Boleh Beda Idul Ad-ha

Idul AdhaHari paling berbahagia, Idul Ad-ha, biasa pula disebut hari raya fakir miskin, baru saja dilewati. Walau pelaksanaan shalat Id berbeda hari, toh tetap khidmat. Inilah bentuk demokrasi dalam agama, namun tetap dalam koridor saling menghormati. Masing-masing memiliki keyakinan, dijamin pula oleh konstitusi. Tidak ada yang merasa paling benar, dan menyalahkan perbedaan. Yang penting tetap shalat, dan tetap melaksanakan ke-setia kawan-an sosial, tetap menyembelih hewan kurban.
UUD pasal 28E ayat (1), menyatakan, “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,… .” Amanat konstitusi ini lebih dikukuhkan pada pasal yang sama, ayat (2), dan ayat (3). Serta diwajibkan menghormati hak dan kebebasan orang lain. Pada pasal 28J ayat (1), dinyatakan, “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.”
Begitu pula konsep ukhuwah Islamiyah, wajib menjadi pegangan dalam menjalani perbedaan. Sangat ironis (dan menyimpangi agama), manakala visi ibadah dijadikan “pedang terhunus” untuk mem-provokasi sesama umat. Bahkan seluruh perawi hadits shahih, meriwayatkan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa “perbedaan diantara umatku adalah rahmat.”
Berbeda, adalah keniscayaan. Sebagaimana terjadi pada ke-empat madzhab yang dianut di Indonesia (dan mayoritas dunia Islam). Antara imam Maliki, imam Syafii, imam Hambali dan imam Hanafi, seluruhnya berbeda. Namun keempatnya ber-sinergi dalam dakwah membangun moralitas umat. Bahkan imam yang lebih muda, mengaku berguru kepada imam yang lebih senior, walau berbeda paham. Karena metode teologi berkait erat dengan pengalaman spiritual.
Pelaksanaan shalat Idul Ad-ha, juga memiliki beberapa metodologi. Beberapa nas (hadits shahih Nabi SAW) mengajarkan metode ru’yat hilal (melihat bulan). Namun dengan kemajuan ilmu astronomi (falaqiyah), sehingga posisi dan besaran bulan bisa diperhitungkan (di-hisab). Meski pada awalnya, falaqiyah astronomi dipergunakan untuk menentukan posisi bulan. Sebab bulan ranum (awal bulan qamariyah) tampilan rembulan sangat kecil, dan hanya sebentar (sekitar 2 menit).
Maka melihat rembulan ranum (ru’yat hilal), mestilah memahami metode hisab, agar pandangan telah tertuju pada ufuk (horizon) yang tepat. Dengan melihat (ru’yat) secara faktual, berarti melengkapi nas (sesuai perintah ajaran Nabi SAW). Namun manakala panorama langit tertutup awan, maka diperintahkan untuk menggenapkan usia bulan sebelumnya sampai 30 hari. Sekalipun secara hisab (perhitungan), hilal rembulan ranum seharusnya nampak.
Jadi, manakala periode bulan sebelumnya (Dzulqo’dah) telah berusia 30 hari, maka tidak perlu lagi di-ru’yat maupun di-hisab. Metode ini (menggenapkan bulan sebelumnya berusia 30 hari) juga menjadi patokan khusus sebagian umat Islam. Prinsipnya ke-hati-hati-an. Sehingga perbedaan metode ber-Idul Ad-ha maupun Idul Fitri, menjadi tiga percabangan. Yakni, secara ru’yat (mayoritas di dunia, termasuk di Arab Saudi, Mesir, Irak dan Iran), cara hisab, serta cara kamilah (penggenapan).
Pengalaman (dan kenikmatan) spiritual pelaksanaan Idul Ad-ha, wajib mengedepan, dibanding metode mengitung maupun melihat rembulan ranum. Shalat Idul Ad-ha dan menyembelih hewan menjadi jalan spiritualitas, sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran surat al-Kautsar (108:1-3). Keduanya merupakan satu jalinan yang telah dilakukan umat terdahulu. Hal itu sebagai tanda keinginan manusia untuk mendekatkan diri kepada Ilahi, Sang Maha Pencipta.
Upaya pendekatan diri kepada Ilahi, khususnya ditunjukkan oleh keluarga nabi Ibrahim a.s., sampai memperoleh kholilullah. Paling “cumlaude” (sempurna) diantara manusia. Hingga kinipun, tiada manusia yang sanggup menyembelih hewan kurban sebanyak yang dilaukan nabi Ibrahim a.s. Ia sekaligus menjadi simbol induk agama-agama (Yahudi, Nasrani, dan Islam).
Hikmah shalat Idul Ad-ha, dan berkurban, inharent dengan meningkatnya ke-dermawan-an (dan ke-setia kawan-an) sosial.

                                                                                                             ——— 000 ———-

Rate this article!
Boleh Beda Idul Ad-ha,5 / 5 ( 2votes )
Tags: