Bocoran Pendamping Khofifah dari Birokrasi, tapi Orang Politik

Emil Elistianto Dardak

PD Jatim, Bhirawa
Siapa pendamping Mensos RI Khofifah Indar Parawansa dalam Pilgub Jatim 2018 mulai ada titik terang. Wakil Ketua Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPD Partai Demokrat Jatim Kuswanto memastikan jika pendamping Khofifah berasal dari birokrasi, tapi mereka juga tokoh politik. Namun demikian, mantan Ketua DPD Hanura Jatim ini menolak untuk membeberkan nama dari calonnya tersebut.
“Yang pasti pendamping Bu Khofifah sudah ada. Mereka ini selain orang birokrasi juga politisi. Tapi yang pasti dalam waktu dekat segera diumumkan. Sedang komunikasi dengan parpol lain yang akan berkoalisi mengusung Khofifah, baik Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Hanura, maupun PPP sudah selesai,”tegasnya usai acara diskusi Menuju Pilgub Jatim Damai di Hotel Sahid Surabaya, Kamis (16/11).
Tapi Kuswanto masih enggan menyebutkan, barang secuil inisial namanya saja, siapa tokoh yang akan mendampingi Khofifah di Pilgub Jatim 2018 mendatang.
“Ya nanti tunggu pengumuman saja. Karena yang berhak memutuskan dan mengumumkan itu kan calon itu sendiri,” ujarnya.
Belakangan ini, Khofifah Indar Parawansa menyebutkan, sudah ada dua nama yang telah dikerucutkan oleh Tim 9 (tim terdiri dari sejumlah kiai di Jatim) yang sudah diberikan kepadanya.
Kalau sesuai dengan kriteria bahwa calon itu berasal dari tlatah Mataraman dan masih berusia muda, dua nama itu kemungkinan besar adalah Bupati Trenggalek Emil Dardak dan Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni.
Sampai saat ini, baik Khofifah, Tim 9, maupun Partai Demokrat, masih rapat menggenggam erat nama-nama itu agar tidak bocor ke publik. Masalahnya, Ketua DPD Demokrat Jatim Soekarwo masih bersikeras pendamping Khofifah harus berjaket Demokrat atau merupakan kader partai politik pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pakde Karwo mengatakan, hal ini sesuai fatsun politik yang tidak termuat dalam aturan tertulis, bahwa partai pemilik kursi terbanyak setidaknya berhak memiliki wakil di tampuk pemerintahan Jatim.
Padahal, Emil Dardak maupun Ipong Muchlissoni bukanlah tokoh yang berasal dari kader internal Partai Demokrat.
Mengenai hal ini, Kuswanto menjelaskan dengan bahasa yang lebih cair. Dia menegaskan, keanggotaan partai politik itu tidak pernah tertutup dan terus terbuka sampai kapan pun.
“Jadi kalau misalnya calon itu tadi, sekarang belum anggota partai, kan, tidak tertutup kemungkinan, tiga hari lagi, seminggu lagi, atau setelah pemilihan (menjadi kader partai, red). Kan, boleh-boleh saja,” ujarnya.
Meski demikian, seperti yang dikatakan Pakde Karwo, Kuswanto juga menyatakan, bukan sesuatu yang salah bila Partai Demokrat sebagai pemilik 13 kursi berbicara siapa yang seharusnya mendampingi Khofifah.
“Partai Demokrat memiliki posisi yang strategis. Kan tidak salah kalau kemudian berbicara, siapa yang bisa mewakili Partai Demokrat?”lanjutnya. [cty]

Tags: