Bobot Soal UN Siswa Tuna Rungu Sederhana

Dua siswa serius saat mengerjakan soal ujian di salah satu SMALB Bojonegoro.

Dua siswa serius saat mengerjakan soal ujian di salah satu SMALB Bojonegoro.

Bojonegoro, Bhirawa
Sepintas tidak ada yang berbeda dengan peserta Ujian Nasional (UN) lainnya, namun dua siswa tampak serius menghadapi lembaran soal ujian materi Bahasa Inggris. Keduanya adalah Erwin Jabrik Setiawan (20) dan Muhamad Marwan (20) warga Kota Bojonegoro.
Dua siswa tersebut adalah siswa berkebutuhan khusus tuna rungu. SMA Luar Biasa (LB) B Putra Harapan adalah satu-satunya di Kecamatan Kota yang menyelenggarakan UN bagi siswa berkebutuhan khusus. Ujian tersebut dimulai pukul 7.30 WIB hingga 9.30 WIB untuk mata pelajaran Bhasa Inggris.
Selama ujian berlangsung, kedua siswa ini terlihat serius saat mengerjakan soal ujian. Beberapa kali, pengawas menghampiri peserta ujian yang terlihat menunjukkan ekpresi kesulitan dalam mengerjakan soal, seperti membolak-balik lembar jawaban (ljk) atau membunyi-bunyikan pensil.
Kepala SMA LB-B Putra Harapan, Kabupaten Bojonegoro, Supri, mengatakan pelaksanaan ujian nasional untuk  anak berkebutuhan khusus (ABK) di  Sekolah Luar Biasa  (SLB) tidak begitu berbeda dengan sekolah regular pada umumnya. “Hal yang membedakan hanya pada penyajian bobot soal UN yang disesuaikan dengan kebutuhan ABK  tersebut,” kata Supri Rabu (15/4).
Dikatakan, tahun ini di Bojonegoro ada empat lembaga SMA Luar bIasa -B atau tunarungu penyelenggara UN, yakni SMALB-B Putra Harapan Kecamatan kota Bojonegoro dengan 2 siswa, SMLB Tutwuri Handayani Kapas dengan 2 siswa. Kemudian SMLB PKK Sumberrejo 1 denagan 1 siswa dan SMLB Bhkati Mulya Sugihwaras 1 siwa. “Enam  siswa yang mengikuti UN hari ini tidak ada perlakuan khusus. Pelaksanaannya sama seperti sekolah reguler lain,” ujarnya.
Enam siswa mengikuti ujian pada pukul 07.30 WIB, kemudian selesai pukul 09.30 WIB. Mereka menggunakan satu paket soal. Untuk hari ini dengan materi Bahasa Inggris, peserta tidak menggunakan listening (mendengar) menggunakan audio speaker seperti lazimnya peserta UN SMA. “Karena mereka mengalami gangguan pendengaran, maka ujiannya hanya tulis,” pungkasnya.
Menurut Kepala Sekolah SLB-B Putra Harapan Supri, kondisi ini sudah dimaklumi pengawas karena kedua anak itu kurang baik dalam berkomunikasi lantaran menderita tunarunggu. “Anak-anak ini ada hambatan dalam pendidikan tidak seperti anak-anak lainnya. Mereka ini kurang baik dalam berbahasa karena untuk belajar bahasa harus mendengarkan bunyi, jadi butuh proses yang panjang bagi anak-anak tunarungu,” katanya.
Untuk pelaksanaan ujian nasional ini jumlah 50 soal sama dengan kelas regular, namun yang membedakan yaitu bobot soal,tingkat kesulitan soal dan perlakuan juga berbeda. [bas]

Tags: