. Dan satu pebimbing akan berperan menjadi kepala desa. Masing-masing pemain akan diberi satu kartu karakter, satu pion dan 16 kartu misi yang terbagi empat season. Secara otomatis, para pemain akan diberikan tiga nyawa utama.
“Kalo ada angka enam mereka baru bisa main. Setiap mengocok dadu nyawa mereka berkurang satu,” ujar dia.
Setelah pemain melangkah, harus membuka kartu misi dan mengikuti kartu misi yang diambil. Jika bergambar air minum, maka pemain harus mencari di sungai.
“Mereka akan menang jika mengumpulkan kepingan puzzle dan menyusun dengan rapi. Itu didapat selama mereka menyelesaikan misi-misinya. Sedangkan tantangannya, mereka tidak boleh membiarkan lawan kehabisan nyawa,” urainya.
Untuk materi bahasa inggris dan matematika, akan ditemui di setiap perjalanan misi. Dengan materi-materi dasar pengenalan kosakata dan operasi hitung dasar bagi siswa kelas 2 sampai 5 SD.
“Ke depan, saya berencana akan menemui kepala dinas pendidikan Kupang dan meminta ijin agar media pembelajaran ini bisa diterapkan di sana,” tandasnya. [ina]

Tags: