Bojonegoro Mulai Distribusikan Bantuan ke Desa Rawan Banjir

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Bojonegoro, Bhirawa
Antisipasi datangnya musibah terus dilakukan berbagai daerah di Jatim. Seperti yang dilakukan Pemkab Bojonegoro, meski banjir belum datang, mereka telah mengirim ratusan paket sembako ke enam desa yang berpotensi banjir. Daerah yang mendapat kiriman sembako terutama berlokasi di pinggir Sungai Bengawan Solo.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sujarwo, pengiriman logistik di desa-desa bagian dari antisipasi penanggulangan banjir. Pada Desember, volume hujan masih sedang dan kemungkinan meningkat pada Januari-Februari. “Jadi, kita siap-siap dahulu,” ujarnya, Rabu (17/12).
Untuk sementara, bantuan logistik berupa beras, gula, minyak, dan paket makanan tambahan, didistribusikan di enam lokasi di empat kelurahan/desa di Kota Bojonegoro. Daerah tersebut adalah Kelurahan Ledok Wetan, Ledok Kulon, Banjarejo, dan Campurejo. Logistik dikirim pada Selasa sore.
Logistik juga dikirim ke 16 kecamatan yang rawan banjir bandang dan banjir akibat luapan Bengawan Solo. Di antaranya Kecamatan Sukosewu, Gondang, Ngasem, Temayang, Sekar, Kepohbaru, yang potensi terjadi banjir bandang.
Menurut Andik, ada belasan ribu paket sembako yang masih berada di gudang BPBD. Paket sembako ini sudah dipersiapkan dan segera didistribusikan ke lokasi yang digunakan untuk penampungan pengungsi. Lokasi penampungan permanen, berada di Kecamatan Padangan, Temayang, Kota Bojonegoro, Baureno, dan Trucuk. Fasilitasnya bisa menampung lebih dari 10 ribu pengungsi.
Sementara itu, tim dari BPBD Bojonegoro menyusuri Sungai Bengawan Solo dari Kecamatan Margomulyo hingga Kecamatan Baureno sekitar 80 kilometer kemarin pagi. Kegiatan penyusuran sungai dilakukan selama dua hari, dan dijadwalkan diikuti Bupati Bojonegoro.
Penelusuran dilakukan untuk mengetahui secara detil, lokasi yang rawan longsor dan pengecekan tanggul. Di antaranya plengsengan di Kecamatan Padangan, Kalitidu, Trucuk, Kota Bojonegoro, serta di Kecamatan Kanor.
Di Bojonegoro tanggul retak selebar antara 5-20 sentimeter ditemukan di tanggul desa di Kecamatan Kanor. Menurut Kepala Desa Semambung Kecamatan Kanor Neny Rachma, tanggul di desanya retak-retak sekitar 15 hingga 20 sentimeter. Terutama saat puncak kemarau panjang pada September-Oktober lalu.
Sebagai wilayah hilir, Jatim selalu menjadi daerah langganan banjir di setiap musim penghujan. Karenanya,  Komisi D DPRD Jatim melakukan serangkaian peninjauan di sejumlah bendungan di wilayah aliran air Bengawan Solo, di antaranya Waduk Gonseng (Bojonegoro), Bendungan Gerak Sembayat (Gresik), dan Jabung Ring Dyke (Tuban-Lamongan).
Anggota Komisi D DPRD Jatim Achmad Heri mengaku sebagai wilayah hilir, Jatim selalu menjadi langganan banjir akibat buangan air dari Bengawan Solo. Karenanya pada APBD 2014 lalu, telah dialokasikan anggaran untuk perluasan sekaligus pengerukan di Waduk Gonseng, Bendungan Gerak Sambayat dan Jabung Ring Dyke.
“Jatim merupakan wilayah tumpahan air dari aliran Bengawan Solo. Karenanya pemprov sudah mempersiapkan beberapa langkah di antaranya pengerukan dan perluasan. Di mana untuk Waduk Gonseng sudah dialokasikan anggaran sebesar Rp 363 miliar, Sembayat Rp 528,4 miliar dan khusus Jabung Ring Dyke masih  dibahas,”tegas politisi asal Partai Nasdem, Rabu (17/12).
Heri menambahkan, sudah saatnya pemprov menerapkan manajemen air. Artinya air dikelola secara profesional sehingga dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Di antaranya ketika musim kemarau, lahan pertanian dan masyarakat dapat teraliri. Dan saat datang musim penghujan, air dapat disimpan lewat embung, waduk atau bendungan.
“Dengan begitu, ungkapan langganan banjir dapat sedikit terminimalisasi karena kita telah menerapkan manajemen air. Di sisi lain, air sangat bermanfaat bagi masyarakat yang akan bertanam atau berbudidaya ikan air tawar,”lanjut Heri yang juga Ketua Banleg Jatim.
Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Jatim Samwil mendukung langkah pemprov untuk mengantisipasi bencana banjir bandang dilakukan beberapa program perluasan areal bendungan dan pengerukan. Selain itu memobilisasi beberapa sungai yang airnya langsung dibuang ke laut.
“Saya melihat langkah pemprov sudah tepat. Baik itu untuk mengantisipasi terjadinya banjir banding hingga tanah longsor seperti yang terjadi di Banjarnegara Jateng. Namun demikian pemprov harus terus memantau beberapa wilayah yang rentan terjadi longsor akibat hasil galian C yang dilakukan secara serampangan dan tanpa ada konsrvasi,”tegas politisi asal Partai Demokrat ini.
Menurutnya, ada beberapa wilayah yang masuk dalam katagori rawan bencana longsor maupun banjir yaitu Ngawi, Bojonegoro, Lamongan dan Gresik. Termasuk Mojokerto, Malang, Jombang dan Gresik. ”Nah. Wilayah-wilayah ini harus terus dipantau, sehingga bencana longsor dan banjir dapat diantisipasi,”papar pria asli Bawean. [bas,cty]

Tags: