Bojonegoro Kembangbiakkan Sapi Bantuan dari Australia

Pekerja ternak sedang memberikan pakan hewan ternak sapi di Bojonegoro. [achmad basir]

Bojonegoro, Bhirawa
Tepatnya di Dusun Ngantru Desa Sekaran Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro melalui Sentra Peternakan Rakyat (SPR) mendapatkan bantuan 103 ekor sapi, yakni 100 ekor betina dan 3 ekor jantan jenis Brahman Cross dari ICCP Australia.
Sistem kerjasama pengembangbiakkan sapi ini tak hanya memberi bantuan, namun Australia juga melakukan pendampingan kepada SPR Mega Jaya. Dan target pengembangbiakkan mencapai 203 anakan dalam periode 10 tahun.
Sekretaris Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro Catur Rahayu mengatakan, bahwa pemberian sapi kepada salah satu SPR di Dusun Ngantru melalui survei ketat.
“Awalnya, ada tiga SPR termasuk di Ngantru yang disurvei ICCP. Dari penilaian yang dilakukan mereka memilih SPR Dusun Ngantru karena SPR ini sesuai kriteria mereka. Seperti kesiapan kelembagaan sebagai hasil binaan Insitut Pertanian Bogor (IPB). Selain itu, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pengembangbiakkan sapi,” kata Yayuk, Selasa (24/1).
Menurutnya, kerjasama pengembangbiakkan sapi antara pemerintah asing dengan SPR baru kali pertama terjadi. Pasalnya, program yang bertujuan untuk meningkatkan populasi sapi secara bilateral ini banyak yang menyasar perusahaan.
“Namun, kali ini SPR Dusun Ngantru mendapatkan kesempatan emas,” ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, tantangan terhadap target pengembangbiakkan 100 sapi betina dan 3 jantan tersebut cukup berat. Selama ini kriteria yang dipedomani SPR tak seketat ICCP.
“Agar 103 sapi ICCP tidak diambil kembali, SPR harus berhasil menghasilkan 203 anakan sapi selama periode 10 tahun. Selain itu, kondisi sapinya minimal punya body scoring tiga dari empat yang artinya baik,” imbuhnya.
Sementara itu, Drh Dara dari  IACCBP (Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding Program) selaku patner SPR Mega Jaya menjelaskan  akan ada evaluasi pembelajaran rutin terkait manajemen breeding hingga peningkatan kualitas SDM peternak.
Hal itu di antaranya terkait pelatihan, pendamping lapang, expart consultion dari Australia.
Drh Dara menyampaikan, bahwa sapi yang dikirim adalah jenis Brahman Cross yang mampu beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia. Sumber pakan memanfaatkan apa yang ada di sekitar. Dan saat ini SPR sudah mulai menanam rumput gajah.
“Perbedaan sapi Australia adalah tanpa keluh atau tali keluh, sedang sapi lokal diikat atau dikeluh. Selain itu ketahanan terhadap penyakit sapi ini lebih baik karena cocok dengan iklim tropis,” tuturnya.
Kerjasama pendampingan pengelolaan sapi  ini akan berlangsung selama 3 tahun, baru nanti ketika SDM dan pengetahuan peternak sudah mahir maka mereka akan mengelola secara mandiri.
Wahyu selaku Manager SPR Mega Jaya menjelaskan perawatan sapi dari Australia ini adalah pemberian pakan jam 08.00-09.00 dan untuk sore pemberian pakan setiap pukul 14.00-15.00.  “Dengan ukuran 20 kilogram sekali makan per ekor sapi,” kata Wahyu.
Ditambahkan Wahyu bahwa untuk minum tak ada batasan. Di SPR ini adalah untuk pembibitan namun jika dalam berjalannya waktu maka anakan jantan akan digemukkan.  “Pembersihan sebelum diberikan makan, lalu kotoran ditampung untuk bio gas dan pupuk,” jelasnya. [bas]

Tags: